12. Sesuatu Hal Aneh

3 1 0
                                    

"Sesuatu hal yang janggal, perlu diselidiki, kan?"

-Jeffran-

...

      Keesokan harinya, Jeffran yang saat itu berniat menjemput Eleven, tiba-tiba mendapatkan notif mendadak dari empunya. Dalam pesan itu mengatakan, jika gadis itu tidak jadi berangkat bersama karena ayahnya ingin mengantarnya.

       Jeffran percaya saja tanpa mengetahui jika ada maksud berbeda dari pesan yang dia kirimkan. Setibanya di sekolah, keenam Pangeran Sekolah itu masuk ke gedung beriringan seperti biasa. Bahkan, segala kegiatan mereka lakukan tanpa menyadari ada sesuatu yang janggal di sekitarnya.

      Empat jam pelajaran pertama telah usai. Di kelas bahasa Indonesia yang diambil oleh Daisy, Ernez, Harras dan Cantika segera keluar setelah mendengar bunyi bel yang memenuhi penjuru sekolah. Tiba-tiba, Daisy merasakan ada yang aneh mengenai Eleven yang hari ini tidak masuk kelas seperti biasa dengan mereka. Bahkan, yang lain pun juga menyadarinya.

      "Kok Eleven gak masuk ya? Apa dia sakit? Tapi kalau emang sakit, seharusnya izin kan? Paling enggak kirim surat atau chat guru."

      "Mungkin aja kuotanya habis kali jadi gak bisa ngabarin. Udah lah, palingan besok dia berangkat," Ernez yang mendengar itu, sontak tersenyum pada pacarnya. Tak lama, ia mengacak-acak rambut Daisy gemas.

      "Aduh...kok pacar gue perhatian banget sih, sama temennya? Makin suka deh."

      "Ernez!" Ernez tertawa kecil karena berhasil membuat pacarnya kesal. Satu sifat yang jarang ditunjukkan kepada orang lain kecuali para sahabatnya dan juga pacarnya. Jahil. Melihat itu, Cantika jadi heran sendiri.

      "Gue baru tahu pacar lo jail. Biasanya juga kayak si kulkas berjalan itu." ya, Cantika menyindir Stevan. Jika saja empunya dengar, pasti laki-laki itu sudah mencak-mencak.

      "Lo gak akan pernah bisa nebak isi pikiran Ernez." ujar Harras datar sembari memandangi dua pasangan itu. "Yaudah, ke perpus yuk?" ajak Ernez yang diangguki empunya. Tak lama, ia  menggandeng Daisy kemudian pergi meninggalkan dua orang itu.

      "Duluan, ya Raz?" Harras hanya berdehem sembari mengantongi kedua tangannya ke saku celananya. Tinggallah mereka berdua yang berjalan dengan canggung. 

      Cantika tahu, seharusnya ia mengajak teman mengobrol karena Harras itu hampir sama dengan Ernez dan Stevan yang jarang berbicara banyak pada orang lain. Apalagi ia juga sedikit gugup jika berdekatan dengan Harras. Entah mengapa, jika berdekatan dengan laki-laki itu, seolah laki-laki itu memiliki aura yang membuat semua orang langsung tertunduk begitu saja.

      Ah, benar. Ayahnya adalah seorang Letnan Jendral Tentara. Wajar saja jika auranya begitu tegas dan berwibawa. Ia melirik sekilas Harras sebelum berujar pelan sembari memainkan roknya.

      "Em...gue duluan, ya?"

      "Oh—AWAS!" benar saja. Karena terlalu terburu-buru, hampir saja dirinya bertubrukan dengan siswa kelas sebelah. Jujur, itu sangat memalukan!

      Cantika membungkuk berkali-kali seperti yang selalu dilakukan oleh orang-orang Korea. "Sorry, gue gak sengaja!" melihat gadis itu berlari terburu-buru, tanpa sadar Harras tertawa kecil melihat tingkah lucu Cantika.

       "Lucu."

      Melihat seorang Harras Wesley tersenyum untuk pertama kalinya, siswa yang sebelumnya hampir bertubrukan dengan Cantika terkejut. Bagaimana tidak? Laki-laki itu jarang sekali tersenyum atau pun tertawa. Baru kali ini ia melihat Harras tertawa sekaligus tersenyum karena orang lain. Itu sungguh keajaiban!

Hell World: Mafia The Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang