"Sini, biar Mama aja nerusin sisanya Bang."
Gatsa bergeser, membiarkan Ara mengambil alih pekerjaannya untuk memotong wortel dan kentang. Kepala Gatsa tertunduk dalam bersamaan dengan matanya ikut terpejam erat. Bayangan kursi kayu yang hampir meremukkan punggung Nina kembali memenuhi benaknya. Sudah lewat empat hari, tetapi kekacauan yang Gatsa lihat dengan mata kepalanya sendiri itu belum juga kunjung pergi.
"Ya ... rumahlah. Seperti halnya jalan raya, kadang lengang kadang bising juga, Gat."
Semua terjawab kontan. Gatsa enggak akan lagi percaya bahwa lebam kebiruan di jidat Nina dikarenakan terbentur ujung meja ketika listrik di rumah cewek itu padam. Dan Gatsa yakin, kalau luka di kepala Nina pasti disebabkan oleh kelakuan orang dewasa yang alih-alih memberi perlindungan, justru yang paling parah menorehkan luka dan rasa enggak aman.
"Sakit, Ma, jadi Kak Nina," gumam Gatsa seperti racauan yang enggak jelas. Hari ini Rabu, kisaran pukul satu siang, dan terhitung tiga hari Gatsa mangkir dari kelas. Sehari sebelum makrab sebetulnya Gatsa udah merasa kalau badannya kurang fit. Namun karena memikirkan bahwa makrab merupakan acara tahunan terakhir bagi kelas mereka, rasanya agak disayangkan bila dilewatkan begitu aja. Apa lagi teman-teman yang lain pada berharap kepadanya selaku orang yang paling dekat dengan Niana agar seenggaknya dapat membawa gadis itu bergabung bersama mereka.
Namun pada akhirnya, enggak pernah ada Niana dalam acara makrab IPS 5 selama tiga tahun berturut-turut. Gatsa sendiri juga berakhir diantar pulang oleh Valiant pada pukul tiga pagi. Segala sesuatu yang Gatsa liat ketika tiba di rumah Nina memperparah kondisi tubuhnya yang semula memang udah enggak baik-baik aja.
Meski lahir sebagai anak laki-laki pertama, Gatsa tumbuh jadi anak yang enggak terbata-bata dalam bercerita kepada orangtua. Hal sekecil apa pun rasanya baik Ara dan Radana hingga adik-adiknya tahu. Udah Gatsa coba pendam sendirian, tapi rasanya menyesakkan. Maka begitu ada waktu yang tepat, Gatsa menumpahkan beberapa sesuatu yang telah menumpuk berlebihan di kepalanya.
"Tadi Abang gabut, terus ngebaca ulang chat-an sama Nina dan nemu kalo dia pernah ngirim foto tulisan gitu, Ma. 'My mom gifted me life and your mom gifted me a friend who makes my life more beautiful'." Gatsa tersenyum sumir, menatap isi panci yang udah terendus aroma sayur soup buatan ibunya. "Sewaktu dibaca lagi saat nyaksiin sendiri se-chaos apa ternyata keseharian Nina yang nggak Abang tahu, entah kenapa kata-kata itu jadi kerasa sedih."
"Aduh, Mr. Ge ... tolong bantu translate-in kata-kata bahasa inggris Abang barusan, dong, buat Mama," celetuk Ara berkedok mencairkan suasana.
"Okay, Ma!" Gelar yang kebetulan sedari tadi memang udah stay di meja makan yang notabenenya dekat dengan kulkas agar bisa sigap jika barangkali diminta bantuan untuk mengambil bahan masakan, mengangguk-angguk semangat sambil melahap potongan buah semangka. "Kurang lebih begini, Ma. 'Ibuku memberiku hadiah hidup dan ibumu memberiku hadiah seorang teman yang membuat hidupku lebih indah.' Jadi, temennya Abang kayak ngungkapin makasih ke Mama tapi lewat Abang karena udah ngehadirin Abang di dunia buat jadi temennya. Karena Abang, hidup temennya yang indah jadi tambah indah. Betul apa betul, Bang Gan?"
Tatkala Gatsa menengok ke belakang, matanya langsung bertumbuk pada Gani yang tau-tau udah membuka lemari pendingin. Gani cengengesan dengan muka layaknya oknum yang abis ketangkap basah menguping pembicaraan. Belum sampai mulut Gani terbuka ingin melancarkan basa-basi, Gatsa memutuskan kontak mata. Sebab menghidangkan soup ayam ke dalam mangkuk jauh lebih menarik minatnya ketimbang meladeni Gani sekarang ini.
"Gue malah udah ngeh, kok, dari Kak Nina main ke rumah waktu itu terus ujug-ujug nyeletuk kalo keluarga kita definisinya rumah banget, Bang. Kayak ... Kak Nina jarang ngerasain suasana makan bareng di satu meja yang sama kayak rutinitas yang kita lakuin setiap hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
leftover feelings
Teen FictionIni tentang Giyatsa Reagan Aradana dan Niana yang keliatannya betah-betah aja kejebak HTS. Gatsa suka Nina, dan Nina melakukan hal yang sama. Tapi setelah ditelaah, definisi suka bagi Gatsa dan Nina sepertinya berbeda. Gatsa juga udah kenyang sekali...