14. Sasuke Pov

651 105 8
                                    

Sasuke POV

Pertama aku melihatnya adalah di Kerajaan Namylon, saat aku menemani Pangeran Kagami menengok anaknya. Gadis itu berusaha bersikap baik kepada Pangeran Kagami, hendak memberitahu kondisi kesehatan Pangeran Nami. Aku memperhatikannya secara keseluruhan, entah mengapa sekali melihatnya aku merasa dia berbeda, aku dapat melihat ketangguhan dan keberanian dalam dirinya.

Aku tertarik. Namun, mana mungkin secara terang-terangan aku ungkapkan. Apalagi kepada Pangeran Kagami yang begitu membenci Kerajaan Namylon.

Pada mulanya, ketertarikanku kepadanya aku abaikan, hingga tiba-tiba aku tahu dia berada di istanaku. Dia jujur kepadaku tentang yang dia alami, dari sana aku tahu bahwa istanaku mulai tidak aman, ada yang berani menyusupkan mata-mata.

Meski aku tidak tampak tertarik atas tawarannya, namun diam-diam aku melakukan penyelidikan dimulai dari istanaku sendiri. Dari penyelidikan itu, aku mengetahui siapa mata-mata lain dan dalangnya, hingga keberadaan kedua orang tuanya aku ketahui.

Aku masih diam, meski sudah banyak informasi yang aku dapatkan, hingga pembicaraanku dengan Pangeran Kagami memunculkan sebuah ide di benakku. Ide untuk menjebaknya. Biarlah urusan pasangan, aku memilihnya sendiri, karena aku sudah tertarik pada seseorang.

Aku tidak terlalu suka proses yang lama dan usiaku sudah dua puluh delapan tahun, sedangkan pangeran lain rata-rata sudah menikah sebelum usia dua puluh lima. Aku yang merasa enggan terlalu lama (ingin langsung menikah), sedangkan dia yang aku lihat sepertinya merupakan orang yang susah mempercayai orang lain apalagi masalah pernikahan. Maka dari itu, aku memilih menjebaknya, dengan cara ini aku yakin pasti pernikahan kami tidak akan tertunda lama.

Ternyata benar, begitu ibuku tahu, pernikahan segera ditentukan. Hal ini sesuai dengan keinginanku. Tanpa dia sadari, aku menaruh perhatian lebih banyak kepadanya, mungkin orang lain bisa aku tipu, namun aku tidak bisa menipu diriku sendiri. Aku semakin tertarik kepadanya, entah ini sudah dalam tahap apa, tapi aku sudah berada dalam tahap enggan melihatnya begitu dekat dengan pria lain. Aku hanya ingin dia berpusat kepadaku, seperti aku yang seolah terkunci kepadanya.

Bahkan, pandanganku sering terpaku pada bibirnya sedari pertemuan pertama kami, aku tertarik untuk melumat bibir itu, mencicipinya hingga tak ada sisa untuk pria lain. Termasuk ketika aku menelanjanginya untuk menjebaknya, malam itu aku melihat tubuh telanjangnya, bagian tubuhnya yang menonjol keras berwarna merah muda menggodaku. Masih teringat jelas, malam itu aku berulang kali menggelengkan kepala, menyadarkan diriku untuk tidak bertindak jauh karena dia sedang tidak sadar.

Aku berhasil. Kami tidak bertindak lebih jauh sebelum upacara pernikahan dilaksanakan.

"Pangeran Sasuke, ada tugas untukmu." Sampai ketika tiga hari setelah menikah, aku mendengar tugas yang diberikan kepadaku.

Aku tidak menolak tugas itu, namun dalam pikiranku diisi oleh Sakura. Bagaimana jika dalam masa misiku Sakura dekat dengan seseorang? Mencintai orang itu dibanding suaminya?

Jujur saja, aku keberatan Sakura di luar jangkauanku. Akan tetapi, aku juga tahu tidak ada yang berkompeten  mengurusi masalah ini dibanding aku, putra mahkota juga berkompeten, sayangnya kakakku itu sudah mengemban tugas lain.

Ketika rapat akan selesai, secara mengejutkan Sakura masuk ruang rapat, para pejabat sangat berisik, membuatku jengkel. Mereka baru terdiam ketika aku melirik tajam penuh peringatan, sempat ada ide untuk merobek mulut mereka yang tidak bisa diam. Sayangnya, ide itu teralihkan karena permintaan Sakura kepada Raja.

Perilaku Sakura tidak membuatku marah, justru aku menyukai keberaniannya dan permintaannya, dengan begitu Sakura masih berada dalam jangkauanku.

Hal biasa yang terjadi ketika aku mendapat misi adalah pikiranku hanya fokus pada misi, aku tetap begitu sampai aku mendengarnya, "Pangeran, kemungkinan besok aku sudah bersih."

SHACKLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang