7. Pengaruh

620 118 64
                                    

Upacara pernikahan baru dimulai, kedua pengantin berjalan bersama memberi penghormatan kepada kedua orang tua silih berganti dimulai dengan kedua orang tua Pangeran Sasuke dan kemudian pada kedua orang tua Sakura. Setelahnya, kedua pengantin memberi penghormatan kepada para leluhur sebelum saling berjanji di hadapan para tamu undangan. Tidak banyak tamu undangan yang hadir, hanya orang-orang yang berpengaruh, pejabat, dan beberapa rekan baik dari Pangeran Sasuke juga yang berasal dari Sakura.

Prosesi upacara pernikahan diakhiri dengan kedua mempelai pria dan wanita saling menyilangkan tangan dengan meneguk wine khusus kerajaan, setelahnya terdengarlah gemuruh tepuk tangan orang-orang yang menyaksikan.

Pangeran Sasuke dan Sakura saling bertatapan, sama-sama merasa tidak menyangka pernikahan ini akan terjadi, seseorang yang menghindari terlibat urusan kerajaan selain mengobati pasien dan seseorang yang lain yang tidak berkeinginan menikah kini keduanya telah terikat janji seumur hidup. Satu yang bisa mereka mengerti, mereka boleh berencana, namun takdir punya rencananya sendiri.

"Bagaimana?" Pangeran Sasuke memulai pembicaraan ketika para tamu undangan mulai sibuk dengan urusan masing-masing, sedangkan kedua pengantin masih berada di tempat.

"Apanya?" Sakura melirik Pangeran Sasuke, bibirnya terus tersenyum membalas sapaan para tamu yang sesekali menyapa mereka dengan bahasa isyarat.

"Pernikahan kita. Kau suka?"

Seketika Sakura menoleh sempurna pada Pangeran Sasuke, perkataan Pangeran seolah mereka sepasang kekasih yang kemudian menikah, padahal mereka hanya dua orang yang saling mengambil keuntungan.

"Aku tidak salah dengar kah?"

"Siapa tahu kau menyukainya." Balasnya dengan senyum miring.

Sakura sedikit mendengus pelan, namun ia kemudian berubah tersenyum kepada Pangeran Sasuke sembari menatap bola matanya. "Jujur saja, aku suka. Aku suka pakaian pengantin ini yang indah dan membuat ku semakin percaya diri, aku menyukai sepatu pengantin ini yang menambah keindahan diri ku. Aku suka dekorasi aula pernikahan ini, aku juga suka beberapa makanan yang baru aku temukan di sini. Aku tidak berekspektasi tinggi, namun ini melebihi ekspektasi ku, Pangeran."

Pangeran Sasuke yang memperhatikan Sakura bercerita dengan antusias menciptakan kesenangan di relung hatinya, ia mengulum senyum tipis, perasaannya menghangat melihat kebahagian Sa-istrinya, bukankah sekarang memang begitu?

"Kau harus bersiap melihat yang lebih indah, besok malam ibu ku sudah menyiapkan penjamuan besar-besaran, banyak yang bisa kau lihat nanti. Beritahu saja jika kau menginginkan sesuatu."

Mata Sakura berbinar, "Sungguh?!!" serunya dengan semangat, namun tak lama binar itu redup, ia termenung sembari memikirkan, 'Aku merasa dimanjakan, apa aku layak mendapatkan ini semua?'

Menyadari perubahan ekspresi yang cepat, pangeran merasa terusik. "Kenapa wajah mu jadi jelek begitu?"

Sakura berjengit, mendadak merasa kesal, ia tidak terima dikatai jelek sedangkan wajahnya dirias dengan sangat baik. Sakura mendengus kesal, kemudian mendelik, "Tidak malu Yang Mulia Pangeran bersanding dengan wanita jelek?" Sarkasnya.

Pangeran Sasuke tersenyum geli yang tertahan, tubuhnya agak merunduk ke arah Sakura, sebelah tangannya terangkat memegang kedua pipi Sakura sembari menelisik lebih dalam wajah Sakura. Dari jarak yang begitu dekat, jelas Sakura mendadak merasa malu, bahkan merona dengan detak jantung yang cepat dan untunglah tidak mungkin terdengar.

"Untunglah masih ada cantik-cantiknya, aku jadi tidak malu."

Blush!

Sialan. Mengapa bisa-bisanya Sakura merasa salah tingkah begini!

SHACKLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang