15. Hasil Usaha?

7.4K 681 700
                                    

📌Vote dan komen jangan lupa📌

****

"Diperjalanan usaha yang sedang berjuang mendapatkan lo ini, semoga gak pernah bosan ya?"

***

Waktu sudah berlarut malam, namun Aurel masih belum mendapatkan kabar dari Galen. Berkali-kali dihubungi pun, tetap tidak ada jawaban. Sebelumnya, nomor ponsel laki-laki itu aktif, tapi sekarang, nomornya malah tidak aktif. Aurel jadi semakin gelisah, memikirkannya.

Rasanya Aurel ingin menemui Galen saat ini juga, tapi Aurel tidak tau harus kamana. Aurel tidak tau dimana alamat rumah laki-laki itu.

“Maafin gue, Len… Maaf, lo jadi terbawa ke dalam masalah ini…” ucap Aurel yang sedang menangis dengan posisi meringkuk. Air mata terus mengalir tanpa henti, mengenai bantal yang dia jadikan sebagai tumpuan.

"Bryan emang brengsek. Gue mau bilang sama Ayah, kalo dia selama ini gangguin hidup gue. Gue udah gak tahan lagi...," lanjut Aurel. Dia sudah memikirkan matang-matang tentang ini semua. Aurel akan memberanikan diri berbicara, setelah tiba di waktu yang tepat.

Tak berselang lama, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya. Aurel seketika menghentikan tangisannya. Bola matanya pun tergerak, menatap pada pintunya yang terkunci itu.

“Aurel…” Liana memanggil dibalik pintu, sembari terus mengetuknya pelan. “Kamu baik-baik aja, Sayang? Kenapa gak turun buat makan?”

Aurel hanya diam. Mulutnya masih terasa bergetar untuk bersuara. Wajah cantiknya bahkan terlihat sembab, karena tak berhenti menangis.

Disisi lain, ditempat keberadaan Liana. Perempuan itu, jadi merasa khawatir dengan Aurel. Sebenarnya ada apa? Sejak pulang sekolah, Aurel tidak keluar dari dalam kamarnya.

Merasa penasaran, Liana pun kembali memanggil. “Aurel…., makan dulu yuk? Ayah tadi nanyain kamu loh. Tumben gak ikut makan bareng, katanya?”

“Aku gak lapar, Bun!” balas Aurel akhirnya.

Liana menghembuskan napas lega, setelah mendengar suara Aurel. Setidaknya, sedikit mengurangi perasaan cemasnya.

“Kamu gak papa, kan?” tanya Liana lagi, ingin memastikan.

"Gak papa, Bunda!" balas Aurel, berusaha meyakinkan Ibunya.

Liana lantas tersenyum kecil. Mungkin, anak gadisnya itu sedang ada masalah di sekolah? Jika Aurel sudah tenang, Liana baru akan meminta penjelasan. Untuk sekarang, dia ingin membiarkan anaknya sendirian terlebih dahulu.

****

Setelah turun dari mobil, Aurel langsung berlari cepat menuju kelas Galen. Untungnya, dia masih ingat, saat laki-laki itu memberitahu, bahwa dia merupakan anak kelas 11 IPS 3.

Aurel bahkan tidak mempedulikan sapaan Amanda yang berpaspasan di gerbang sekolah. Dia terus berlari, seolah tidak melihat kehadiran sahabatnya.

Hal itu, membuat Amanda jadi mengernyitkan keningnya, bingung. “Kenapa tuh anak?” gumamnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali.

Amanda pun mengedikan bahunya, sebelum kemudian memilih melanjutkan langkahnya menuju kelas. Entahlah, Aurel sedang pergi kemana. Nanti, dia akan intograsi, ketika sudah di kelas.

Disisi lain, Aurel baru saja tiba di depan pintu kelas dengan papan pembantas bertuliskan X1 IPS 3. Perempuan itu berusaha mengatur napasnya yang memburu terlebih dahulu. Setelah mulai bergerak normal, Aurel lalu memberanikan diri memasuki kelas tersebut.

Nice to Meet GalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang