°°°
.
.
.
Angkasa yakin bahwa tidak ada hal yang salah dengan dirinya. Dia masih orang yang sama, seseorang yang menulikan telinganya akan teriakan orang lain, juga hatinya masih sekeras karang serta pola pikirnya licik seperti ular. Dirinya Angkasa, yang melepaskan tangan setiap orang yang membutuhkan tarikannya, yang melarang orang lain untuk menjadi pemimpinnya, serta tanpa ragu menghunuskan pisau atau melepaskan tembakan.
Dirinya adalah Angkasa Dewangkara yang berjanji bahwa sekalipun dunia hancur, dia tidak akan pernah menganggap orang lain sebagai bagian dari dirinya dan bersumpah jika tidak ada nyawa di dunia ini yang lebih berharga daripada nyawanya. Angkasa menjunjung tinggi komitmen dan prinsip hidupnya, namun bukan berarti dia tidak bisa merubahnya. Hanya saja, Angkasa benci pada perasaan asing akan dirinya sendiri.
Karena faktanya, hari ini Angkasa merasa meragukan dirinya sendiri. Tangan yang suka menghancurkan orang lain dengan kurang ajarnya menarik Samudra yang seharusnya dia jatuhkan. Tangan itu juga yang melindungi Galaksi, dengan dalih tidak ingin permainannya berantakan, padahal tidak. Yang benar, Angkasa hanya tidak ingin gelar pembunuh bersanding dengan nama Samudra.
Angkasa sadar akan semua hal yang seharusnya tidak pernah dia lakukan itu. Tidak peduli seberapa ingin Angkasa untuk menaklukkan Samudra, tidak seharusnya dia bertindak sejauh itu. Hal-hal semacam ini hanya akan membawa masalah lain dalam permainannya dan Angkasa tahu tentang hal itu.
Sialnya, pertemuan pertama antara dirinya dengan Samudra bukanlah sesuatu yang mudah untuk Angkasa lupakan atau sekedar untuk diabaikan. Tatapan Samudra pada malam itu terasa sangat berbeda sehingga tanpa sadar membuat Angkasa tertarik untuk melihatnya lagi. Ketertarikan itulah yang membuat Angkasa ingin melihat Samudra secara terus menerus.
Alam bawah sadarnya memberikan peringatan bahwa Samudra harus Angkasa keluarkan dari permainannya. Tetapi mengeluarkan Samudra dari daftar pionnya hanya akan membuat semuanya menjadi membosankan. Secara sadar, Angkasa dapat memastikan bahwa Samudra nyatanya memiliki peran penting dalam permainannya.
Angkasa tahu seberapa besar keinginan Galaksi untuk membuatnya bergabung dengan Alozcar. Bukankah akan menjadi sangat menyenangkan apabila dia mempermainkan perasaan remaja itu dengan bertingkah seolah dirinya lebih tertarik pada Samudra? Angkasa sangat yakin jika Galaksi akan menggila melihatnya.
"Biru cuma salah satu pion permainan lo, Angkasa. Sebatas pion permainan saja. Selain itu, dia sama sekali engga penting." Monolog Angkasa sembari menginjak gas mobilnya.
Untuk memastikan bahwa semuanya berjalan dengan lancar, Angkasa memutuskan untuk berurusan dengan Samudra dalam kurun waktu tertentu saja, mungkin. Menaklukkan Samudra akan tetap Angkasa lakukan, remaja itu harus menjadi sama seperti orang lain yang terobsesi untuk berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line (𝐁𝐞 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐌𝐨𝐧𝐬𝐭𝐞𝐫)
FanfictionDia Angkasa Dewangkara, yang semua orang kenal sebagai manusia tanpa belas kasih. Seperti namanya, Angkasa tumbuh bersama rasa percaya diri setinggi langit, berkuasa atas banyak hal, dan tentunya bersahabat dengan angkara yang selalu menyelimutinya...