18. Berhenti Mengagumi?

6.5K 668 605
                                    

📌DITUNGGU VOTE DAN KOMENNYA📌

‼️Jangan jadi siders, yang cuma mau baca doang. Vote dan komen kalian itu penyemangat untuk aku update‼️

*****

"Perkataan itu, akan selalu membekas, dan tidak bisa hilang dari pikiran."

****


Semenjak pertemuan anaknya dengan perempuan tadi, Rena merasa bingung, karena Galen malah tidur sambil menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut, seolah sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.

Bukannya harusnya, Galen bahagia dan menceritakan soal perempuan tadi kepadanya? Dia rasa, seseorang yang pernah Galen ceritakan tempo hari lalu, memang Aurel orangnya.

Rena jadi bingung sekarang. Dia lantas menghembuskan napas berat, sebelum kemudian tangannya tergerak menepuk pelan tubuh Galen. “Galen,” panggilnya berusaha membangunkan.

Tidak ada jawaban dari balik selimut.

“Galen kamu kenapa? Ada masalah emang?” tanya Rena seakan mengerti dengan sikap anaknya. Pada dasarnya, ikatan batin antara ibu dan anak memang sangat kuat.

“Makan dulu kamu. Nanti abis makan, baru deh tidur,” ucap Rena lagi. Dia lalu hendak membuka selimut di bagian kepala Galen, namun laki-laki itu menahannya begitu kuat.

Melihat reaksi Galen, membuat Rena terdiam sejenak. “Kamu belum tidur?” tanyanya sedikit kaget.

Disisi lain, Galen sedari tadi tengah menangis secara diam-diam. Biarkan saja, jika dirinya dikatakan cowok cengeng ataupun cowok alay. Yang jelas, jika sudah menyangkut tentang perasaan, baik perempuan maupun laki-laki, pasti akan rapuh. Seperti Galen saat ini. Perasaannya benar-benar hancur setelah perkataan yang dilontarkan oleh Aurel tadi.

Jatuh cinta memang semenyakitkan itu ternyata. Benar kata orang, jangan terlalu menaruh harapan besar pada seseorang yang kamu kagumi.

Selain usahakan berjuang, sepertinya utamakan sadar diri juga perlu.

“Kamu kenapa Galen?” Rena mulai merasa khawatir. Tak biasanya, anaknya tiba-tiba bersikap seperti ini.

“Gal—“ Ucapan Rena mendadak tertahan, saat melihat kehadiran suami dan anak keduanya yang baru saja datang, seusai mengurus biaya administrasi di loby rumah sakit.

“Mas?” Rena lantas berjalan menghampiri suaminya yang sedang menggendong Altar.

“Galen kenapa sih, Mas? Liat tuh, dia nutupin mukanya gitu,” ujar Rena mengadu seraya menunjuk ke arah brankar Galen.

Farhad sontak jadi menoleh pada Galen, sebelum kemudian menatap istrinya lagi. “Lagi tidur kali.”

“Enggak Mas. Pas aku mau tarik seimutnya, ditahan sama dia.”

Farhad mengernyitkan keningnya, lalu melangkahkan kakinya menuju Galen. “Galen,” panggilnya membangunkan.

Tetap tidak ada jawaban dari Galen. Tubuh laki-laki itu mulai terlihat bergetar, karena isak tangisnya.

“BANG GALEN!!!!”

Teriakan Altar yang begitu kencang, mampu membuat Farhad dan Rena terlonjak kaget. Mereka berdua sampai refleks menutup telinga, karena terpekak oleh suara lantangnya.

“Apa Bang Galen malah ya, sama Altal?”

Sontak Farhad dan Rena langsung menoleh pada Altar, melihat anak laki-laki itu yang sedang menggaruk kepalanya sendiri.

Nice to Meet GalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang