°°°
.
.
.
Angkasa melepaskan masker dan juga topeng yang dia gunakan setelah menyelesaikan pekerjaannya. Lelaki itu bersandar pada bagian depan mobilnya sembari menunggu para anggota MistyCrime yang lain menyelesaikan tugas mereka untuk membersihkan TKP.
Angkasa menatap logo MistyCrime yang terletak pada bagian belakang jaket para anggotanya. Seekor elang dengan kaki yang mencengkeram pedang berlumuran darah, itulah logo MistyCrime. Pemuda itu cukup mengapresiasi kreativitas Tara karena telah menciptakan sebuah karya yang menggambarkan MistyCrime secara keseluruhan.
Faktanya, MistyCrime memang merupakan sekumpulan pemangsa yang tidak akan melepaskan target sebelum tertangkap, sama seperti elang. Juga, mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki keraguan untuk menghilangkan nyawa setiap manusia yang telah terpilih sebagai target dari MistyCrime.
Angkasa melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 11 malam. Pekerjaan hari ini lebih cepat selesai daripada biasanya, karena memang tidak terlalu rumit. Beruntung bayarannya cukup mahal jadi Angkasa bersedia menerimanya, karena jika tidak, mana mungkin dia sudi untuk melakukannya.
Angkasa bukan mafia ataupun orang terkaya di dunia yang bisa menghasilkan uang hanya dengan duduk diam di dalam apartemennya. Dia juga tidak mungkin mengandalkan Jenggala mengingat dirinya sudah hampir satu bulan tidak pulang ke mansion milik keluarga Stara. Pekerjaan-pekerjaan seperti inilah yang membuatnya bisa menghasilkan uang.
MistyCrime bukan kelompok kecil, banyak anggota yang menggantungkan hidup pada Angkasa, mengingat tidak sedikit dari mereka yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Angkasa juga tidak memiliki masalah dengan ketergantungan itu, lagipula dia memiliki cukup uang untuk memberi mereka kehidupan yang layak, meskipun nyawa taruhannya.
"Kayaknya, kita engga bisa kayak gini terus, Angkasa." Ujar Ares yang baru saja datang. Angkasa melirik remaja itu sekilas, dia tidak paham dengan apa yang Ares katakan.
"Angkasa, lo engga berniat buat ngembangin sayap? Kita perluas jangkauan MistyCrime." Sahut Tara, namun Angkasa malah menyesap rokok di tangannya.
"Sudah." Balas Angkasa singkat, sedikit malas untuk menjelaskan semuanya secara panjang dan lebar.
Beberapa orang mengernyitkan dahi bingung. Sudah apa? Sudah mengembangkan sayap? Kapan? Mereka bahkan tidak tahu apa-apa. Sekelas Zia yang selalu membahas tawaran pekerjaan dengan Angkasa saja tidak memberikan informasi apapun kepada anggota yang lainnya.
"MistyCrime engga hanya ada di wilayah ini. MistyCrime ada di manapun tangan kanan gue berada." Balas Angkasa yang sadar atas kebingungan para anggotanya.
"Contohnya?" tanya Stevani, dia membutuhkan bukti meski mempercayai apapun yang ketuanya itu katakan.
Angkasa mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Lelaki itu mengotak-atik sebentar ponselnya sebelum akhirnya menunjukkan sesuatu. Stevani dan juga yang lainnya langsung mendekatkan wajah mereka ke arah layar ponsel Angkasa dengan mata yang terbuka lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line (𝐁𝐞 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐌𝐨𝐧𝐬𝐭𝐞𝐫)
FanficDia Angkasa Dewangkara, yang semua orang kenal sebagai manusia tanpa belas kasih. Seperti namanya, Angkasa tumbuh bersama rasa percaya diri setinggi langit, berkuasa atas banyak hal, dan tentunya bersahabat dengan angkara yang selalu menyelimutinya...