Alice terjebak di dunia milik Abian dan gak akan bisa kemana mana lagi. Apa iya??
Cerita ini akan mengandung beberapa kata kasar jadi mohon untuk para pembaca bisa bijak dalam menikmati cerita ini
Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis
Don't forget to VoMent Happy Reading!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alice mengerjapkan matanya lamat-lamat. Tangan kanannya terulur ke atas kepalanya yang berdenyut nyeri. Sebuah ringisan keluar dari belah bibirnya yang terbuka.
Suasana kamar yang ia tempati saat ini sepi dengan cahaya remang dari satu table lamp yang dinyalakan. Alice menyanggah tubuhnya dengan kedua siku yang bertumpu di atas kasur empuk. Ia ingat kalau ia mendapatkan kesadarannya dengan napasnya yang tercekat. Membuat ia terbangun dengan kondisi kepala yang berdenyut sakit.
Di samping tempat tidur yang ia tempati, tepatnya di atas nakas, Alice dapat melihat segelas air putih yang bagian atas gelasnya tertutup. Dengan perlahan, Alice bangkit dari tidurnya dan meraih gelas tersebut. Ia meminumnya pelan hingga tandas dan hanya menyisakan kurang dari seperempat isinya.
Seingat Alice sebelum dirinya jatuh tertidurtadi, ada Abi yang bersamanya. Kini sudah hampir pukul 8 malam, apa Abi sudah pulang?
Baru akan beranjak dari tempat tidur, pintu kamarnya lebih dulu terbuka. Membuat berkas cahaya masuk, hanya untuk sesaat karena pintu kembali ditutup rapat oleh sosok Abi yang langsung berjalan menghampirinya.
"Baru bangun?" Alice mengangguk singkat.
"Aku kira kamu udah pulang." Abi mengulum senyum lalu menggeleng. Setibanya Abi di sisi ranjang, tangannya terulur untuk membenahi rambut Alice yang kusut.
"Nginep. Tadi mama telpon katanya nggak bisa pulang malam ini. Jadi aku nginep buat jagain kamu." Alice mengangguk. Menarik tangan Abi hingga pemuda itu duduk di hadapannya.
"Besok berangkat dari sini berarti?" Abi mengangguk. "Tadi udah minta tolong sama pak Budi buat nganterin baju." pak Budi , supir pribadi mendiang kakek Abi, memang masih dipekerjakan. Walaupun Abi lebih sering menyetir sendiri, tapi masa kerja pak Amir yang sudah sangat lama ikut dengan kakeknya membuat Abi enggan memberhentikannya.
"Mau makan sekarang?"
"Yuk, laper." Alice bergerak keluar dari dalam selimut dan menggandeng tangan Abi untuk kembali keluar dari kamar.
Abi cukup berubah sejak kepergian sang kakek. Ia terlihat seperti orang yang tiba-tiba minum ramuan ajaib dan langsung berubah beberapa tahun lebih dewasa.
Abi bersikap lebih, hati-hati.
Pemuda itu sudah tidak pernah berucap asal dan sikapnya terlihat juga terlihat lebih tenang. Namun Abi juga menjadi lebih tertutup. Jika sebelumnya Alice akan dengan mudah menebak perasaan Abi, kali ini tidak. Abi jadi lebih susah ditebak dan suka menyembunyikan apa yang ada di kepalanya.
Hubungan mereka juga terasa lebih dekat. Walaupun dengan cara yang tenang, Alice sadar kalau Abi mengawasinya. Mamanya menjadi salah satu sumber informasi Abi. Hubungan keduanya pun sangat dekat hingga Abi mulai memanggil ibu Alice dengan sebutan mama.