°°°
.
.
.
Banyak orang bilang, memiliki keluarga terutama orang tua yang lengkap tentunya akan membuat karakter seseorang menjadi lebih baik dan tertata. Mereka juga bilang, seseorang yang berasal dari keluarga cemara pasti akan lebih sedikit merasakan apa itu pahitnya hidup dibandingkan dengan orang-orang yang berasal dari keluarga broken home.
Sayangnya, hal itu tidak pernah berlaku bagi Angkasa, putra tunggal keluarga Yuanar yang bahkan tidak mendapatkan marga Yuanar dalam namanya. Remaja yang tumbuh besar atas hasil usahanya sendiri, tanpa tuntunan dan pegangan dari kedua orang tuanya.
Dia Angkasa Dewangkara, yang semua orang kenal sebagai manusia tanpa belas kasih. Angkasa tumbuh tanpa tahu seperti apa itu kasih dan sayang dari kedua orang tuanya yang gila kerja. Saat ini, Angkasa juga sama sekali tidak ingin merasakan seperti apa rasanya dicintai oleh mereka karena semuanya sudah terlambat.
Seperti namanya, semua orang selalu berbicara tentang seperti apa tingginya rasa kepercayaan diri, ego, dan juga kesombongan dalam diri Angkasa. Banyak orang menggambarkan dirinya seperti elang yang selalu menegakkan kepalanya, juga jangan lupakan tentang angkara yang tidak pernah jauh dari dirinya.
Angkasa itu mati rasa. Dia bisa merobek mulut orang-orang yang dengan mudah menghina dirinya. Pemuda itu juga sama sekali tidak peduli jika nama Ayah dan Ibunya disebut dalam percakapan kotor mereka. Angkasa bisa berdiri dengan dagu terangkat karena hasil jerih payahnya, jadi jangan berani menghinanya saat diri mereka sendiri saja masih bermanja ria dengan jerih payah orang tua.
Di usianya yang sekarang menyentuh 25 tahun, Angkasa bisa membuktikan pada semua orang bahwa tanpa dukungan siapapun, dia bisa membangun dunianya sendiri. Angkasa membangun perusahaan yang bergerak dalam bidang industri hanya dalam kurung waktu 5 tahun, waktu yang tidak lama namun tidak terlalu cepat juga. Perusahan yang dia bangun sebenarnya hanyalah tipuan yang Angkasa gunakan untuk menutupi dunia aslinya.
Angkasa sudah terlalu dalam terjatuh untuk bekerja dalam dunia yang bersih. Dia merasa tidak nyaman dengan dunianya yang tenang. Jadi, tanpa diketahui oleh banyak orang, pemuda itu juga membangun perusahaan di tempat lain, perusahaan yang merancang senjata-senjata ilegal, yang faktanya bisa membawa Angkasa pada titik puncaknya saat ini.
Pekerjaannya tentu tidak akan membiarkan tangan Angkasa tetap bersih. Angkasa tahu bagaimana cara melenyapkan nyawa seseorang menggunakan tangannya. Namun sekali lagi, dunia menciptakannya untuk tidak memiliki rasa. Jadi, menghilangkan nyawa seseorang tak lantas membuat Angkasa merasa bersalah. Salahkan saja dunia yang tidak mengajarinya untuk berbelas kasih.
Lalu, apa yang sebenarnya laki-laki itu cari? Kepuasan dan pengakuan. Dua hal itu yang menjadi latar belakang dari perjalanan panjang yang telah Angkasa lewati. Jika pada akhirnya dirinya mati, Angkasa juga tidak memiliki masalah tentang itu. Di sini, di dunia ini, dirinya hanya sedang bermain-main untuk memuaskan egonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line (𝐁𝐞 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐌𝐨𝐧𝐬𝐭𝐞𝐫)
Hayran KurguDia Angkasa Dewangkara, yang semua orang kenal sebagai manusia tanpa belas kasih. Seperti namanya, Angkasa tumbuh bersama rasa percaya diri setinggi langit, berkuasa atas banyak hal, dan tentunya bersahabat dengan angkara yang selalu menyelimutinya...