𐙚 : delpn els

40 5 0
                                    

Butuh waktu hampir delapan menit lamanya untuk Nina sampai ke barikade paling depan. Lapangan outdoor Gantara yang super duper luas itu udah dipadati oleh lautan siswa-siswi sejak open gate pada pukul lima sore hari. Untungnya, meski Nina datang belakangan, For Revenge selaku guest star baru akan naik ke stage seolah memang menunggu kehadirannya terlebih dahulu.

Gemuruh tepuk tangan dan riuh sorak-sorai lantas pecah karena dibuka dengan sebuah intro lagu yang hampir enggak asing di telinga seluruh murid Gantara. Tanpa komando, serentak kelas sepuluh sampai kelas dua belas tanpa terkecuali menyerukan sebaris lirik yang berbunyi, "Selamat datang di penyangkalan" secara berapi-api.

Kendati baru pemanasan, tapi rasa-rasanya Nina udah kebawa suasana duluan. Maka sebelum keburu lupa dan tenggelam dalam penghayatan, Nina bergegas mengirim pesan kepada seseorang yang keberadaannya masih nihil dari pandangan.

Kak Nina udah di barisan paling depan, nih. Posisinya meluk barikade. Sedikit clue, ada scarf merah lo yang gue ikat kayak pita di pergelangan kiri. Thank you, ya, Gatsayang, buat tiket VIP-nya. Ayo sehabis ngonser ini kita pergi makan taichan!

Seperti yang udah-udah, Nina akan selalu menonaktifkan ponselnya selama menonton konser berlangsung. Enggak ada kamera, otomatis enggak ada juga bahan untuk update instastory setelahnya. Enggak masalah. Sebab bagi Nina rasanya jauh lebih intim menikmati musik tanpa terdistraksi oleh apa pun.

Begitu intro Penyangkalan telah menjembatani pertemuan antara For Revenge dengan keluarga besar Gantara, lagu selanjutnya adalah Serana. Nina tanpa sadar tersenyum walau kecil. Bahan baku lagu itu, dimulai dari nada, pilihan kata, serta iramanya sungguh satu kesatuan yang sempurna. Sempurna bagi para pendengar untuk menikmati sekaligus merayakan perasaan mereka.

Beri tahu aku cara melupakanmu.

Seperti kauajarkanku dewasa.

Beri tahu aku cara merelakanmu.

Seperti kauajarkanku bahagia.

Pada layar lebar di sisi kanan dan kiri, sempat tersorot salah seorang anak cowok memegang karton putih dengan tinta merah bertulis, "Ketika manusia favoritmu berubah menjadi pelajaran hidupmu". Beberapa orang yang menemukan kalimat tersebut lantas makin mengeraskan nyanyian mereka. Namun enggak dengan Nina. Nina justru mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Hanya kedalaman matanya yang seolah bereaksi.

Sepertinya, enggak sedikit anak-anak yang kehilangan arah dan peran orang tua, ya? Oleh karena itu, Nina pikir enggak ada alasan untuk dirinya merasa jadi anak yang paling malang dan enggak beruntung sama sekali. Sebab masing-masing dari seseorang punya bagian sakitnya sendiri namun mati-matian menahan supaya enggak dinilai sangat berisik di dunia ini.

"Mbak yang pakai baju hitam dengan scarf merah Gantara Hiking Club diikat di pergelangan tangan, ke mari Mbak. Nyanyi bareng kami."

"LAH WOI. NINA KELAS KITA ITU?!"

"ANJIR IYA! HIDDEM GEM, BANG! DOI PUNYA SUARA BAGUS. CUMA MINUS PEDE AJA. GAS NIN, JAKARTA HARI INI!"

"NOOO! GANTARA HARI INI!"

"BANGGA BANGET JADI BAGIAN 12 IPS 5! MENYALA, NIN! KITA MAKIN NYALAIN DARI SINI."

Nina enggak sempat merespons apa yang baru aja terjadi. Sebab ujug-ujug, vokalis For Revenge udah turun tangan sendiri menjemputnya. Walau gugup setengah mati dan jantungnya masih berdegup kencang sekali, Nina mau enggak mau mengerahkan keberanian buat menyentuh mic yang stand holder-nya telah diatur setinggi tubuhnya. Nina membasahi bibir, berusaha tenang menyanyikan bagiannya setelah ini.

leftover feelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang