Torn walls

91 13 4
                                    

Setelah malam itu, hubungan antara Sarina dan Fabian tak lagi sama. Sarina berubah menjadi dingin, dan keintiman yang pernah mereka miliki terasa jauh. Setiap kali Fabian mencoba mendekat, dia merasakan jarak yang tak terlihat namun sangat nyata

Suatu malam, ketika Fabian masuk ke kamar, ia melihat Sarina sudah berbaring di tempat tidur, membelakanginya. Dia mendekat, menyusup di bawah selimut, dan mencoba memeluknya dari belakang

"Sarina, sayang...," bisik Fabian, mencoba menariknya lebih dekat

Sarina menggigil sedikit di bawah sentuhan Fabian, tetapi tubuhnya tetap tegang, "Aku lelah, Fabian," jawabnya pelan dan datar

Fabian terdiam sejenak, mencoba memahami perubahan yang terjadi, "Lelah? Kamu sudah bilang begitu hampir setiap malam", ucapnya dengan nada mulai frustasi

Sarina menghela napas dalam-dalam, tetap membelakangi Fabian, "Aku... memang benar-benar lelah, Fabian. Banyak hal yang ada di pikiranku"

Fabian merasa kecewa dan bingung. Ia tahu ada sesuatu yang salah, tapi tidak bisa mengerti apa yang menyebabkan Sarina begitu menjauh, "Sarina, kita bisa bicarakan ini. Aku tahu ada yang mengganggu pikiranmu"

Sarina diam sejenak, mencoba menenangkan detak jantungnya yang mulai terasa tak menentu

"Fabian, i need space. Aku butuh waktu untuk diriku sendiri," , dengan nada yang tegas

'Kamu meminta ruang kepada suamimu sendiri?!"

Sarina tidak menjawab apapun lagi setelahnya, tubuhnya masih tegang dalam pelukan Fabian yang sekarang terasa lebih seperti sebuah beban daripada kenyamanan. Malam itu, meski mereka tidur di tempat tidur yang sama, rasa dingin di antara mereka lebih tajam daripada udara malam di luar

Hari itu adalah hari libur bagi Sarina, sebuah kesempatan langka untuk bisa memperoleh sedikit ketenangan di tengah hiruk-pikuk pekerjaannya yang biasanya padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu adalah hari libur bagi Sarina, sebuah kesempatan langka untuk bisa memperoleh sedikit ketenangan di tengah hiruk-pikuk pekerjaannya yang biasanya padat. Meski suasana hatinya masih belum sepenuhnya membaik, Fabian memutuskan untuk menghabiskan waktu bersamanya dengan cara yang ia harap bisa memperbaiki hubungan mereka. Tanpa memberitahunya terlebih dahulu, Fabian membawa Sarina kembali ke rumah keluarganya—sebuah tempat yang penuh dengan kenangan indah dari masa kecilnya

Saat tiba di sana, Sarina turun dari mobil dan langsung menghirup udara segar yang khas dari pedesaan. Aroma rumput dan tanah yang basah karena embun pagi menyambutnya dengan rasa nostalgia. Di kejauhan, ia melihat kuda-kuda kesayangannya berlarian di padang rumput yang luas. Senyum tipis akhirnya menghiasi wajahnya, meskipun hanya sesaat

"Ini tempat favoritmu, kan?" tanya Fabian dengan nada lembut, mencoba meraih tangan Sarina

Sarina menatapnya sejenak, lalu mengangguk pelan, "Iya," jawabnya singkat

Meski begitu, kehangatan yang dulu biasa ia rasakan dari sentuhan Fabian belum kembali. Namun, ia menghargai usahanya

Fabian membalas dengan senyum kecil, lalu menepuk punggungnya pelan, "Pergilah, temui kuda-kudamu. Aku akan berbicara dengan abangmu sebentar"

Target 'X'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang