8. Mixed Feelings

230 51 38
                                    

Kedua orangtua serta ketiga saudara Sehun telah pulang lebih dahulu ke Briarvale. Jongin terjebak di Veredentia bersama Sehun karena neneknya menyuruh Sehun untuk membantunya memperbaiki beberapa barang antik koleksinya.

Jongin sendiri tidak mengerti kenapa Sehun mau melakukan hal-hal seperti ini secara suka rela padahal ketiga saudaranya yang lain tidak mau melakukannya. Mungkin saja ini alasannya mengapa Sehun menjadi anak kesayangan neneknya.

Setelah Sehun memperbaiki barang-barang antik itu, mereka pun berpamitan pada sang nenek dan masuk ke dalam kereta kuda yang telah disiapkan. Mereka berdua duduk berhadapan di dalam kereta kuda dan saling bertatapan mata untuk sepersekian detik sebelum mereka saling mengalihkan pandangan mereka.

Begitu kereta kuda yang mereka naikki mulai melaju, Jongin secara diam-diam memperhatikan pedang perunggu milik suaminya yang disimpan di samping pria itu.

Meskipun dia masih kesepian di sini, setidaknya dia bisa merasa aman bersama Sehun. Lebih mudah baginya untuk mendeteksi ancaman dan terlepas dari ketidak bahagiaannya di Utara, tidak ada ancaman langsung.

o o o

Jongin tidak tahu sudah berapa lama dia tertidur di kereta kuda selama perjalanan pulang. Ketika dia membuka matanya, dia mendapati Sehun yang masih tertidur di hadapannya. Jongin menengok keluar jendela untuk melihat keadaan sekitar dan merasa merinding begitu menyadari jika mereka sudah berada di hutan Briarvale yang gelap.

Ini bukan pertama kalinya dia memasuki hutan di malam hari, tapi tetap saja perasaan takut selalu mengikutinya setiap dirinya melintasi kawasan ini.

Samar-samar dibalik pepohonan pinus di samping kereta kuda, Jongin melihat bayangan hitam melesat begitu cepat. Jongin mengedipkan matanya dan mengusap matanya untuk memastikan jika penglihatannya benar. Ketika Jongin hendak memastikannya lagi, tiba-tiba kereta kuda mereka berhenti.

Jongin yang panik langsung membangunkan suaminya yang sedang tertidur, suaranya serak dan tangannya bergetar saat dia melakukannya.

"Sehun, bangun! Ada sesuatu yang salah sedang terjadi, aku takut..."

Sehun terbangun dari tidurnya, matanya yang sedikit memerah karena mengantuk itu tertuju pada wajah Jongin. Pria pucat itu menggenggam pedangnya sebagai bentuk persiapan.

"Apa yang terjadi?" tanya Sehun tegas, memperhatikan betapa paniknya Jongin sekarang. Sehun dapat mendengar suara langkah kaki dari banyak orang menuju ke arah mereka.

"Para bandit," Jongin menelan ludahnya, "sepertinya mengincar kita sekarang."

"Tetap di sini. Aku akan keluar untuk memeriksa," ucap Sehun, sambil melepaskan sarung pedang dan keluar dari kereta kuda dengan tergesa. Sehun mengacungkan pedangnya ke depan dadanya sembari mengamati keadaan.

Jongin gemetaran, dia takut terjadi sesuatu yang buruk pada mereka berdua. Dia tidak mau mati, apalagi mati di tangan para bandit yang terkenal kejam. Dia tidak mau.

Sehun mengernyit begitu mendapati kusir yang membawa kereta kuda telah tewas dengan darah mengucur dari perutnya yang telah ditusuk oleh sebilah pedang. Pemuda itu mengumpat menyadari kuda-kudanya telah kabur entah kemana.

Dia buru-buru kembali menemui Jongin setelah menduga jika yang menyerang mereka memang para bandit yang ada di sekitar hutan.

"Jongin, apa kamu membawa perhiasan apapun selain cincin kawin kita?"

Jongin tergagap mengingat barang bawaan yang dia bawa. Dia ingat jika dia membawa kotak perhiasan miliknya di dalam tas yang berisi gelang-gelang kesayangannya.

Moonhaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang