17. Bertahan atau Menjauh?

6.7K 596 383
                                    

‼️DITUNGGU VOTE DAN KOMENNYA‼️

‼️JANGAN SIDERS PLIS‼️

*****

"Jangan salahkan dia. Salahkan dirimu yang terlalu berharap."

"Pada kenyataannya. Sejauh apapun berjuang, dia tetap tidak bisa menerima. Ternyata sesakit itu ya, cinta bertepuk sebelah tangan?"

*****

“Kakak cantik, Kakak pasti pacalnya Bang Galen ya?” tanya Altar seraya melirik-lirik ke arah Galen dan Aurel secara bergantian. Sedari tadi, anak laki-laki itu memang terus berbicara, sehingga membuat Aurel kehabisan kata-kata untuk menjawab.

Mulai dari menayakan nama, tempat tinggal, sekolah dimana, kelas berapa, warna kesukaan apa, serta terus memuji Aurel layaknya seperti menggodai. Benar-benar sebelas duabelas dengan Galen ternyata!

“Bukan, aku temannya,” ucap Aurel tersenyum ramah. Tangannya tergerak mengusap singkat rambut lebat Altar.

“Tapi kata Bang Galen, Bang Galen suka sama Kakak. Altal pelnah liat foto Kak Aulel di hp Bang Galen loh,” celetuk Altar, berhasil mengejutkan Galen.

Kedua mata Galen sontak melebar sempurna, saat adiknya malah membocorkan kartu.

“Lo ngomong apaansih?! Bisa diem gak?! Gue lakban nih mulut lo!” ancam Galen sambil mengepalkan tangan kanannya.

Altar lantas segera bersembunyi di balik punggung Aurel. “Altal kan cuma jujul. Waktu itu Abang bilang sendili, nyuluh Altal doain, supaya kalian pacalan,” ucapnya masih mengingat jelas.

Aurel dibuat tercengang mendengarkan perkataan Altar yang begitu polos. Dia lalu melirik Galen, melihat laki-laki itu yang kian menampilkan senyum tidak enaknya.

“Iya kan, Bang? Altal masih inget ya!” ujar Altar tetap yakin.

Galen mati-matian berusaha menahan diri, agar tidak menjitak kepala adiknya itu. Dia benar-benar menyesal, karena telah memberitahu tentang Aurel pada Altar. Galen lupa, kalau adiknya berbeda dengan orang lain!

“Kak Aulel,” panggil Altar, membuat Aurel jadi menundukkan kepalanya. Perempuan itu tersenyum manis, seolah menunggu apa yang ingin disampaikan oleh Altar.

“Bang Galen kalo tidur kadang ngolok. Telus Bang Galen juga suka kentut tau. Altal sebel banget,” ucap Altar blak-blakan sambil menjepit hidungnya menggunakan kedua jari.

Galen refleks memelotot saat itu juga. Wajahnya langsung berubah panik kalang kabut. “BOHONG! GUE GAK GITU SUMPAH, REL! LO JANGAN PERCAYA SAMA DIA!!” balasnya tak terima. Walau kenyataannya, memang benar.

Aurel menatap Galen, melihat aura panik yang terpancar dari ekspresinya. Dia pun kembali menatap Altar sembari menutup mulut, dan tertawa pelan.

“LO NGESELIN BANGET YA BOCIL! KELUAR GAK LO DARI SINI!” usir Galen seraya berancang-ancang ingin turun dari atas brankar.

“Dih malah. Kan Abang emang suka ngolok sama kentut! Mana kentutnya bau mulut kuda!” Altar semakin meledeki sambil menjulurkan lidahnya.

“BENER-BENER YA LO!!” Galen baru saja hendak menghampiri Altar, namun anak kecil itu sudah terlebih dahulu berlari keluar meninggalkan ruangan.

“BABI LO! FITNAH GUE AJA!!” teriak Galen meluapkan rasa kesalnya. Ya Tuhan, jika tidak dosa, ingin sekali Galen memukuli anak itu.

Beberapa menit setelah sadar dengan keadaan, Galen pun kemudian mengarahkan tatapannya pada Aurel. “Sorry Rel. Adik gue emang kayak gitu. Gue gak ngorok dan gak jorok kentut kok,” alibinya berusaha meyakinkan Aurel.

Nice to Meet GalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang