GENRE : FANTASI | PETUALANGAN
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Esok sore, setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku, Gaffi, dan Relia segera bergegas ke parkiran. Dengan masih mengenakan seragam sekolah, kami siap untuk pergi ke rumah Kakek Fung. Sepeda-sepeda kami berderet rapi di parkiran, menunggu untuk membawa kami ke rumah kakek Fung.
"Sudah siap?" tanyaku.
Gaffi mengangguk, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Ayo, aku sudah tidak sabar!"
Relia juga tampak antusias. "Ini pasti akan menyenangkan."
Kami mulai mengayuh sepeda, meninggalkan halaman sekolah yang mulai sepi. Angin sore yang sejuk menyapa wajah kami, membawa aroma dedaunan dan bunga yang segar. Jalanan menuju rumah Kakek Fung dipenuhi dengan pemandangan hijau yang menenangkan, membuat perjalanan kami terasa singkat dan menyenangkan.
Sesampainya di rumah Kakek Fung. Rumahnya yang klasik dan asri tampak begitu hangat dan mengundang .Gaffi dan Relia tidak percaya saat itu karena masih ada rumah yang seperti ini.
Sesampainya di rumah Kakek Fung, kami memarkirkan sepeda kami di depan rumahnya yang asri. Aku melangkah ke pintu depan dan mengetuknya. Ketukan pertama dan kedua tidak mendapat jawaban. Namun, pada ketukan ketiga, pintu akhirnya terbuka, dan Kakek Fung muncul dengan senyum lebar di wajahnya.
"Ah, Rupanya kamu nak Arlo!" serunya dengan gembira. "Masuk, masuk! Aku senang sekali melihat nak Arlo membawa teman-teman."
"Terima kasih, Kakek Fung," kataku sambil tersenyum. "Kenalkan Kek ini Gaffi dan Relia. Mereka teman satu kelasku." Aku memperkenalkan mereka berdua.
Gaffi dan Relia mengangguk sopan. "Senang bertemu dengan Anda, Kakek Fung," kata Gaffi.
"Terima kasih kek mau menerima kedatangan kami," tambah Relia.
Kakek Fung tertawa kecil. "Tidak apa-apa justru kakek sangat senang melihat kalian di sini, panggil saja aku Kakek Fung. Ayo, mari masuk. Kebetulan kakek sedang memasak makanan lezat !."
Kami mengikuti Kakek Fung masuk ke dalam rumahnya yang klasik dan nyaman. Aroma kayu dan buku-buku tua segar memenuhi udara, menciptakan suasana yang hangat dan klasik.
Setelah kami dipersilakan masuk, kami duduk di kursi rotan yang nyaman di ruang tamu Kakek Fung. Sementara itu, Kakek Fung sibuk di dapur, menyiapkan hidangan untuk kami. Aroma lezat mulai memenuhi ruangan, membuat perut kami keroncongan.
"Kalian pasti lapar setelah perjalanan," kata Kakek Fung sambil membawa nampan berisi berbagai hidangan ke meja. "Ayo, bantu Kakek menata makanan di meja."
Kami bertiga segera bangkit dan membantu menata makanan di meja. Di atas meja, tersaji berbagai hidangan yang menggugah selera, semuanya berbahan dasar jamur tiram. Ada sup jamur tiram yang hangat dengan aroma rempah yang kuat, tumis jamur tiram dengan sayuran segar yang berwarna-warni, dan sate jamur tiram yang dipanggang sempurna, dengan bumbu kacang yang kental dan gurih.
"Wow, semuanya terlihat enak sekali, Kakek," kata Gaffi dengan mata berbinar.
Relia mengangguk setuju. "Aku tidak sabar untuk mencicipinya."
Kakek Fung tersenyum bangga. "Silakan, cicipi semuanya. Jamur tiram ini aku budidayakan sendiri, jadi kalian bisa merasakan kesegarannya."
Kami mulai menikmati hidangan yang disajikan. Setiap gigitan terasa begitu lezat, dengan tekstur jamur tiram yang kenyal dan rasa yang kaya. Suasana di meja makan menjadi hangat dan penuh canda tawa, membuat sore itu terasa begitu istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Knights in the fungus world
FantasyDalam petualangan yang penuh misteri dan intrik, tiga remaja-Arlo, Gaffi, dan Relia-menemukan diri mereka terjebak dalam dunia ajaib setelah membuka sebuah buku tua di rumah seorang kakek tua. Hutan magis yang mereka masuki dipenuhi dengan keajaiban...