18. Surprise

185 42 10
                                    

Sembari menggenggam tangan Jongin dengan erat, Sehun terus menggerutu di sepanjang lorong menuju kamar tidurnya. Dia tidak untuk menebas kepala Petinggi Utara yang sudah bicara kurang ajar pada suaminya, untung saja dia bisa menahan luapan emosinya yang buruk.

Begitu sampai di depan pintu kamarnya, Sehun melepaskan genggaman tangannya pada tangan Jongin dan terkejut saat mendapati Jongin yang tiba-tiba menangis.

"Jangan di pikirkan perkataan omong kosong oleh si Tua itu. Dia sudah terlalu tua hingga membuat otaknya macet," ucap Sehun dingin.

Jongin menyeka air mata yang mengalir di pipinya dengan punggung tangannya, "Aku baik-baik saja sampai Petinggi Utara itu membahas mengenai hukuman yang kudapatkan di ruang bawah tanah..."

Sehun menggertakkan giginya, mata obsidiannya kian menggelap. Kedua tangannya terkepal saat emosi semakin melahapnya.

"Aku akan memberitahu Ayah perihal hal ini dan Haechan bisa menjadi saksi kita. Aku akan pastikan jika si Tua itu turun dari jabatannya dan diberi hukuman yang setimpal atas perkataannya kepada keluarga kerajaan."

"Tidak perlu memberinya hukuman," Jongin menatap Sehun sayu dengan mata memerahnya.

Sehun menghela napas panjang, "Siapapun yang sudah menghina keluarga kerajaan pantas diberi hukuman. Orang sepertinya harus diberi pelajaran agar tidak terus bertindak seenaknya."

"Baiklah..." Jongin menundukkan wajahnya ke bawah dengan pundak bergetar. Sehun memegang pundaknya sebelum menarik Jongin ke dalam pelukan yang hangat.

"Aku khawatir padamu, selalu seperti itu."

Di dalam kamar Sehun, Jongin yang kelelahan telah tidur lebih dulu di atas ranjang, sementara Sehun duduk di sisi ranjang sembari memperhatikan wajah Jongin yang sedang tertidur. Meski sedang tidur sekalipun, Jongin selalu terlihat cantik dan menawan. Tidak heran jika dia dijuluki sebagai 'pria cantik dari Barat' oleh orang-orang Utara.

Sehun dengan perlahan mengelus kepala Jongin dan tersenyum tipis. Beberapa kali jemarinya tersangkut pada helaian rambut cokelat Jongin yang kusut.

Dia teringat pada malam pertama mereka, dia sangat terkejut saat melihat beberapa bekas luka memanjang yang ada pada punggung Jongin. Dia bisa langsung menduganya jika itu luka yang didapatkan dari hukuman yang diberikan oleh Kaisar padanya.

Jika dilihat dari bekas lukanya, Sehun memperkirakan jika Jongin dipukuli oleh cambuk hingga berdarah. Kulit perunggu Jongin yang indah harus ternodai dengan bebagai luka seperti itu membuat Sehun meringis.

Ya, Sehun sendiri memiliki berbagai jenis bekas lupa pada tubuhnya akibat memimpin perang. Tetapi luka karena berperang dan luka karena hukuman itu 'berbeda'.

Jemarinya yang semula mengusap kepala Jongin turun ke bawah untuk mengusap pipi, lalu ibu jarinya mengusap bibir Jongin yang lembut. Sehun memperhatikan bibir Jongin dengan seksama dan kembali mengingat mengenai rumor yang beredar tentangnya, rumor yang mengatakan jika bibir itu sudah mencium banyak bibir pria.

Sehun terkekeh, "Yah... Sekarang milikku."

o o o

Keesokan paginya begitu Jongin terbangun dari tidurnya, ia bergegas pergi ke kamar mandi dan memuntahkan sisa makanan yang ada pada perutnya. Walau sudah muntah, perutnya terus terasa mual dan Jongin berada di kamar mandi untuk waktu yang lama dan Sehun menunggunya di depan pintu kamar mandi.

Sehun mengetuk pintu kamar mandi berulang kali karena khawatir, namun Jongin tidak menyaut ataupun memberitahu Sehun mengenai keadaannya yang membuat Sehun semakin khawatir.

Moonhaven Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang