Behind Every Scar

10. Togetherness

Pagi itu, matahari bersinar cerah di langit Seoul, menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan. Sunghoon dan Sunoo berjalan bergandengan tangan menuju toko perhiasan yang terkenal di distrik Gangnam. Mereka berdua dipenuhi oleh kegembiraan yang mendalam, karena hari ini adalah hari di mana mereka akan memilih cincin pernikahan—simbol abadi dari cinta dan komitmen mereka.

Toko perhiasan itu terletak di sudut jalan yang ramai, dengan etalase kaca yang menampilkan berbagai cincin yang berkilau di bawah cahaya lampu. Pintu toko berdering pelan saat mereka membukanya dan masuk ke dalam. Interiornya elegan, dengan lantai marmer putih yang mengkilap dan dinding yang dilapisi kayu halus, menciptakan suasana yang tenang dan eksklusif.

Seorang asisten toko dengan senyuman ramah segera menyambut mereka, "Selamat pagi! Selamat datang di toko kami. Bagaimana saya bisa membantu Anda hari ini?"

Sunghoon tersenyum hangat, menoleh sejenak ke arah Sunoo yang tampak sedikit gugup namun bersemangat. "Kami sedang mencari cincin pernikahan," jawab Sunghoon dengan suara penuh keyakinan.

Asisten toko itu mengangguk, lalu dengan anggun membimbing mereka ke sebuah meja kaca panjang yang dipenuhi berbagai pilihan cincin. Di bawah lampu sorot, setiap cincin bersinar indah, menampilkan berbagai model, mulai dari yang klasik hingga yang modern.

Sunoo menatap deretan cincin di hadapannya, merasa sedikit terpesona oleh keindahan dan detailnya. Namun, ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar memilih cincin; momen di mana mereka berdua benar-benar merasakan betapa dekatnya mereka dengan hari besar mereka.

Sunghoon meremas tangan Sunoo dengan lembut, "Bagaimana perasaanmu, sayang? Apakah ada cincin yang menarik perhatianmu?"

Sunoo mengangguk sambil tersenyum manis. "Aku merasa sedikit gugup, tapi juga sangat bahagia. Semuanya begitu indah, sulit memilih," katanya sambil menunjuk beberapa cincin yang menarik perhatiannya.

Asisten toko dengan sabar menjelaskan setiap cincin yang ditunjuk oleh Sunoo, menjelaskan detail tentang desain, batu permata, dan makna di baliknya. Sunghoon, yang selalu memperhatikan setiap detail, ikut berdiskusi tentang jenis logam yang akan mereka pilih dan bagaimana cincin itu akan melambangkan ikatan mereka.

Setelah beberapa saat, Sunoo akhirnya menemukan sebuah cincin yang benar-benar menarik hatinya. Cincin itu memiliki desain yang sederhana namun elegan, dengan satu batu berlian yang berkilauan di tengahnya, persis dengan cincin yang Sunghoon berikan saat pertama kali mereka berpacaran. Sunoo menatap Sunghoon, matanya berbinar-binar, "Bagaimana menurutmu tentang yang ini, hyung?"

Sunghoon melihat cincin itu dan tersenyum hangat. "Cincin ini sangat cocok untukmu, sayang. Tapi bukankah itu sangat mirip dengan yang sekarang?"

"Tak apa, bukankah yang kita cari adalah maknanya?"

"Baiklah, according to your wishes."

Mereka berdua saling bertukar pandang, merasa bahwa mereka telah menemukan cincin yang tepat—cincin yang akan menjadi simbol abadi dari cinta mereka. Asisten toko, yang ikut merasakan kebahagiaan mereka, segera menyiapkan cincin itu untuk dipakai sementara. Ketika Sunoo mencoba cincin itu di jarinya, dia merasa seolah-olah semuanya menjadi lebih nyata dan kilas balik momen mereka selama ini begitu terasa.

Sunghoon kemudian memilih cincin yang serasi untuk dirinya, sebuah cincin dengan desain yang sedikit lebih maskulin namun tetap senada dengan milik Sunoo. Ketika mereka berdua mengenakan cincin tersebut, ada perasaan hangat yang melingkupi mereka, seolah-olah cincin itu tidak hanya melingkari jari mereka, tetapi juga hati mereka.

"Saya ambil ini," ucap Sunoo sambil menunjuk dua cincin yang mereka di hadapannya.

Setelah transaksi selesai dan cincin pernikahan mereka rapi terbungkus dalam kotak-kotak kecil yang elegan, Sunghoon dan Sunoo melangkah keluar dari toko perhiasan. Angin sejuk Seoul menyambut mereka, memberikan sentuhan lembut yang menyegarkan setelah berada di dalam toko yang hangat.