Deeply

1.1K 60 36
                                    

Saat ini Nicholas sedang duduk menemani Wiju yang belum sadarkan diri setelah batuk darah dua jam lalu. KBM tidak lagi diadakan karena tiga hari lagi sudah acara bazar yang menjadi icon untuk liburan semester.

Nicholas tidak menyangka dia bertahan di pesantren selama ini.

"Nicholas?"

Suara Wiju yang lumayan lirih membuat sang empu nama menegakan lehernya. Belum sempat menatap wajah Wiju, Nicholas terlebih dahulu memeluk tubuh lemah pria itu yang terbaring di ranjang UKS.

"Goblok anjing," meskipun kasar, Wiju tau Nicholas sedang terisak sekarang.

"Aku kenapa?"

Sambil menelungkupkan wajah di dada Wiju, Nicholas tidak berniat untuk menatap sang lawan dengan posisi menangis seperti itu. Ia terus menyembunyikan wajahnya di sana.

"Kata dokter yang ke sini tadi, paru-paru lo keget karena nerima kandungan rokok lagi."

Nicholas merasakan kepalanya di elus. "Cup cup."

"Sialan lo! Bisa jaga kesehatan gak sih?! Kedepannya gue gak mau liat lo terbaring begini lagi."

Karena tidak mendengar jawaban dari Wiju, Nicholas terpaksa mengangkat kepalanya untuk menatap sang lawan dengan kondisi wajah yang basah karena air mata.

Ternyata Wiju udah ada di posisi natap Nicholas tanpa sepatah katapun.

"Apa?" Tanyanya.

Wiju masih diam.

Mereka diam.

Saling menatap satu sama lain untuk waktu yang lama. Nicholas tengah berkelahi dengan pikirannya. Hingga, "Shit!"

Dia tidak tahan lagi. Segera Nicholas mencium dan melumat bibir Wiju seperti orang kesetanan. Wiju menjambak rambut Nicholas dan sesekali mengangkat kepalanya untuk membantu lawannya memperdalam lumatan.

UKS lagi tempatnya?

Nicholas memasukan lidahnya untuk mengacak-ngacak lidah Wiju yang masih kaku. Sesekali dia hampir melepaskan ikatan mereka karena Wiju terlalu sering menabrakan gigitnya.

Wiju melepaskan tautan dan segera memeluk leher Nicholas dengan sisa sisa nafasnya yang hampir habis.

Nicholas ingin melanjutkan ke adegan lebih panas tetapi azan duhur samar-samar berkumandang. Membuat mereka mau tidak mau harus segera mengakhirinya sekarang dan pergi kearah masjid.

"Lusa ulang tahun ya?" Wiju bertanya sebelum keluar UKS.

"Kok tahu?"

"Di buku absen rapot kemarin ada tanggal lahirnya, jadi aku tau, mau hadiah apa?" Selayaknya orang spesial, Wiju menawarkan.

"Gue pikir dulu."

Itu adalah percakapan terakhir sebelum mereka berpisah untuk kearah masjid dengan jalur yang berbeda. Setelah sholat Wiju dikejutkan dengan banyaknya makanan ringan di lacinya.

Mulai dari chiki, sari roti, susu kotak, teh kotak, hingga permen. Tidak ketinggalan notes mungil sebagai penanda jika yang memberikan ini adalah tidak lain dan bukan adalah Nicholas.

Makan yang banyak. Kalau lo tiba-tiba pengin ngerokok ngemut permen aja. Nanti malem gue jemput jam 9.

"Wih Ju, beli banyak amat?" Perkataan Sunghoon membuat Wiju segera menyembunyikan notes yang sedang dia pegang.

"Iya nih, kamu mau?"

"Boleh?" Mata Sunghoon berbinar dan langsung mengambil beberapa makanan ringan.

Jo yang nyari kembarannya tidak sengaja melihat juga segera berlari semangat mendekati mereka. Bocah kembar itu akan sangat serakah jika melihat makanan.

Tidak terbayang gimana rusuhnya mereka waktu bazar besok.

"Woi!" Sosok Nicholas menyender di tulang pintu. Menatap kembar tersebut dengan tajam. Tidak ada perkataan yang keluar namun berhasil membuat Jo tidak jadi bergabung bersama Sunghoon.

Sedangkan kembarannya itu sudah dalam posisi nyengir dan mengembalikan makanan milik Wiju kembali ke tempatnya. "Oreo nya deh satu aja. Eh engga permen nya aja cukup."

Senyum Sunghoon miris saat dia hanya mendapat sebungkus permen. Aelah kenapa dia harus takut sama Nicholas sih? Kan yang punya jajan nya Wiju.

Sunghoon juga heran.

Tatapan Nicholas emang kayak ngomong ke dia begini, "Mati lo habis ini."

tbc...

Santri [ NICHOJOO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang