G. kesempatan

637 52 0
                                    

Pagi ini tiba-tiba saja Haechan mengatakan tidak akan berangkat sekolah bersama Mark, dan ia akan berangkat bersama kekasihnya. Mendengar itu sang ayah, Lee Kai tersedak kopinya dan sang ibu kristal Lee menganga tak percaya dengan ucapan anak bungsunya itu. Mark memukul meja dan membuat ketiganya terlonjak.

"Tidak. Aku tidak izinkan," tegas Mark.

Haechan melempar tatapan malas pada sang kakak. "Aku tidak perlu izinmu hyung. Aku akan tetap pergi bersama Jeno." Haechan pergi dari sana tanpa berpamitan pada kedua orang tuanya, dan juga tak memperdulikan tatapan protes dari Mark. Padahal Mark Sudah janji tak akan mengekangnya lagi, namun tanpa sadar ia melanggar janjinya itu.

Haechan terus mengomel tak jelas, ia kesal dengan sikap kakanya yang terlalu protektif. Dari ia kecil hingga sekarang ia tak pernah bebas dari perhatian Mark.

Tak lama Haechan menunggu ia melihat Jeno memarkirkan motornya di halaman rumahnya. Haechan berjalan mendekati Jeno dan menatap bingung jawab pemuda itu. "Ada apa dengan wajahmu?" tanya Haechan. "Kemarin aku dan Jaemin dikejar anjing," jelas Jeno. Haechan tak bisa menahan tawanya setelah mendengar itu. Wajah Jeno mengusut seperti seragam Haechan, karena kesal di tertawaan ia menyumpal mulut Haechan dengan roti yang ia makan.

"Ayo pergi," ajak Jeno.

"Kau sangat tidak romantis Lee Jeno," ujar Haechan.

"Naik atau kutinggal."

Haechan berdecak kesal. Dalam hati ia berharap Jeno memasangkan helem untuknya, karena setidaknya itu akan membuat Mark yang sedang mengintip percaya jika kedua memang sepasang kekasih.

.

.

.

Jaemin dan Renjun yang baru tiba di sekolah langsung memfokuskan pandangan mereka ke dua orang yang juga baru tiba itu. Renjun memperhatikan Haechan yang turun dari motor Jeno dengan terus mengomel, sedangkan Jeno sudah sangat lelah berdebat dengan pemuda tan itu selama di perjalanan. "Kau berisik gendut." Jeno mendekap mulut Haechan dengan tangannya. Setelah dirasa Haechan sudah sedikit tenang Jeno memberikan tasnya pada pemuda itu. "Jadilah babu yang penurut."

Haechan mengeraskan rahangnya, menatap tajam Jeno dengan aura penuh permusuhan. "Chanie," panggil Renjun. Keduanya menoleh dan terkejut dengan kehadiran sepasang kekasih itu. Baru saja Renjun akan mengeluarkan pertanyaannya, Haechan lebih dulu menarik tangannya pergi dari sana tanpa memperdulikan teriakan protes dari Jaemin.

Jaemin beralih pada sahabatnya itu, ia memberikan tatapan curiga dari ujung kaki hingga kepala. Jaemin memincingkan matanya ketika Jeno berusaha mengalihkan pandanganya. "Kau dan si malika it-"

"Tutup mulutmu Jaemin. Mulutmu bau." Jeno pergi dari sana, sedangkan Jaemin melebarkan matanya tak percaya setelah Jeno mengatakan mulutnya bau.

"Yak! coba kau ulang lagi, biar aku robek mulutmu."

****

Winter yang sedang berada di perpustakaan tak sengaja bertemu dengan Karina yang sedang menyusun buku ke dalam rak. Pandangan keduanya bertemu satu sama lain, namun tak lama karena winter yang lebih dulu memutuskan pandangan itu. Winter berjalan melewati Karina, namun dengan cepat gadis itu menahan tangan winter. Gadis Huang itu berbalik Dengan wajah terkejutnya.

Karina memandang wajah winter yang sangat mungil itu. "J-Jimin unnie?" Karina melepaskan genggamannya saat di rasa ia terluka kuat menggenggam tangan mungil itu. "Apa kau sibuk pekan ini?" tanya Karina. Winter menggeleng kepala sebagai jawaban. Karina mengeluarkan dua tiket pada winter, ia mengatakan ingin mengajak winter menonton pertunjukan.

Winter menatap dua tiket tersebut, lalu mengangkat pandangannya tersenyum. "Baiklah, asal unnie yang menjemputku," ucap winter. Karina tersenyum lalu mengusap surai gadis itu lembut. Ia mengatakan pasti akan menjemputmunya.

"Semoga kali ini bisa."

Saat winter akan berbalik, lagi-lagi Karina menahannya. Winter melempar tatapan bertanya namun Karina hanya terdiam. Karina mengigit bibirnya gugup, namun ia memberanikan diri, karena hanya ini kesempatannya.

"Minjeongah, apa aku masih punya kesempatan?"

(⁠ノ⁠*⁠0⁠*⁠)⁠ノ





















"Berhenti menghela nafas Lee Nojam. Kau sudah menghela nafas sepuluh kali," kesal Jaemin karena sejak sejam yang lalu Jeno terus menghela nafas seperti orang yang sedang memikirkan banyaknya utang yang menumpuk. "Apa kau bisa berhenti membuatku seperti badut?" tanya Jeno.

"Aigoo~ Nono kau sangat cantik. Lihat ini bibirmu merah seperti habis di sengat tawon." Jeno mengerut hidungnya jijik melihat dirinya dari cermin. Ia menendang Jaemin sedangkan pemuda itu hanya tertawa puas. Itu akibat karena mencoba menyembunyikan hal penting darinya.

Jeno merebut lipstik itu dari tangan Jaemin. "Kau dapat ini dari mana?" tanya Jeno, tidak mungkinkah Jaemin menyimpan benda itu. "Aku mencurinya dari Karina." Bibir Jeno membentuk bulat, lalu mengangguk.

Hah?

"Karina?" Jaemin mengangguk. Jeno menatap horor Jaemin, apa baru saja pemuda itu menyebut nama Karina? astaga malah petaka untuknya. Jaemin mengatakan jika Karina seperti ondel-ondel memakai merah bibir seterang itu. Jaemin terus bercerita tanpa menyadari perubahan wajah Jeno yang seperti tengah melihat ajal di depan mata.

"Dan kau tahu, nenek lampir itu seperti pemeran ibu tiri hahahaha....

AAAAAAAAAA!"

Jaemin terlonjak ketika berbalik ia langsung berhadapan dengan wajah yang sangat menakutkan. Jaemin memegang dadanya, wajahnya seketika menjadi pucat. Karina berdirinya di sana dengan aura yang sudah sangat gelap menyelimuti tubuhnya. Kedua J itu menelan ludahnya kasar.

"Ohh, jadi kau pelakunya Na brengsek."

"Heheheh Jimin-"

"Jangan memanggilku dengan nama itu Na Jaemin!"

Jaemin terkejut, ia memundurkan dirinya bersembunyi di balik tubuh Jeno. Karina sungguh sangat menakutkan, bagaimana bisa ada manusia semenakutkan itu? hanya gadis itu seorang. Karina melangkah mendekati keduanya, ia memincingkan matanya menatap Jeno yang terlihat prihatin. Kemudian wajahnya berubah garang dan menampar wajah Jeno dengan secepat kilat.

"Jeno!" panik Jaemin.

"Kau berkencan dengan si buntalan lemak itu hah?!"

"Kau dengar dari mana?" panik Jeno. Padahal ia mencoba menyembunyikan itu dari Karina.

"Yeri unnie yang memberitahuku." Jeno berdiri dan ingin menjelaskan yang sebenarnya, namun belum ia mengeluarkan suara Karina sudah lebih dulu memukulnya, menendang dan juga menarik rambutnya.

"Jeno! Yak, nenek lampir apa yang kau lakukan lepaskan Jeno!" teriak Jaemin. "Diam! tidak usah ikut campur dasar brengsek."

Jaemin panik melihat Jeno yang sudah tak berdaya. Ia mencari ponselnya yang entah ada di mana. "Dimana ponselku?" namun ia tak menemukan ponselnya. Terpaksa ia mengambil ponsel Jeno.

"Jeno apa passwordnya?" dalam keadaan genting Jaemin masih sempat-sempatnya menanyakan password ponsel Jeno. "Tanggal lahirku." Masih di jawab😭

"Halo-halo apa ini dengan Lee Haechan?" tanya Jaemin basa-basi

"Ada apa?"

"Haechan! cepat ke rumah Jeno sekarang juga, dia akan mati AAAAAAA!."

"Hah?"

"Tidak usah ha ho ha ho Lee Haechan! Kekasihmu akan di bunuh nenek lampir!"

"APAAAA?"

.....
















Si cantik milik si tampan (Jaemren, Nohyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang