°°°
.
.
.Di dalam ruangan dengan pencahayaan tidak terlalu terang, terlihat seorang pemuda yang sedang duduk di sebuah kursi dengan tangan terikat dan mata yang ditutupi kain hitam. Saat ini Angkasa mencoba mengingat kembali kejadian beberapa waktu lalu yang telah dia alami. Angkasa ingat ada seseorang yang memukul tengkuknya dengan sangat kuat hingga membuatnya kehilangan kesadaran.
Angkasa bersandar pada kursi yang dia duduki dengan tenang. Jika tebakannya tidak salah, maka saat ini dirinya sedang diculik. Sayangnya, tingkah laku Angkasa yang terkesan santai sama sekali tidak mencerminkan kondisi seseorang yang tengah diculik. Jujur saja dia merasa kurang suka dengan cara bermain yang seperti ini, menyerang dari belakang bukanlah sesuatu yang akan Angkasa lakukan.
Pukulan kencang yang Angkasa dapatkan tidak benar-benar membuat pemuda itu kehilangan kesadaran untuk waktu yang lama. Jika Angkasa ingin, sebenarnya dia masih memiliki beberapa momentum untuk melakukan perlawanan. Hanya saja, dengan kondisi yang sudah terpukul, stamina Angkasa tentu tidak akan sama seperti pada saat dirinya dalam posisi siap. Jadi, Angkasa memutuskan untuk diam sembari mengikuti alur yang ada.
Dibalik kain hitam yang menutupi matanya, Angkasa bisa melihat cahaya saat suara saklar lampu yang dinyalakan terdengar di telinganya. Beberapa suara orang yang sedang berbincang juga masuk ke dalam indra pendengarannya. Angkasa merasa tidak asing dengan beberapa suara yang ada, hingga akhirnya sedikit ingatan muncul di dalam pikirannya.
'Caroz ternyata' batin Angkasa.
Govan, orang yang menjadi dalang dari peristiwa penculikan Angkasa hari ini berjalan mendekati targetnya yang saat ini terlihat duduk dengan damai. Tangannya terangkat untuk membuka kain yang menutupi mata Angkasa. Senyuman tipis menghiasi bibir Govan saat matanya beradu tatap dengan mata elang milik Angkasa.
"Hai, Angkasa." Sapanya yang tidak Angkasa balas.
"Gimana kejutannya? Lo suka?" tanya Govan, akan tetapi Angkasa sama sekali tidak tertarik untuk berbasa-basi.
"To the point." Ujar Angkasa sembari menatap datar Govan yang kini semakin mengembangkan senyumannya.
"Santai. Gue engga bakal bertindak sejauh ini kalau lo bisa diajak omong baik-baik, tapi kenyataannya lo engga bisa, Angkasa." Balas Govan sambil menarik kursi untuk duduk di depan Angkasa.
"Gabung sama Caroz dan akan gue biarin lo bebas." Ujar Govan dengan dagu yang terangkat dengan bangga.
Angkasa tertawa sarkas. Orang-orang di dunia ini memang penuh dengan obsesi, akan tetapi menjadikan Angkasa sebagai objek obsesi mereka tentu saja merupakan hiburan yang menarik baginya. Angkasa sebenarnya memang bisa menduga jika hal semacam ini akan terjadi, namun siapa sangka Caroz lah yang mengambil langkah lebih dulu, bukan malah Alozcar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line (𝐁𝐞 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐌𝐨𝐧𝐬𝐭𝐞𝐫)
FanficDia Angkasa Dewangkara, yang semua orang kenal sebagai manusia tanpa belas kasih. Seperti namanya, Angkasa tumbuh bersama rasa percaya diri setinggi langit, berkuasa atas banyak hal, dan tentunya bersahabat dengan angkara yang selalu menyelimutinya...