15. Decision

38 8 0
                                    

Sunghoon duduk di ruang kerjanya, menatap hamparan taman yang luas melalui jendela besar yang menghadap ke halaman rumah. Matahari mulai terbenam, menyinari dedaunan hijau yang berkilauan lembut. Tangan Sunghoon memegang ponsel, menempel di telinganya, saat suara ayahnya, Chanyeol, terdengar dari ujung telepon.

"Jadi bagaimana?" tanya Chanyeol, "Apa semuanya sudah selesai?"

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya sudah."

"Nenekmu masih mengirim pesan yang tidak-tidak ke ibu, apa semuanya sudah kau pastikan beres? The public is currently looking at you."

"Fuck with it all, i'll take care of mother's business, the rest I'll leave to you, dad. Aku bahkan belum sempat bulan madu dengan istriku, Sunoo sudah sangat berjuang di persidangan. Terus terang saja, aku sudah muak," ujar Sunghoon sebelum menghela nafas panjang.

Terdengar keheningan sejenak di telepon sebelum Chanyeol merespons, "Ayah mengerti, Sunghoon. Mungkin sudah saatnya ayah yang mengambil alih sisanya. Kau dan Sunoo butuh waktu untuk diri kalian sendiri. Biarkan aku yang menangani ini."

Sunghoon bersandar pada kursi kerjanya, sungguh ia muak dengan segala masalah yang ada. Besok Sunghoon pastikan akan membereskan seluruhnya sampai ke akarnya. Siapapun yang mengusik keluarganya, sama saja seperti datang ke kandang singa secara sukarela untuk di mangsa.

Sebelum Sunghoon sempat menjawab, ia mendengar ketukan pelan di pintu. Ia menoleh dan melihat Sunoo membuka pintu dengan senyum di wajahnya. Sunoo masuk, membawa nampan yang berisi kopi, susu, dan beberapa cemilan buatan tangannya sendiri. Tapi yang membuat Sunghoon terperangah adalah penampilan Sunoo. Sunoo hanya mengenakan kemeja oversize berwarna putih yang sangat tipis, dengan dua kancing atas terbuka, memperlihatkan kulitnya yang mulus. Kemeja itu bahkan tidak menutupi bagian bawah tubuhnya, menampilkan kaki jenjang tanpa sehelai kain pun.

Sunoo mengedipkan mata, memberikan isyarat agar Sunghoon tetap tenang dan tidak bereaksi berlebihan. Melihat Sunghoon yang nyaris kehilangan kata-kata, Sunoo menyunggingkan senyum, lalu meletakkan nampan di meja kerja Sunghoon.

Sunghoon kembali fokus ke telepon, mencoba meredam keterkejutannya. "Ayah, mungkin itu yang terbaik. Kau tangani sisanya. Aku... aku akan bicara lagi nanti. Aku sedang... ada urusan di sini," katanya, suaranya sedikit terguncang oleh pemandangan di depannya.

Chanyeol, yang mungkin merasakan ada sesuatu yang aneh, hanya menjawab dengan suara bijak, "Baiklah, nak. Jangan terlalu memaksakan diri. Nikmati waktumu dengan Sunoo. Aku akan urus sisanya. Jaga dirimu."

"Terima kasih, Ayah. Aku akan menghubungimu lagi nanti," jawab Sunghoon cepat, sebelum menutup telepon dan meletakkannya di meja. Matanya kembali ke Sunoo, yang kini sedang menuangkan kopi dengan tenang, seolah tidak ada yang aneh dengan penampilannya.

Sunghoon menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, sementara Sunoo dengan santai duduk di pinggir meja kerja Sunghoon, menatap suaminya dengan senyum yang penuh arti.

"Hyung baik-baik saja?" tanya Sunoo dengan nada menggoda.

Sunghoon akhirnya tertawa kecil, menggelengkan kepalanya. "Kau benar-benar tahu cara membuatku terdiam, sayang."

Sunoo tertawa pelan, lalu mengulurkan secangkir kopi kepada Sunghoon. "Minumlah. Mungkin ini bisa membantu menenangkan pikiranmu yang kacau."

Sunghoon menerima cangkir itu, menyesap kopi sambil menatap Sunoo yang tersenyum puas. "Kau tahu, sayang? Aku benar-benar beruntung memilikimu," ucapnya lembut.

Sunghoon masih menatap Sunoo dengan campuran takjub dan kekaguman. Senyum kecil tersungging di bibirnya ketika Sunoo, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, perlahan bergerak mendekat. Mata Sunghoon mengikutinya, tak pernah lepas dari gerak-gerik Sunoo yang begitu anggun.

Behind Every ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang