We're Nothing

973 61 20
                                    

Wiju tiba-tiba banget keep distance sama gue. Padahal beberapa jam lagi kita beneran kepisah. Dia emang gak mau ngucapin salam perpisahan gitu? Gue jadi kesel sendiri.

Lagian mood nya kenapa bisa berubah-rubah gak jelas begitu. Padahal fase menstruasi aja gak punya. Tapi tingkahnya bener-bener kayak cewe lagi dateng bulan.

"Ju? Lo gak mau ngomong sama gue?" Gue terus ngikutin dia yang mau ke arah kamar buat ambil koper karena acara penyerahan udah selesai.

Dia terus diem aja sampai kopernya berhasil diambil. Sedangkan gue tetep ngikutin dia yang jalannya cepet banget.

"Sini gue bawain, berat gak?"

Dia langsung sensi gitu waktu gue nyoba buat rebut kopernya.

"Gausah! Makasih!"

Akhirnya kesabaran gue habis. "Lo nguras energi banget ya?"

"Kalau gitu gak usah lakuin apa-apa buat aku!"

"Gue kasih pilihan, kalau lo terusin langkahnya, gue anggap lo baru aja ngeriset pertemanan kita."

Perkataan gue yang itu berhasil bikin doi berhenti terus berbalik ngehadap gue. "Teman? Hubungan pertemanan mana yang sampai having sex, nic?!!"

Dada gue tiba-tiba berdegup kencang. Dia ngomong itu dengan nada tinggi dan sambil terisak.

"Jawab aku nic!!! Kita teman?!! Masih teman setelah sex kemarin?"

Gue mendekat ke arah dia dengan pelan. "Sstt Wiju... Sadar! Suara lo terlalu keras."

"Kita ini apa?"

Pertanyaan dia bikin gue terdiam sangat lama. Gue sama Wiju itu apa? Kenapa gue gak bisa simpulin ini sendiri?

Sebenernya kita apa?

"EUIJOO!!!!" Kelihatan Ibu dari Wiju berjalan mendekat dengan hentakan kaki yang begitu keras.

"Apapun yang terjadi setelah ini, semua salah kamu," ucap Wiju terakhir kali sebelum diriku di tampar Ibunya dan menarik Wiju pergi secara kasar.

Suasana di sana sudah sangat ramai. Tampak emak gue juga berlari mendekati. Sebelum sampai dia sempat membungkuk minta maaf kepada Ibunya Wiju.

"Didik saja anak mu dengan benar!" Ibu Wiju menggurui dan di terima lapang dada oleh emak. Kemudian setelah sampai di hadapan gue dia membalikan badan gue untuk dibawa ke kamar buat ngambil koper.

"Ibu udah capek, ayo pulang."

Di perjalanan gue terus aja ngelamun sambil muter ulang kenangan gue sama Wiju selama 1 setengah semester ini. Kenangan sama Yuma, Jo, Sunghoon, dan Jay juga ikut terbesit.

Jalanan udah gelap karena kita pergi dari pesantren sekitar jam 10 malem. Yang bisa gue tatap dari dalam mobil cuma kendaraan sama lampu dari bangunan.

"Kepala pesantren nawarin Ibu buat mengajukan pengunduran diri buat kamu," Emak gue buka topik.

"Karena masalah tadi ya?"

"Kayaknya," dia lepas satu tangannya dari setir mobil terus ngelus pundak gue. "Semua keputusan ada di kamu, kalau kamu gak mau Ibu gak bakalan maksa lagi."

Akhirnya gue bilang kalau butuh waktu buat mikirin kelanjutan gue di pesantren itu. Entah dilanjut atau tidak. Itu semua tergantung gue kan?

Emak gue juga bilang santai aja karena waktunya masih 2 bulan buat ngambil keputusan.

Apakah keputusan gue nantinya benar dan bijak? Gue gak tau.

tbc...

Santri [ NICHOJOO ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang