𐙚 Leftover Feelings ꕮ ࣪ ׅ
"HALOOO AKONG!" Nina melongokkan kepala dari balik pintu kaca toko yang terbuka setengah. "Hayo ... ini Niana, ya! Bukan mumi."
"Niana, Niana ...," gumam si pemilik toko terdengar lelah. Enggak mengira akan menemukan kondisi memprihatinkan seperti demikian untuk ke sekian kali. Dan masih sama, anak remaja itu tetap berlagak seolah nggak pernah terjadi hal yang riskan menimpanya. "Kalo begini terus, I makin enggak yakin kamu bakal punya umur sepanjang I."
Nina tertawa, tanpa sadar menyentuh perban di kepalanya yang beberapa waktu lalu baru diganti. "Liat, Kong. Ada tulisan 'Get well soon, Nak!' dan ikon hati dari Tante Ara pelanggan setia Akong di perbannya. Lucu banget, kan? Bonusnya bikin hati warm!"
Lansia berdarah tionghoa tersebut hanya geleng-geleng kepala. Ia memakai kembali kacamata yang sebelumnya udah dibersihin. "I mau balik ke Palembang, ada saudara yang lagi kena musibah. Boleh kalo mau menginap, seperti biasa semisal kamu lapar dan kepengin masak, peralatan sama bahan-bahan yang saya stok dijamin halal semua. Besok malam paling lambat saya udah sampai di Jakarta lagi. Ini untuk komisinya. Oh ya, Niana." Akong Han mengambil sebuah kotak berwarna hitam dari bawah meja kasir. "Ada titipan sepatu buat kamu dari minggu lalu. Dah ... I pergi dulu."
"Apaan, deh, pake komisi segala." Nina sesaat cemberut. Begitu Akong Han hendak melenggang pergi, Nina sempat mencegat untuk mencium punggung tangannya dan berpesan agar pria di akhir kepala tujuh yang udah dianggap layaknya kakek sendiri tersebut senantiasa berhati-hati.
Hanya butuh tiga puluh menit aja bagi Nina untuk membenahi toko olahraga yang telah berdiri sejak tahun 1985 ini. Akong Han yang cekatan dan suka keteraturan enggak akan tenang meninggalkan usahanya kalo belum memastikan berkali-kali tokonya rapi, aman, dan terkendali. Itu sebabnya Nina keberatan menerima tip. Alih-alih sebagai penjaga toko, Nina merasa bak seorang cucu yang kebetulan gabut dan diminta kakeknya leyeh-leyeh dengan segala kebutuhan yang udah tersedia di depan mata. Jika lapar tinggal masak, jika ingin rebahan ada sofa dan televisi di ruang tengah, bahkan jika jenuh mulai melanda, Akong Han membebaskan Nina untuk menutup toko lebih awal.
Walau ceplas-ceplos, ketus, dan terkadang kelewat serius, Nina selalu dapat menemukan kearifan yang dimiliki oleh Akong Han. Secara enggak langsung juga, Akong Han memberikan Nina opsi yang bisa dituju buat pulang selain rumah.
Tuntas berbenah, Nina menghampiri meja kasir dan membuka kotak yang dimaksud. Di dalam sana ada Energen Plus 2 Women Running Shoes yang didominasi warna biru lembut lengkap dengan tiga hingga empat pasang kaos kaki disertai secarik kertas yang terlipat.
KAMU SEDANG MEMBACA
leftover feelings
Подростковая литератураIni tentang Giyatsa Reagan Aradana dan Niana yang keliatannya betah-betah aja kejebak HTS. Gatsa suka Nina, dan Nina melakukan hal yang sama. Tapi setelah ditelaah, definisi suka bagi Gatsa dan Nina sepertinya berbeda. Gatsa juga udah kenyang sekali...