Setelah mengemaskan pakaiannya untuk dibawa ke Veredentia, Jongin pergi ke kandang kuda bersama Chanyeol untuk memberi makan kuda-kuda yang ada di sana dengan seember wortel.
Chanyeol menuntun Jongin ke rumah pohon yang tidak jauh dari kandang kuda di istana. Mereka menggelar karpet berbulu untuk melapisi lantai kayu yang dingin dan duduk di sana dengan tubuh dilapisi selimut. Chanyeol membawa sekotak roti lapis yang dibawanya dari dapur, Jongin menggigit roti keras itu dan tersedak saat mencoba menelannya. Jongin tidak habis pikir, orang-orang Utara ini tampaknya memiliki gigi sekeras baja dan Jongin tidak ingin mempertaruhkan perutnya pada roti lapis kering yang telah menjadi makanan beku.
"Apakah kamu masih memiliki Kaisar di hatimu?" tanya Chanyeol saat mereka menyingkirkan roti lapis dari hadapan mereka.
"Apakah maksud dari pertanyaanmu apakah aku setia sebagai seorang rakyat atau apakah aku bermain di belakang Sehun?"
"Bukan begitu," Chanyeol memprotes, "Aku hanya ingin tahu saja apa kamu masih mencintainya atau tidak."
Jongin terkejut dengan pernyataan Chanyeol yang cukup kurang ajar untuk disampaikan oleh seorang bangsawan kepada bangsawan lain.
Chanyeol melihat dari balik bahu Jongin dan mengangguk tanpa sebab. Jongin mengikuti arah pandang Chanyeol, namun yang dia lihat hanyalah keheningan yang canggung.
Jongin meluangkan waktunya untuk berpikir dan mengungkapkan perasaannya yang telah lama ia kubur terhadap sang Kaisar.
Mereka kenal sedari kecil dan tumbuh bersama-sama. Mereka saling berbagi rahasia, bertukar buku bacaan, tertawa bersama, menangis bersama, dan menghabiskan malam bersama sambil menyatakan perasaan satu sama lain.
Sampai suatu ketika Putra Mahkota mengklaim tahta ayahnya sebagai seorang Kaisar dan dituntut untuk memiliki seorang Permaisuri yang dapat mengandung dan melahirkan keturunannya. Putra Mahkota pun setuju untuk memiliki seorang Permaisuri sebagai pasangan hidupnya dan orang itu bukanlah Jongin, melainkan seorang Putri dari kerajaan Timur.
Sang calon Permaisuri adalah wanita yang cerdas dalam dunia politik dan keras terhadap hukum kekaisaran. Jujur saja Jongin sempat mengaguminya sebelum wanita itu dipilih oleh Putra Mahkota untuk dinikahinya.
Jongin yang polos dan dibutakan akan cinta serta bujuk rayu itu berasumsi jika Putra Mahkota akan memilihnya dibandingkan kekuasaan, kejayaan dan tahta. Jongin yang bodoh itu tidak tahu jika kerakusan telah merenggut cinta yang dimiliki pria itu kepadanya.
Ketika kabar tentang pernikahan Putra Mahkota yang akan datang sampai ke telinga Jongin, dia menjadi hilang akal. Dia berbicara kepada dirinya sendiri bahwa dia akan mencari tanda-tanda apa pun yang menunjukkan bahwa pernikahan itu hanyalah kebohongan belaka untuk menakutinya.
Dia yakin bahwa sang Putra Mahkota merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Jongin, selain itu Putra Mahkota memiliki semua kekuasaan di dunia untuk menyatakan bahwa dia sangat mencintai Jongin, mengakhiri perebutan kekuasaan yang tak pernah ada habisnya, membiarkan saudara keduanya yang lebih berhak menang. Setelah hari pernikahan Putra Mahkota dengan Putri tunggal dari keluarga Galespire telah ditentukan, cinta Jongin kepadanya perlahan surut dan digantikan dengan kekecewaan.
Sampai pada upacara pernikahan mereka dia diundang sebagai saksi atas janji suci mereka.
Ayahnya memperingatkan Jongin untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat membuat Putra Mahkota kesal, tetapi Jongin yang terlalu keras kepala tidak menuruti perintah ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonhaven
Fanfiction[21+] Explicit ⚠️ Summary: Putra bungsu dari keluarga Eclipse dinikahkan dengan putra kedua dari keluarga Moonhaven. Jongin yang terbiasa dimanja terpaksa harus hidup mandiri di Utara bersama keluarga barunya. Top! Sehun. Bottom! Jongin. ...