16. Surprise

31 7 0
                                    

Sunghoon turun dari ruang kerjanya, melewati koridor yang diterangi lampu-lampu lembut yang menciptakan suasana hangat dan nyaman. Begitu mencapai lantai bawah, hidungnya langsung disapa oleh aroma masakan yang harum dan menggoda. Ia mengikuti aroma tersebut menuju dapur yang menyatu dengan ruang makan, di mana suara gemerincing panci dan kesibukan para pelayan terdengar jelas.

Dari kejauhan, Sunghoon melihat Sunoo yang tengah sibuk mengatur suhu oven dan memeriksa beberapa masakan di kompor. Sunoo mengenakan apron hitam di atas kaos lengan panjang putih yang dipadukan dengan celana jeans slim-fit. Kaosnya sedikit tergulung sampai siku, memperlihatkan kulit putihnya yang bersih, sementara rambutnya yang sedikit berantakan menambah kesan natural.

Sunghoon berjalan mendekat dengan langkah tenang, memperhatikan setiap gerakan Sunoo yang tampak begitu terampil di dapur. Ketika jarak mereka semakin dekat, Sunoo menyadari keberadaan Sunghoon dan menoleh dengan senyuman hangat.

Sunghoon berhenti tepat di samping Sunoo, dan dengan gerakan halus, ia memberikan kode dengan tatapan matanya—permintaan ciuman yang sudah menjadi rutinitas manis mereka. Tanpa ragu, Sunoo mengangkat wajahnya sedikit dan memberi Sunghoon ciuman singkat namun lembut di bibir. Setelah itu, Sunoo kembali fokus pada pekerjaannya, mengaduk saus di panci sambil bertanya dengan nada santai, "Bagaimana pekerjaan, hyung? Apa semua baik-baik saja?"

Sunghoon tersenyum tipis dan menjawab, "Lebih baik setelah mencium aroma masakanmu," sambil meraih salah satu potongan kecil dari piring yang sudah tersedia untuk mencicipinya. Sementara itu, Sunoo melanjutkan pekerjaannya dengan penuh perhatian, menikmati momen kecil ini bersama Sunghoon, meskipun di tengah kesibukannya di dapur.

Setelah semua masakan siap, Sunoo dan Sunghoon duduk bersama di meja makan yang sudah diatur dengan rapi. Sunoo dengan penuh perhatian mengambilkan makanan untuk Sunghoon, menaruhnya di piring dengan sentuhan lembut. Sunghoon menerima makanan tersebut dengan senang hati, menyambut setiap suapan dengan senyum di wajahnya.

Sunoo tampak begitu bahagia melihat Sunghoon menikmati makanannya. Mata Sunoo berkilau penuh kasih saat ia menyaksikan Sunghoon melahap makanan yang ia siapkan dengan penuh cinta. Setelah beberapa saat hening, Sunoo memecah keheningan dengan pertanyaan yang sudah ia pendam beberapa hari.

“Keluarga hyung.. bagaimana mereka sekarang?” Sunoo bertanya dengan nada lembut, tetapi ada kekhawatiran yang tersembunyi di balik suaranya.

Sunghoon meletakkan sumpitnya sejenak dan menghela napas pelan sebelum menjawab. “Nenek, sebelum di bawa ke Daegu, dia sempat meminta mampir ke Busan, tempat ayah dan ibu. Tapi, bukannya disambut dengan baik, ayah malah marah besar."

Sunoo mendengarkan dengan saksama, rasa simpati tampak jelas di wajahnya. "Apa yang terjadi selanjutnya?" Sunoo bertanya pelan, meski sudah bisa menebak arah ceritanya.

Sunghoon melanjutkan, "Setelah itu, nenek tetap di bawa ke Daegu, ke rumah paman yang bertanggung jawab atasnya. Untuk paman dan bibi… mereka sekarang menyewa rumah kecil dan kumuh di pinggir kota. Paman bekerja serabutan demi melanjutkan hidup mereka."

Sunoo mengangguk pelan, memahami betapa beratnya situasi tersebut. "Kau sudah melakukan yang terbaik, hyung. Mereka sekarang harus belajar menjalani hidup sendiri tanpa bergantung pada orang lain," ujar Sunoo dengan lembut, mencoba menenangkan hati Sunghoon.

Sunghoon mengangguk setuju. "Aku hanya berharap mereka bisa mengambil pelajaran dari semua ini," katanya dengan nada lebih tenang, kemudian kembali melanjutkan makannya.

Mereka berdua melanjutkan makan dalam keheningan yang nyaman, merasa lega setelah berbagi pikiran dan kekhawatiran. Sunoo merasa tenang karena Sunghoon masih memiliki kepedulian meskipun situasinya sulit. Sunghoon, di sisi lain, merasa lebih kuat dengan dukungan Sunoo di sampingnya.

Behind Every ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang