#story10
PART MASIH LENGKAP!!
(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!)
Hutang sebesar 200 juta yang di tinggalkan oleh ayah Varsha, membuat Varsha harus membanting tulang untuk mencari uang. Segala pekerjaan dia lakukan...
Varsha menatap Baskara yang sudah duduk di depannya. Di pertemuan kali ini, laki-laki itu datang lebih cepat dari sebelumnya. Varsha hanya menunggu selama setengah jam di kafe yang sama. Penampilan Varsha sekarang sudah jauh lebih baik, luka lebam di wajahnya di tutupi dengan make up—di bantu oleh Lina. Ya, walaupun sepenuhnya tidak tertutup sempurna, setidaknya tidak terlihat terlalu jelas.
Varsha tidak mungkin menemui Baskara dalam keadaan wajah lebam, bisa-bisa laki-laki itu mengira dirinya perempuan yang bermasalah sehingga membatalkan niatnya untuk memakai jasa Varsha.
“Kau sudah membawa kontraknya?” tanya Varsha.
Baskara menatap Varsha dengan kedua tangan terlipat di dada, memperhatikan penampilan Varsha yang memakai dress hitam lengan pendek, dengan panjang dress di bawah lutut, serta lebih longgar, tidak terlalu memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sayang sekali, Baskara jadi tidak bisa melihat tubuh perempuan yang sudah menghantuinya selama seminggu ini. Baskara tidak berhenti memikirkan Varsha, bahkan ketika bercinta dengan perempuan yang dia sewa, wajah Varsha yang dia bayangkan.
“Kau bisa menikmati kopimu terlebih dahulu,” suruh Baskara, melirik caffelatte Varsha yang masih utuh. Sedari pelayan mengantarkan pesanan mereka, Varsha maupun Baskara belum menyentuh minuman masing-masing. Varsha pun memesan minuman saat Baskara sudah sampai.
Varsha mengangkat gelasnya, meminum minumannya sedikit. Dia hanya memesan minuman, tidak lagi memesan kue karena tahu lidahnya tidak cocok dengan kue mahal. “Aku sudah meminumnya.”
Baskara mengangguk, tangannya bergerak mengeluarkan kontrak pernikahan yang sudah dia buat dari dalam tas kerjanya.
Meskipun mereka bertemu di hari libur, Baskara tetap berpenampilan rapi dengan jas, dan celana bahan. Dia menganggap pertemuan dengan Varsha adalah pertemuan untuk bisnis, bukan kencan. Lagi pula siapa yang akan mengira mereka berkencan?