E. kekasih

186 31 3
                                    

"Chanie," panggil Mark. Haechan yang sedang fokus bermain game tak mendengarkan panggilan sang kakak. Mark memincingkan matanya, ia memanggil sekali lagi namun Haechan tetap tak mendengarkannya. Mark berdecak kesal, lalu berjalan mendekati sang adik.

"AAAAAAAAAA telingaku hyung!"

"Ayo ikut hyung," ajak Mark.

"Kemana?"

"Sudah tidak usah banyak tanya, ikut saja."

Di dalam mobil Haechan menguap sangat lebar hingga Mark sampai harus mendekap mulutnya. Haechan dengan kasar menepis tangan sang kakak dan menatapnya jijik. "Tangamu bau," ujar Haechan. "Aku tadi makan sarden," jelas Mark. Haechan bertanya kemana mereka akan pergi? dan tumben sekali Mark mau mengajaknya, biasanya bahkan di minta Mark tak akan mau membawanya. Katanya Haechan itu berisik jadi ia tak akan tenang apalagi Haechan suka sekali menghilang di tempat umum.

"Belanja," ucap Mark. Belanja? tumben. Haechan curiga jangan-jangan ada sesuatu. Tidak mungkin seorang Mark Lee mau repot-repot belanja jika ia bisa menggunakan ponselnya untuk berbelanja online. Ada sesuatu yang tidak beres, sangat mencurigakan.

Haechan melebar matanya ketika menyadari sesuatu yang sangat penting. Ia menunjuk sang kakak dengan tatapan tak percayanya. "Hyung jangan bilang kau-

(. ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)































Sadar penipu!"

Haechan rasanya ingin berteriak sekencang mungkin dan jika bisa ia memaki mengumpati Mark yang dengan beraninya sudah menipunya. Mark merotasi matanya malas dengan drama lebay adiknya. "Aku pulang bay!" namun belum ia melangkah pergi dari sana, Mark sudah lebih dulu menarik kera bajunya. Haechan meronta meminta Mark untuk melepasnya, namun mark tak perduli, meskipun harus tahan malu karena Haechan.

Haechan dengan ogah-ogahan mengekori Mark dan kekasihnya yang berjalan di depan sana. Mulutnya terus berkomat-kamit tak jelas, menatap jengkel sepasang kekasih itu. "Tunggu saja pembalasanku dasar pasangan prik," batin Haechan.

"Sayang lihat ini, sangat cocok denganmu," ucap Yeri, kekasih cantik Mark. Mark tersenyum mengatakan apapun yang di pilih Yeri akan sangat cocok untuknya.

(Ekspresi Echan mendengar itu)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ekspresi Echan mendengar itu)


Mark memberikan lima lembar baju itu pada Haechan dan menyuruhnya untuk membawakan untuknya. "Kau pikir aku ini babumu hah?" Haechan menjatuhkan baju-baju itu ke atas lantai. Mark berdecak kesal, ia mengatakan jika Haechan Harusnya berterima kasih karena sudah mau mengajaknya meskipun harus jadi obat nyamuk di antaranya dan Yeri, namun setidaknya Haechan tidak menjadi gembel di rumah.

"Kau pikir aku tidak sibuk? aku juga sibuk dan banyak kesibukanku," tegas Haechan.

"Sibuk makan, minum, tidur, berak itu saja. Manusia nolep dan jomblo sepertimu itu memang apa yang harus di sibukkan hah?" Haechan memegang dada dramatis, apa baru saja kakaknya mengatainya? sungguh tidak bisa di percaya manusia di muka bumi ini. "Siapa bilang aku ini jomblo? aku punya kekasih." Mark menaikan alisnya sebelah, dan mengatakan jika memang ada coba bawa ke hadapan sekarang juga. Paling Haechan hanya melantur, agar ia bisa pergi dari sana. "Bawa kekasihmu ke sini, maka selamanya aku akan membebaskanmu," ucap Mark.

"Baik. Tunggu di sini aku akan membawa kekasihku. Dan aku akan membuatmu menyesali ucapanmu Mark Lee."

Setelahnya Haechan pergi dari sana. Wajahnya yang berapi-api perbandingan terbalik dengan isi pikirannya yang menyesal akan ucapannya tadi, ia merutuki mulutnya yang selalu saja membuat masalah. Dan sekarang bagaimana caranya ia membawa kekasihnya pada Mark, sedangnya ia tak punya sama sekali.

Haechan meremas rambutnya frustasi. "Aku harus mencari kekasih di mana? Mark hyung pasti akan membullyku jika ia tahu aku berbohong." Haechan berjongkok dan terus memukul kepalanya yang pusing itu. Ia tak perduli dengan tatapan semua orang yang berlalu lalang melihatnya dengan aneh.

Saat sedang merutuki diri sendiri Haechan tak sadar ada seseorang yang berdiri di belakang dan menatapnya aneh. Sosok itu menendang pantat Haechan dan berhasil membuat pemuda tan itu jatuh ke depan. "Oii gendut, kau menghalangi jalan."

Haechan yang ingin menegur orang tak memiliki sopan santun itu, langsung menghentikan niatnya. "Nono~" Haechan berlari memeluk Jeno. Jeno tak menolak pelukan yang tiba-tiba itu, namun ia bingung dengan pemuda pendek itu. "Kau ini kenapa?" tanya Jeno.

Haechan langsung melepas pelukannya setelah sadar akan perbuatannya itu. Ia berdehem, meskipun sedikit canggung ia tetap memberanikan diri untuk menatap Jeno. Jeno mengatakan jika tak ada yang penting lebih baik Haechan menyingkir karena ia menghalangi jalannya.

"Tunggu Jeno."

"Apa?"

"Jadilah kekasihku."

"Hah?"

.

.

.

Mark melipat kedua tangannya di depan dada menatap bergantian dua orang yang duduk di hadapannya itu. Yeri yang duduk di sebelahnya juga ikut menatap keduanya bingung. Tatapan penuh intimidasi itu berhenti pada Jeno yang tampak sangat tenang itu, sedangkan Haechan melirik takut-takut pada sang kakak jika saja ia mengetahui rencana busuknya.

"Kau pikir aku bodoh," ucap Mark masih dengan tatapan dinginnya.

"Jeno sungguh kekasihku. Tanya saja padanya." Haechan menyenggol lengan Jeno memberi isyarat untuk membenarkan ucapannya. Jeno melirik Haechan di sudut matanya dan ia bisa melihat wajah berharap pemuda itu. Kemudian ia menatap Mark yang masih menuju tanda tanya untuk keduanya.

"Hhmm."

"Kau dengar? Jeno sungguh kekasihku hyung. Aku bisa pergi sekarang?" ucap Haechan. Mark masih belum percaya dengan adiknya yang penuh tipu muslihat itu, mana mungkin dua orang yang bagaikan air dan minyak bisa menjadi sepasang kekasih.

****

Beberapa menit yang lalu.

Jeno menatap horor Haechan yang sudah mengeluarkan aegyonya. "Jeno kumohon sekali Ini saja tolong bantu aku, jadilah kekasihku." Tidak perduli harga dirinya jatuh sejatuh jatuhnya asal ia bisa terbebas dari kakaknya. "Tidak." Jeno menggeser tubuh Haechan lalu melewatinya begitu saja.

Haechan terus mengekori langkah Jeno, ia bahkan merengek seperti anak kecil yang meminta es krim pada ayahnya. Ia menarik-narik baju Jeno, sedangkan pemuda itu tak perduli sama sekali. Haechan semakin merengek bahkan sampai duduk di atas lantai karena Jeno mengabaikannya. Jeno yang melihat itu melebarkan matanya terkejut, ia menarik Haechan untuk berdiri kembali. "Kau bikin malu." Haechan memajukan bibinya, melihat jeno yang kembali meninggalkannya.

"Jeno~ sekali ini saja. Aku janji akan melakukan apa saja, asal kau membantuku." Jeno tiba-tiba berhenti dan Haechan yang mengekorinya langsung menabrak punggung lebar itu. Jeno berbalik lalu menatap serius pemuda itu. "sungguh?" Haechan mengangguk semangat yakin, meskipun di lubuk hatinya yang terdalam ia menyesali ucapannya.

Mark menghela nafasnya, meski tak sepenuhnya ia percaya, namun Jeno sendiri yang membenarkan itu semua. Dua orang yang selalunya gelut setiap bertemu bagaimana mungkin bisa menjadi sepasang kekasih? bahkan sampai bumi terbalikpun orang-orang tak akan mempercayainya. "Baiklah, mulai sekarang kau bebas. Tapi ingat jika kau berbohong kau akan meminta daddy menikahkanmu dengan pria tua," ancam Mark. Haechan tersenyum sangat lebar, lalu mengatakan jika ia tak akan pernah berbohong soal itu.

Haechan berjalan dengan sangat gembira, senang karena akhirnya ia bisa terbebas dari sang kakak yang sangat protektif itu. Namun ia lupa dengan seseorang yang mengikuti di belakang.

"Ingat perjanjiannya Lee Donghyuck." Haechan berhenti lalu dengan cepat berbalik menghadap Jeno. Haechan merotasi matanya malas. "Baiklah kekasihku tersayang." Kemudian Haechan pergi begitu saja meninggalkan Jeno yang terdiam di tempatnya.

.....



























Si cantik milik si tampan (Jaemren, Nohyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang