Sunghoon berhenti di depan sebuah rumah elegan bergaya minimalis, seorang pemuda manis pun tengah menunggu di depan sambil ditunggui oleh seorang penjaga di sebelahnya.
"Ha-astaga, apa ini?" Sunoo begitu panik saat masuk ke dalam mobil dan menemukan Sunghoon dalam kondisi penuh darah.
Sunghoon memberikan gestur untuk tetap tenang kepada Sunoo, beberapa bulan dekat membuat Sunghoon begitu faham bagaimana sifat Sunoo. "Aku tak apa, aku sudah berusaha memberhentikan pendarahannya tapi darahnya terus merembes."
"Kemari, biar ku lihat. Kenapa bisa seperti ini?" tanya Sunoo dengan sendu.
Sunoo mendekat, melihat dahi Sunghoon dengan teliti. Hal ini membuat keduanya sangat dekat, bahkan hembusan nafas saling mereka rasakan. Sunghoon tersenyum melihat betapa seriusnya Sunoo memeriksa keadaan lukanya.
"Harusnya Sunghoon hyung menekan lukanya dengan kain atau perban bersih. Tisu itu cenderung rapuh dan mudah robek, sehingga potongan kecilnya bisa menempel di luka dan menyebabkan masalah tambahan seperti infeksi atau iritasi. Lihat ini, banyak yang menempel." Jelas Sunoo dengan penuh perhatian.
"Aku buru-buru pergi tadi, aku tak tau soal ini jika tidak kau beritau."
"Lukanya cukup dalam, jadi kita ke rumah sakit dulu. Ku pikir ini akan mendapatkan beberapa jahitan."
Sunghoon rasanya menghangat melihat betapa Sunoo memperhatikannya penuh dengan kehati-hatian. Masalah yang baru di hadapinya tadi terasa terangkat begitu saja. "Boleh aku memelukmu?"
Sunoo tersenyum lembut, ia merentangkan tangannya. "Kemari."
Sunghoon langsung menyambar tubuh Sunoo, memeluknya dengan erat. Tubuh kecil itu sangat pas untuk di peluk, harum semerbak peony dan rose pun menyapa indra pencium Sunghoon.
Sunoo begitu merasa di cintai oleh Sunghoon walaupun hubungan mereka belum ada kejelasan, laki-laki itu tak pernah segan untuk bertingkah manja dan mencarinya kapan pun.
"Kenapa kau begitu wangi?" tanya Sunghoon. "Aku sangat suka wangi tubuhmu."
"Jangan berlebihan, hyung bisa menemukan wangi ini di beberapa parfum dan sabun."
"Damn it, aku lebih suka jika itu berasal dari tubuhmu."
Sunoo menepuk punggung Sunghoon beberapa kali, sedikit melonggarkan pelukannya. "Kita harus bergegas ke rumah sakit, luka hyung terus mengeluarkan darah."
"Setelah dari rumah sakit, apa aku boleh memelukmu lagi?"
Sunoo mendengus dan mengangguk, sementara Sunghoon tersenyum lebar dan penuh kebahagiaan bersiap untuk menjalankan mobilnya. Sunoo mengambil sapu tangan yang berada di dalam tasnya, sementara Sunghoon membawa mobil, Sunoo menekan luka Sunghoon.
Butuh waktu beberapa menit untuk mereka sampai di rumah sakit, malam weekend jalanan cukup padat dan mereka harus terjebak macet beberapa kali. Sampai mereka di rumah sakit, Sunoo langsung mengurus administrasi di area prioritas.
Sunghoon hanya mengikuti langkah Sunoo yang begitu cekatan mengurus segala hal, dompet miliknya pun berada di tangan Sunoo sekarang.
"Kenapa hyung terus mengikutiku? Duduk saja!" ujar Sunoo kesal, ia tersenyum malu ke arah staf administrasi.
Sunghoon abai, ia terus berada di sebelah Sunoo sambil terus menekan lukanya.
Staf administrasi itu tersenyum maklum. "Apa hubungan anda dengan pasien?"
"Istri."
Bukan Sunoo, itu Sunghoon. Laki-laki itu dengan percaya dirinya mengatakan dengan lantang. Sunoo menatap Sunghoon penuh kebingungan dan tatapan nyalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Every Scar
AcakDulu, ketika Sunghoon masih bersekolah, ia berpikir mungkin kehidupan sebenarnya tidak terlalu sulit. Namun, pada kenyataannya tidak seperti yang di pikirkan olehnya. Ini hanya sekedar perjalanan klasik dan pelik seseorang yang menghadapi realita k...