Agustusan Core

1.4K 65 32
                                    

Nicholas lagi duduk di bawah pohon rindang sama kucing nya, Yuma. Dia jadi lebih deket sama bocah itu daripada sama temen sekamar.

Meski gak ngomong, Nicholas peka kalau temen sekamarnya takut sama dia atau mungkin juga jijik deket-deketnya. Nicholas maklumin hal itu. Sekaligus nyesel karena oversharing mengenai alasan dia masuk pesantren.

Pandangan dia berpusat pada Wiju yang lagi di panggung. Panas terik begini dia Tilawahan di sana. Gak masalah sih, cuma udah panas, dibacain Al Qur'an bikin Nicholas makin panas.

Istighfar lo Nic.

"Ck," Nicholas salfok sama keringat Yuma. Risih aja liatnya jadi Nicholas inisiatif ngelap keringat di dahi Yuma pake tangannya. "Keringet sendiri emang gak kerasa, Yum? Jangan kayak bocil deh yang apapun harus diurusin."

Yuma nengok cuma nyengir doang. "Kalau excited emang suka deres keringetnya. Gak sabar habis ini lomba."

Dari kejauhan Wiju yang beberapa langkah ninggalin panggung. Berhenti melihat interaksi tersebut. Dahinya berkerut overthinking. Yuma sama Nicholas? Jangan-jangan...

Langkah Wiju langsung cepet buat nyusul Yuma. Tanpa perkataan sepatah pun, Wiju narik Yuma pergi dari sana.

"Bang kenapa bang?"

Wiju berhenti terus natap adik kelasnya itu. "Jangan deket-deket Nicholas!"

"Kenapa?" Bingunglah Yuma kalau tiba-tiba disuruh begitu. "Apa yang salah bang? Dia orang baik."

Pengin banget Wiju teriak di muka Yuma. Ngasih tau kalau Nicholas itu Gay! Bisa aja dia nyuci otak Yuma dan narik doi gabung sama komunitas gay nya.

Tapi karena ini amanah dari kepala pesantren untuk jaga rahasia. Wiju tahan aja dan milih alasan lain.

"Dia keliatan galak, takut kamu dikasarin."

Yuma ketawa ngik ngik denger alasan konyol tersebut. "Mukanya doang yang begitu kok, aslinya mah baik. Gue kalau deket dia selalu dapet jatah jajan soalnya."

Waduh! Wiju jadi tambah overthinking! Kayaknya Nicholas suka sama Yuma.

Seharian dia gak fokus karena mikirin statement tersebut. Sampai kesadarannya di bangunin sama sosok Nicholas yang udah di hadapannya. Ini bukan untuk conversation ya.

Tapi emang Nicholas urutan terdepan sebagai pemimpin kelompoknya untuk tarik tambang. Begitupun dengan Wiju.

Kelompok Nicholas melawan kelompok dari pihak OSIS.

Kedua kelompok saling berjuang sampai akhirnya Nicholas dan kelompoknya berhasil memenangkan babak penentuan tersebut. Yuma yang awalnya ada di barisan OSIS keliatan lari girang ngasih Nicholas air minum.

Wiju gak bisa berkutik saat Nicholas tersenyum pada Yuma dan mengacak singkat rambut bocah tersebut. Dia makin overthinking. Pikirannya kemana-mana.

Tanpa sadar tangannya berdarah karena gesekan pada tali.

Yang pertama menyadari adalah Nicholas. Pria itu berjalan mendekat. "Tangan lo berdarah."

Gak ada respon sama sekali dari Wiju.

"Ju?"

Wiju tetep mematung bersama pikirannya yang sibuk.

"Woi ketos!" Akhirnya Nicholas teriak. Langsung buat Wiju kembali sadar.

"Hah apa?" Melihat muka Wiju yang plang plongo Nicholas kesel. Dia narik tangan Wiju yang tanpa luka. Membawa pria itu bersamanya menuju UKS. Nicholas yakin pasti serat talinya ada yang nusuk ke tangan Wiju.

Kalau dibiarin nanti infeksi.

Di UKS, Wiju masih gak bisa mencerna meski Nicholas ada di posisi lagi bersihin lukanya. Berusaha nyabut serat-serat yang menusuk di tangan Wiju.

Namun pria itu baru sadar saat plester berhasil di tempelkan. Wiju berdiri kaget dan menghindar dari Nicholas. Meraih bantal sebagai senjata.

"Mundur!" Wiju meminta namun tidak Nicholas hiraukan karena lukanya masih belum selesai dia balut. Dia jalan selangkah tapi Wiju mundur juga selangkah. Sampai di mana Wiju udah ada di ujung. Mempet sama tembok.

"AKU BILANG MUNDUR, GAY!"

Nicholas berhenti mendekatinya. Pria itu terdiam beberapa detik kemudian meletakan kembali plester dan betadine ke nakas. Kemudian pergi tanpa sepatah katapun membuat Wiju merasa bersalah.

tbc...

Santri [ NICHOJOO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang