GENRE : FANTASI | PETUALANGAN
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seperti biasa, kantin begitu ramai saat jam istirahat. Banyak siswa berlalu lalang, membeli makanan sambil mengobrol dengan teman-teman mereka. Suara tawa dan percakapan memenuhi udara, menciptakan suasana yang hidup dan penuh energi.
Aku, Damar, dan Rian duduk di salah satu meja, menikmati batagor yang enak. Aroma saus kacang yang gurih dan batagor yang renyah membuat perut kami semakin lapar. Sambil makan, kami asyik mengobrol tentang tim futsal sekolah.
"Jadi, bagaimana latihan kemarin?" tanya Damar sambil menyuap sepotong batagor.
Rian mengangguk, menelan makanannya sebelum menjawab. "Latihan kemarin cukup berat, tapi aku rasa kita semakin kompak sebagai tim. Pelatih juga bilang kita punya peluang besar untuk menang di turnamen mendatang."
Aku tersenyum, merasa semangat mendengar kabar itu. "Baguslah. Aku yakin kita bisa menang kalau terus berlatih keras."
Damar mengangguk setuju. "Iya, aku juga merasa begitu. Tapi kita harus fokus pada strategi. Tim lawan pasti tidak akan mudah dikalahkan."
Rian menambahkan, "Benar. Kita harus memperkuat pertahanan dan meningkatkan koordinasi antar pemain. Kalau kita bisa melakukan itu, aku yakin kita bisa menang."
Kami terus mengobrol, membahas berbagai strategi dan rencana untuk pertandingan mendatang. Suasana kantin yang ramai tidak mengganggu fokus kami. Setiap dari kami merasa bersemangat dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi tim futsal sekolah.
Setelah bel masuk berbunyi, kami bertiga langsung menuju ruangan kelas. Saat itu seharusnya pelajaran Bahasa Indonesia, namun Bu Erna, selaku gurunya, belum juga datang. Aku melihat ke arah depan kelas, di mana Gaffi dan Relia duduk bersebelahan, meskipun terhalang oleh barisan antara putra dan putri.
Aku berjalan mendekati mereka, tersenyum. "Hei, kalian ada hal yang aku ingin omongin?" tanyaku sambil duduk di kursi kosong di sebelah mereka.
Gaffi menoleh dan tersenyum lebar. " Ada apa Arlo ?"
Saat itu pikiranku masih tertuju pada kotak rahasia di rumah Kakek Fung. "Ngomong-ngomong, kalian masih ingat kotak rahasia di rumah Kakek Fung kemarin?" tanyaku, mencoba mengalihkan topik.
Gaffi mengangguk, matanya berbinar. "Iya, aku penasaran sekali dengan isinya. Kira-kira apa ya yang disembunyikan Kakek Fung?"
Relia menambahkan, "Aku juga penasaran. Tapi kita harus menghormati permintaan Kakek Fung untuk tidak membukanya."
Aku menghela napas, setuju. "Iya, benar. Tapi tetap saja, rasa penasaran ini sulit diabaikan."
"Hei, bagaimana kalau kita mengunjungi Kakek Fung lagi di hari Minggu mendatang?" tanyaku dengan antusias.
Gaffi menoleh, matanya berbinar. "Itu ide bagus! Aku juga ingin sekali berkunjung lagi ke rumahnya."
Relia mengangguk setuju. "Iya, aku setuju. Kebetulan minggu ini aku tidak ada acara!."
" Baiklah kalau begitu kita pergi hari minggu!" gumam gaffi.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Knights in the fungus world
FantasyDalam petualangan yang penuh misteri dan intrik, tiga remaja-Arlo, Gaffi, dan Relia-menemukan diri mereka terjebak dalam dunia ajaib setelah membuka sebuah buku tua di rumah seorang kakek tua. Hutan magis yang mereka masuki dipenuhi dengan keajaiban...