Trapping nest

141 13 15
                                    

Sarina berdiri di tengah taman yang dipenuhi bunga-bunga, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarina berdiri di tengah taman yang dipenuhi bunga-bunga, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan. Cahaya matahari yang lembut membuat kulitnya berkilauan, menambah aura anggunnya. Fabian berdiri di sampingnya, dengan setelan jas hitam yang dirancang khusus untuknya. Wajahnya tak henti-hentinya memancarkan senyum puas, sementara matanya terus mengikuti setiap gerakan Sarina

"Sayang, lihat ke sini sebentar", bisik Fabian dengan suara yang lembut namun tegas, tangannya meraih pinggang Sarina, menariknya lebih dekat

Sarina menggigil sedikit. Panggilan itu—'sayang'—terdengar aneh di telinganya. Belum pernah ada yang memanggilnya begitu, dan entah mengapa, terdengar sangat salah ketika keluar dari mulut Fabian. Namun, dia menahan diri, memaksa bibirnya untuk tersenyum, meski ada ketegangan yang mengendap di hatinya

"Lihat ke kamera, Sayang", Fabian mengulang sambil memiringkan wajahnya lebih dekat, seakan mencuri sedikit lagi ruang pribadi Sarina

Sarina menatap lurus ke arah lensa kamera, mencoba menyingkirkan rasa tidak nyaman yang menjalari tubuhnya, "Kamu terlalu dekat, Fabian", bisiknya pelan, berharap Fabian akan mundur sedikit

Namun, bukannya menjauh, Fabian justru semakin merapat, tangannya kini melingkari pinggang Sarina dengan erat, "Aku ingin dunia tahu bahwa kau milikku, Sarina. Semuanya harus sempurna", katanya dengan suara yang terdengar seperti janji

Sarina mengerutkan kening, berusaha menjaga ketenangannya, "Ini hanya foto prewedding, Fabian. Tidak perlu berlebihan", jawabnya dengan nada yang sehalus mungkin, meskipun di dalam dirinya ada pertentangan

Fotografer di hadapan mereka mulai mengarahkan pose berikutnya, tetapi Fabian tampak tidak tertarik dengan arahan itu. Dia hanya menatap Sarina, seolah ingin menelannya hidup-hidup dengan pandangannya yang tajam

"Kau tahu, aku sudah tidak sabar menunggu hari besar kita, Sayang", bisik Fabian lagi, suaranya terdengar lebih rendah, lebih intim, "Setelah ini, kamu akan benar-benar menjadi milikku"

Sarina mencoba menarik napas dalam-dalam, menenangkan dirinya yang mulai merasa terpojok, "Kita masih punya banyak waktu, Fabian. Tidak perlu terburu-buru", jawabnya, menatap Fabian seolah meminta sedikit ruang

"But i can't wait for more", kata Fabian, kini suaranya terdengar lebih tegas, "Kita sudah terlalu jauh, Sarina. Aku tidak akan melepaskanmu"

Sarina menelan ludah. Dia tahu dia telah memasuki perangkap yang rumit, dan setiap langkahnya kini diawasi dengan cermat oleh Fabian. Tatapan Fabian yang intens membuatnya merinding, namun dia harus tetap tenang

"Aku mengerti", katanya dengan lembut, meskipun hatinya berteriak sebaliknya

Fotografer memberi isyarat agar mereka lebih dekat lagi, mungkin tidak menyadari ketegangan yang berdenyut di antara mereka. Fabian mengambil kesempatan itu untuk menempel lebih erat, bahkan berani mengecup pipi Sarina di depan kamera

Target 'X'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang