Extreme Mode [ 2 ]

2K 70 35
                                    

Nicholas mendekatkan putung rokonya yang masih terbakar ke arah bola mata Wiju. "Bawain gue hp para santri."

Wiju tidak menjawab. Semakin Nicholas dekatkan jarak mata Wiju dengan benda tersebut. Wiju tidak bisa bergerak mundur untuk menjauh karena tangan Nicholas menahan tengkuk Wiju dengan kuat.

Karena semakin dekat, secara terpaksa Wiju mengangguk membuat dahinya tersulut rokok sekilas. Nicholas refleks meniup dahi tersebut. Menepuk pelan kepala Wiju kemudian pergi dari sana dengan kata. "Restroom jam 11."

Seperginya Nicholas, tubuh Wiju tumbang. Ia memikirkan cara masuk ke ruangan pengawas untuk mengambil kotak yang berisi hp para santri.

Entah alasan apa yang membuat Nicholas menginginkan benda sebanyak itu. Padahal hpnya saja masih aman jaya di genggamannya.

Malamnya, Nicholas terus mengecek jam pada layar hp nya. Sudah 10 menit berlalu dari jam janjiannya. Wiju terlambat, tidak seperti biasanya. Apakah tugas yang Nicholas berikan terlalu sulit?

Satu jam kemudian Nicholas berdecak kesal sebab Wiju belum juga datang menemuinya. "Awas aja besok."

Ceklek.

Belum sempat melangkah keluar, sosok Wiju dengan keringat nya memasuki restroom. Membawa dua kotak hitam berisi hp.

Nicholas meraih satu kotak paling atas dan mengajak Wiju keluar dari sana. Mereka menuju lorong bagian kelas berada.

"Ini buat apa?" Wiju akhirnya tanya di sela-sela ia menaruh hp santri di laci meja masing-masing. Kini dia juga terlibat pada aksi preman Nicholas.

"Liat besok."

Setelah percakapan singkat tersebut mereka kembali saling diam. Hingga Nicholas menyerahkan kotak hitam yang sudah kosong kepada Wiju. Kemudian tanpa kata apapun lagi, Nicholas beranjak meninggalkan.

Keesokan harinya mereka penghuni bangunan putra digegerkan oleh hp yang ada di laci. Para pengajar dan pengawas pun kalang kabut karena saat hp dibuka yang muncul adalah kolase foto seksi dari wanita.

Meski bukan pornografi, namun foto dengan aurat terbuka tersebut adalah hal yang haram.

Para Osis sibuk membantu mengumpulkan. Wiju beristighfar. Dia yang nyebar hp nya, dia juga yang ngumpulin.

Setelah kejadian tersebut Nicholas menatap para petugas luar yang memasang beberapa CCTV. Sambil mengemut sebatang permen pria itu berfikir. Jika tidak ada kenakalannya pasti keamanan di sini buruk. Karena CCTV saja baru mereka pasang.

"Hoki banget Wiju. Padahal gue pengin dia ketangkep."

Ucapnya tanpa sadar jika Wiju sudah ada di sampingnya. "Ada apa?"

Nicholas baru menyadari sosok pria itu setelah dia bertanya. "Lo denger perkataan gue tadi?"

Wiju mengangguk. "Gak penting, kamu kenapa manggil?"

"Nanti malem gue mau ke gedung putri. Lo ikut," ini bukan sebuah permintaan melainkan keharusan.

"Enggak, makasih."

"Lo ikut."

"Jangan Nic... Bukan muhrimnya tau! Kamu coba deh istighfar. Kelakuan mu semua mirip setan."

"Tapi lo sama gue kan cowok-

"Yang beda gender aja dosa! Apalagi yang satu gender!" Seakan tahu maksud dari perkataan Nicholas. Wiju memotong perkataan nya terlebih dahulu karena tidak mau mendengar kelanjutannya.

"Oh," Nicholas bersikap acuh. "Jam 9 gue jemput."

Benar jika ini adalah keharusan. Nicholas tampak tidak peduli dengan penolakan Wiju.

Seakan tidak mau menganggu teman sekamar. Wiju sudah siap terbalut jaket. Menunggu Nicholas di depan kamarnya. Nicholas sedikit terkejut melihat sosok Wiju yang sudah berada di depan.

"Lo nungguin?" Tanya nya.

"Aku gak mau kamu gedor pintu. Takut ganggu temen, mereka udah pada tidur."

Anggukan kepala menandakan jika Nicholas paham. Di bawah sinar rembulan, mereka berjalan pelan dan hati-hati kearah belakang bangunan. Memanjat pagar untuk bisa menginjakan kaki pada area santriwati.

Di sana ternyata sudah ada yang menunggu. Hanna.

"Lama gak?" Nada Nicholas melembut.

"Enggak, aku juga baru sampai," jawab Hanna sama halusnya. Dia melirik Wiju. "Temen kamu ikut?"

"Ketua OSIS."

Hanna tampak kaget. "Kalau dia lapor gimana?"

"Baguslah," ucap Nicholas langsung disangkalnya sendiri. "Maksud aku, bagus kalau Ketua OSIS di sini. Kalau dia berani lapor, nanti aku bilang dia juga sama kayak kita."

Wiju yang mendengar hal tersebut melongo tak percaya. Nicholas memang pemfitnah paling handal.

"Sebenernya aku ngajak kamu ketemuan malem karena mau," Nicholas membuat suasana sus.

"Mau apa?"

Di bawah cahaya bulan yang redup. Terlihat Nicholas mendekati Hanna. Mendorong pelan kearah tembok pembatas antara bangunan santri dan santriwati.

Wiju menelan ludahnya. Pikirannya kembali memikirkan hal yang aneh. Melihat Nicholas nulai membelai pipi Hanna. Wiju segera memisahkan mereka.

"ASTAGHFIRULLAH!"

Pria itu menarik tangan Nicholas untuk segera pergi dari sana. Membawa temannya itu kembali ke bangunan santri.

Di area kantin yang memang berada di belakang sekolah. Mereka berhenti. Wiju mengatur nafasnya.

"Keterlaluan kamu, Nic. Kalau mau membuktikan jika kamu bukan kaum Nabi Luth caranya bukan begitu."

Belum selesai mengomel, Wiju melanjutkan. "Kamu tahu jika kalian berzina?! Kamu tidak wajib menafkahi anak hasil zina mu, fitrah juga sepenuhnya harus pihak Hawa yang menanggung nya, sedangkan karma mu ditanggung anak hasil zina mu itu! Kamu harus punya rasa kasihan terhadap anak mu nanti jika dia adalah hasil zina!"

"Ibu mu memasukan mu kemari pasti karena sebuah alasan! Bisakah kamu hidup normal saja? Tidak mengacau dan tidak berulah tiap hari? Setidaknya belajarlah dengan sungguh-sungguh! Pahami agama dan-

Nicholas membungkam mulut Wiju menggunakan bibirnya. Pria itu berusaha keras untuk menghindari. Namun, sang lawan begitu kuat dalam mendekap dirinya agar terus terkunci pada posisi.

Wiju bergidik jijik dan geli saat bibirnya merasakan benda kenyal milik Nicholas. Hingga Nicholas sengaja mengigit keras bibir Wiju sampai mengeluarkan darah.

Barulah Nicholas melepaskan ikatan tersebut dan meninggalkan (lagi) Wiju di sana sendirian.

tbc...

Santri [ NICHOJOO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang