Struggles to flee

142 18 11
                                    

Keesokan paginya, Sarina berusaha menjalani harinya seperti biasa, tetapi pikirannya terus kembali ke kejadian malam sebelumnya. Wajah Fabian, tatapannya yang intens, dan terutama ciuman yang tiba-tiba itu berulang kali muncul dalam benaknya. Sarina merasa terganggu, emosinya campur aduk antara kebingungan, marah, dan mungkin sedikit rasa tertarik yang tidak mau diakuinya

Saat mereka bertemu di lapangan untuk latihan pagi, Satya langsung menyadari ada yang berbeda dari Sarina. Dia mengenal Sarina cukup lama untuk tahu ketika ada sesuatu yang mengganggunya

"Pagi, Sarina. Lo kelihatan... aneh", Satya berkata santai, namun dengan nada yang menyiratkan kekhawatiran

Sarina menghela napas, mencoba menyembunyikan kegelisahannya, "Gue nggak apa-apa, Sat. Cuma lagi mikir aja"

"Mikir apa? Kayaknya serius banget", tanya Satya sambil menatap Sarina dengan penuh perhatian

Sarina berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk menceritakan sebagian dari yang terjadi semalam, minus bagian yang paling mengganggunya—ciumannya dengan Fabian

"Jadi, kemarin Fabian ngajak ketemuan lagi. Kita makan malam dan ngobrol... tapi ada sesuatu yang aneh dari dia, Sat. Dia terlalu... intens"

Satya mengerutkan kening, merasakan kegelisahan dalam suara Sarina, "Aneh gimana? Maksud lo, dia ngapain?"

"Dia terus terang banget soal perasaannya, dan dia juga kayak... ngebaca gue. Nggak tahu ya, gue cuma merasa nggak nyaman aja, seolah dia punya maksud lain", jawab Sarina dengan nada lebih pelan

Satya menatap Sarina dengan serius, "Sar, kalau lo nggak nyaman, lo nggak perlu ngeladenin dia. Gue tahu dia orang berpengaruh, tapi kalau dia udah mulai ganggu lo, itu nggak bener"

Sarina menatap Satya, merasa lega bisa berbicara dengannya. Meskipun dia tidak mengungkapkan semua yang terjadi, Sarina tahu bahwa Satya selalu ada untuk mendukungnya, "Iya, gue tahu, Sat. Gue cuma... bingung aja. Gue bakal hati-hati, kok"

Satya mengangguk, tetap memandang Sarina dengan perhatian, "Kalau ada apa-apa, ngomong aja. Jangan simpan sendiri"

Sarina tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang, "Thank you, Sat"

Satya mengangguk kembali, lalu mereka melanjutkan aktivitas latihan mereka. Meskipun Sarina masih memikirkan Fabian, kehadiran Satya membuatnya merasa lebih kuat, setidaknya untuk saat ini

Malam itu, Sarina dan Satya duduk di ruangan briefing di pangkalan militer, dikelilingi oleh layar komputer dan dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, Sarina dan Satya duduk di ruangan briefing di pangkalan militer, dikelilingi oleh layar komputer dan dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja. Keduanya baru saja selesai mengumpulkan informasi terbaru mengenai Target X, pengusaha misterius yang selama ini menjadi buruan mereka. Wajah Sarina tampak serius, mencerminkan beban yang ia rasakan, bukan hanya karena misi yang semakin rumit, tetapi juga karena pikirannya masih dipenuhi oleh Fabian

Mayor Sena Aji, atasan mereka, masuk ke dalam ruangan dan duduk di hadapan mereka, "Baik, apa yang kalian dapatkan?" tanyanya dengan nada tegas

Satya mengambil inisiatif untuk memulai, "Kami sudah melacak beberapa transaksi keuangan yang mencurigakan, dan semuanya mengarah ke satu perusahaan besar, Alpha Global Ventures. Perusahaan ini memiliki jaringan yang sangat luas dan aktivitasnya mencakup banyak sektor, dari properti hingga teknologi. Namun, ada satu hal yang menarik—perusahaan ini juga memiliki sejumlah akun yang terhubung dengan rekening di negara-negara yang dikenal sebagai surga pajak"

Target 'X'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang