Setelah mendengar cerita Jaemin, Renjun menangis di pelukan kekasihnya itu. Ia tak menyangka jika sahabatnya memiliki kisah cinta yang begitu berat. Dan ia juga tak menyangka Jeno bisa setegar itu. Renjun bertanya pada Jaemin apa yang akan mereka lakukan sekarang? apalagi sekarang Eric telah kembali dan menginginkan Haechan kembali. Apa Jeno dan Haechan tak akan bisa bersatu?
"Aku tidak tahu sayang, kita tak bisa ikut campur, itu semua adalah urusan mereka."
Jaemin menenangkan Renjun yang masih menangis di pelukannya. Namun tak lama kemudian ia merasakan pelukannya ia memberat, lalu ia melihat jika Renjun telah jatuh tertidur. Jaemin mengangkat sang kekasih dan memindahkannya ke atas tempat tidur. Tak lupa Jaemin mengusap jejak air mata di pipi Renjun, kemudian ia ikut berbaring dan memeluk tubuh mungil itu.
.
.
.
Mark mengetuk pintu kamar Haechan yang sejak kemarin tak ada tanda-tanda pemuda itu akan keluar dari sana, ia sebagai kakak tentu saja merasa khawatir bila terjadi sesuatu pada adiknya itu. "Chanie, bukan pintunya jangan buat Hyung cemas." Namun lagi-lagi tak ada satupun sautan dari dalam sana.
"Mark, Mommy cemas pada adikmu," ucap Kristal cemas. Mark mengatakan pada sang ibu untuk tidak perlu cemas berlebihan, dan percaya padanya jikalau Haechan pasti akan baik-baik saja.
Sedangkan di dalam sana, Haechan menutupi tubuh dengan selimut, ia sejak kemarin tak henti-hentinya menangis, ia masih ingat bagaimana Jeno yang pergi meninggalkannya lagi tanpa mau mendengar penjelasannya. Apalagi Jeno mengatakan tak mencintainya, dan itu semakin membuat hatinya sakit.
ಥ_ಥ
"Chanie," panggil Renjun.
Haechan menoleh ke arah Renjun yang memanggilnya. Renjun terkejut melihat keadaan Haechan yang begitu menyedihkan. Ia memeluk sahabatnya itu, hatinya sakit melihat Haechan yang begitu buruknya. Renjun tak bisa menahan air matanya setelah mendengar tangisan Haechan yang pecah di dalam dekapannya.
Jaemin yang duduk tak jauh dari keduanya mencoba mengalihkan pandangannya. Ia tak bisa melihat keadaan Haechan yang seperti itu. Ia selalu melihat Haechan yang ceria dan banyak tingkah, kini ia melihat sosok lain dari pemuda itu.
"Injunie, apa aku tak akan bisa bertemu dengan Jeno lagi?" tanya Haechan di sela-sela tangisannya.
"Jangan katakan itu Chanie. Kau pasti akan bertemu lagi dengannya."
"Jeno tak menginginkan aku muncul di hadapannya. Apa dia sangat membencinyaku?"
"Tidak Chanie, Jeno tidak mungkin membencimu."
Haechan mengatakan jika saja ia tak mengikuti ucapan gila Eric saat itu, mungkin ia akan bersama dengan Jeno. Mengapa dulu ia sangat bodoh, mengapa ia terlambat menyadari perasaannya pada Jeno. Dan kini ia menyesal telah membuat Jeno membencinya.
Renjun berusaha menjelaskan jika Jeno tak mungkin membenci Haechan. Karena ia sangat tahu Jeno bukan orang yang akan mudah membenci orang lain, apalagi Haechan sosok yang sangat penting di kehidupannya.
Setelah pertemuan ketiganya, dengan berat hati Renjun dan Jaemin meninggal Haechan masih dengan keadaannya yang sama. Renjun mengatakan jika ia akan kembali besok untuk menemui Haechan.
Di perjalanan, Renjun hanya memandangi kosong jalan raya, dan itu mengundangmu tatapan cemas dari Jaemin. "Injunie," panggil Jaemin. "Nana, apa mereka sungguh tak akan bisa bersatu?"
Renjun mengalihkan pandangannya untuk menatap sang kekasih. "Nana, aku sangat mengenal Chanie. Dia sangat mencintai Jeno, dan aku ingin mereka bersama Nana."
Jaemin menelan ludahnya, ia mengehentikan mobilnya di pinggir jalan lalu menarik Renjun ke dalam pelukannya. Mengusap punggung sempit itu dan mencoba menenangkan sang kekasih. Renjun dan Haechan memiliki ikatan batin yang sangat kuat, dan jika salah satunya terluka maka yang lainnya akan ikut merasakannya.
Jaemin tak bisa melihat air mata yang membasahi wajah manis Renjun. Melihat dua orang yang begitu penting di kehidupannya tersakiti ikut membuat hatinya tercubit.
"Kita hanya bisa berdoa semoga semuanya bisa kembali seperti dulu."
.
.
.
Haechan masih termenung di dalam kamarnya. Namun tak lama lamunannya teralihkan pada suara bel rumahnya. Haechan menyadari jika tak ada seorangpun di rumahnya selain dirinya. Haechan melihat jam, dan ini sudah hampir menunjukkan waktu tengah malam.
Haechan membuka pintu. Ia terkekeh melihat sosok yang berdiri di depannya. "Jen-" namun saat sosok itu membuka masker yang menutupi wajahnya, ia baru menyadari jika itu bukan Jeno, namun Eric.
Haechan dengan buru-buru ingin menutup pintu itu, namun dengan cepat Eric menahannya lalu mendorong paksa Haechan untuk masuk ke dalam.
Haechan mencoba melepaskan cengkraman tangan Eric darinya, namun dengan keadaan tubuh yang lemah ia sama sekali bukan tandingan pemuda itu.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Eric tak menjawab sama sekali dan justru hanya menatap Haechan yang menatapnya penuh kebencian.
"Apa sebenci itu kau denganku Chanie?"
"Lepas Eric!"
Namun pemuda itu sama sekali tak berniat untuk melepaskan genggamannya dari Haechan. Ia menarik Haechan untuk lebih dekat dengan, namun Haechan dengan cepat mendorong tubuh Eric hingga membuat dirinya sendiri terjatuh.
"Haechan-"
"Jeno membenciku itu karenamu! kau yang telah membuat hubunganku dengan Jeno menjadi seperti ini." teriak Haechan.
Eric berlutut di hadapan Haechan, dan ingin meraih tangan itu lagi. "Jangan menyentuhku! aku membencimu Lee Eric.
Kenapa, kenapa kau harus kembali dan membuat semuanya menjadi buruk?!""Aku mencintai Jeno, dan harusnya kau mengetahui itu," ucap Haechan sesenggukan.
"Tapi, aku juga mencintaimu Chanie."
"Kau tidak mencintaiku! kau tak pernah mencintaiku, kau hanya ingin mendapatkanku hanya demi keuntunganmu sendiri. Kau ingin membuat Jeno buruk dengan mendapatkanku."
Bagai di tulus rubah belati, Eric hanya bisa terdiam mendengar ucapan sakit itu dari orang yang ia cintai. Namun yang lebih sakit adalah Haechan mengatakan dengan jelas bahwa ia mencintai Jeno. Dan bukan dirinya.
"Kumohon, biarkan aku bersama Jeno. Aku sungguh mencintainya."
"Lalu bagaimana dengan aku? apa aku bisa melihat orang yang aku cintai bersama orang lain?"
Haechan menatap Eric. Ia baru menyadari jika pemuda itu menangis. "Aku tak bisa melakukan itu Chanie."
"Lalu apa maumu? apa aku harus bersamamu? dan membuat diriku menderita karena mencinta orang lain dan bukan dirimu?"
Haechan menggeleng, ia tak bisa melakukan itu. Ia mengatakan pada Eric jika ia mencintainya, harusnya ia bisa merelakan Haechan bersama orang yang ia cintai.
"TAPI AKU MENCINTAIMU."
"Tapi aku tidak, Eric."
Eric yang sudah kepala panas itu memutuskan untuk meninggalkan Haechan dengan perasaan hati yang kacau. Ia tak mau melanjutkan pembicaraan itu yang hanya membuat keduanya semakin sakit.
Haechan menatap kepergian Eric dengan tatakan kosong. Di pikirannya apa yang ia lakukan barusan sudah benar? apa dengan menyakiti hati Eric ia bisa lepas dari pemuda itu? pikirannya sekarang telah kacau, tentang Jeno maupun Eric.
"Aku harus apa sekarang?"
Kalian team Nohyuck atau Richyuck?
KAMU SEDANG MEMBACA
Si cantik milik si tampan (Jaemren, Nohyuck)
Фанфикkisah empat pemuda dengan kisah cinta yang penuh drama. "Injunie ayo menikah dengan Nana." "Tidak mau, Nana jelek." "Jeno apa aku jelek?" "Tidak, kau tampan." "Kau berbohong?" "Iya." "Nono calangeee~" "😳" NCT DREAM Jaemren Nohyuck Renjun,Jeno,Ha...