Terlihat seorang pria baru saja keluar dari bandara, lalu mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ada di balik panggilan yang sedang berlangsung itu. "Kau sungguh datang menjemputku bukan Lee Jeno?" tanyanya, pada Jeno yang ada di balik panggil itu.
"Lihat depanmu bodoh, aku di sini."
Eric melihat ke depannya, dan di sana ia melihat Jeno yang melambaikan tangan. Kini kedua saudara kembar itu berdiri saling berhadapan. Eric memberikan tasnya pada Jeno, yang di terima dengan malas oleh sang empu. "Kau ini merepotkan saja," kesal Jeno.
Eric tak mempedulikan Jeno yang bermisu-misu, ia mengelus perutnya yang terus berbunyi minta untuk di isi. "Aku lapar, apa Haechan membuatkan aku makanan enak di rumah?" Jeno menendang kaki Eric kuat. "Berani sekali kau menyebut nama istriku seperti itu." Eric hanya cengengesan melihat wajah kesal kembarannya itu.
Kemudian keduanya pergi dari sana menuju kediaman Jeno dan Haechan. Di perjalanan Jeno banyak menanyakan kehidupan Eric selama bertahun-tahun tak pernah kembali ke Korea. Eric mengatakan jika hidupnya biasa saja, dan sama sekali tak ada yang menarik. Jeno kembali bertanya, apa Eric sudah memiliki seorang kekasih? ingat Ibu mereka selalu menanyakan pertanyaan yang sama pada Eric.
"Tidak, kau sama sekali tidak tertarik."
"Kau ini, ingat umurmu sudah tua."
"Aku tunggu putri kecilnyamu saja, setelah itu akan aku nikahi bila sudah besar nanti."
Jeno menatap sinis pada Eric yang hanya tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. "Berani kau melakukan, aku pastikan kepalamu lebih dulu ku gantung di depan pintu kediamanku." Eric meringis, Jeno setelah menikah dan memiliki keluarga semakin menakutkan.
.
.
.
"Sayang aku pulang," teriak Jeno, yang sudah berada di kediamannya.
Haechan yang mendengar suara Jeno langsung saja menghampiri suaminya itu. Haechan tersenyum melihat Eric yang berdiri di belakang tubuh Jeno dan tersenyum manis padanya.
"Eric!" Haechan berlari memeluk Eric, yang langsung di sambut dengan pelukan rindu dari pria Lee itu. Jeno yang melihat interaksi keduanya tersenyum. Haechan melepas pelukannya, ia menatap Eric dari bawah hingga atas, tak ada yang berubah dari pria itu.
"Bagaimana kabarmu Eric?" tanya Haechan.
"Aku baik, bagaimana denganmu?"
"Seperti yang kau lihat. Kau tak banyak berubah ya."
"Dan kau semakin cantik."
Ekhem!
Keduanya menoleh ke arah Jeno yang sudah memasang wajah sinis. Haechan terkekeh melihat wajah cemburu suaminya itu. "Suamimu itu cemburuan," bisik Eric.
"Begitulah, kalau sudah tua," ucap Haechan, yang mendapatkan tawa dari Eric.
Kemudian Jeno mengajak keduanya untuk makan siang. "Apa tidak menunggu anak-anak dulu?" tanya Eric. Haechan mengatakan jika mereka sudah berada di perjalanan untuk pulang, sekalian saja mereka menunggu mereka di meja makan.
Kini ketiga suda berada di meja makan. Haechan meminta Eric untuk menceritakan apa saja yang ia lakukan di sana hingga begitu lamanya. Eric bercerita dari ia melanjutkan pendidikannya, dan membuat usahanya sendiri di sana.
Tak lama kemudian ketiganya mendengar suara cempreng dari arah ruang tamu. Haechan menggeleng kepala mendengar suara anak bungsunya yang sangat berisik itu. "Aecha pulang!" Sang kakak yang mengekor di belakang hanya bisa menutup telinga dengan suara sang adik yang sungguh membuat sakit telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si cantik milik si tampan (Jaemren, Nohyuck)
Fiksi Penggemarkisah empat pemuda dengan kisah cinta yang penuh drama. "Injunie ayo menikah dengan Nana." "Tidak mau, Nana jelek." "Jeno apa aku jelek?" "Tidak, kau tampan." "Kau berbohong?" "Iya." "Nono calangeee~" "😳" NCT DREAM Jaemren Nohyuck Renjun,Jeno,Ha...