Avox

75 8 3
                                    

Galang dan Fabian tiba di villa setelah menerima kabar dari Sarina. Fabian, dengan wajah tegang, segera menginstruksikan Galang untuk membawa mobil lebih dekat. Mereka mengangkat Andrea dengan hati-hati, lalu bergegas membawa ibunya ke rumah sakit terdekat

Di sepanjang perjalanan, Sarina duduk di samping ibunya, memegang tangan Andrea yang dingin. Wajahnya pucat, dan jantung Sarina berdebar kencang

"Mama, kumohon, bertahanlah..." bisik Sarina, suaranya serak

Fabian, yang duduk di kursi pengemudi, menyetir dengan cepat namun penuh kontrol, sementara Galang di sebelahnya menelepon pihak rumah sakit agar mereka siap menerima Andrea sesampainya di sana

Sesampainya di rumah sakit, Andrea segera dibawa ke ruang gawat darurat. Dokter langsung menangani keadaan darurat itu dengan sigap, dan setelah pemeriksaan intensif, mereka memberikan kabar yang tak terduga

"Bu Andrea terkena serangan stroke", ujar dokter dengan nada serius kepada Sarina, Fabian, dan Galang yang menunggu di luar, "Untungnya, kalian cepat membawanya ke sini, tapi kami harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti CT Scan untuk mengetahui area otak yang terkena stroke"

Sarina terkejut, mulutnya terbuka, tapi tak ada kata-kata yang keluar. Rasanya seperti dunia berputar semakin cepat, meninggalkan perasaan tak berdaya di dadanya

"Stroke?" gumamnya pelan, seolah tidak percaya

Fabian merangkul pundak Sarina, suaranya pelan namun tegas, "Kita sudah di tempat yang tepat, dokter akan melakukan yang terbaik. Mama akan baik-baik saja"

Setelah Andrea melakukan pemeriksaan CT Scan dan hasilnya keluar, dokter yang merawat Andrea menghampirinya dengan wajah serius

"Bu Andrea mengalami stroke hemoragik, terdapat perdarahan di area pembuluh darah otak yang pecah. Serangan ini bisa terjadi secara tiba-tiba, apalagi mengingat Ibu Andrea sudah memasuki usia 60 tahun"

Sarina merasa seolah-olah jantungnya terhenti mendengar kata-kata itu. Tangannya gemetar, dan matanya mulai memanas karena air mata yang berusaha ia tahan

"Operasi? Apa ada pilihan lain?" tanyanya dengan suara pelan namun tegas

Dokter menggeleng pelan, "Sayangnya, tidak ada pilihan lain. Jika kita tidak melakukan operasi secepatnya, kondisinya bisa memburuk dan menyebabkan kerusakan permanen atau bahkan risiko yang lebih fatal"

Fabian berdiri di samping Sarina, tangannya bertumpu di bahu istrinya seolah mencoba menenangkan, "Kita lakukan yang terbaik, Sayang. Mama pasti kuat menghadapi ini", katanya, suaranya tenang meskipun ada ketegangan yang samar di balik kata-katanya

Sarina mengangguk pelan, merasa tidak punya pilihan selain mempercayakan nasib ibunya kepada tim medis

"Kalau begitu, tolong lakukan operasinya," ucapnya, meskipun rasa cemas tidak juga hilang dari hatinya

Galang yang berdiri di sisi lain tampak gelisah, wajahnya penuh kecemasan, tapi tidak banyak yang bisa ia katakan dalam situasi ini. Dia hanya diam, memandangi dokter yang kemudian segera berbalik dan bersiap untuk menjalankan prosedur tersebut

Tak lama setelah itu, Andrea dibawa ke ruang operasi. Waktu seakan berjalan lambat, dan Sarina menunggu di ruang tunggu dengan perasaan campur aduk. Fabian tetap di sisinya, berusaha memberikan ketenangan, namun Sarina tahu dalam hatinya ada lebih banyak kekhawatiran dan kecurigaan daripada yang ia tunjukkan. Galang berdiri tidak jauh dari mereka, sesekali berjalan mondar-mandir, pikirannya jauh entah ke mana

Setelah operasi selesai, dokter datang dengan wajah lelah. Sarina, Fabian, dan Galang segera menghampirinya, harapan dan kecemasan menyelimuti mereka

"Operasinya berhasil", kata dokter, namun wajahnya menunjukkan ada sesuatu yang lebih, "Namun, ada konsekuensi dari serangan stroke itu. Area otak yang mengontrol kemampuan berbicara terkena dampaknya. Ada kemungkinan Ibu Andrea terkena aphasia broca yang menyebabkan ia tidak bisa berbicara"

Target 'X'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang