16. Kronologi Eleven

12 1 0
                                    

"Tidak perlu suara untuk menunjukkan kebencian atau perasaan iri. Karena ekspresi dan gerak-gerik tubuh sudah menunjukkan bahwa dia iri denganmu."

-Daisy-

...

      Daisy menatap keenam sahabatnya waspada. Ucapan Jeffran beberapa hari yang lalu terus terngiang-ngiang di kepalanya. Ucapan untuk tidak mempercayai salah satu sahabatnya—sedekat apapun kau dengannya. Pada kenyataannya, perasaan iri dengki akan muncul dengan sendirinya pada siapapun termasuk orang yang paling dekat denganmu. Terutama, jika memang terbukti pelakunya adalah salah satu dari kelimanya, sungguh, ia akan sangat kecewa.

      "Daisy? Lo ngalamunin apa sih, dari tadi?"

      "Hah? Oh, gapapa, kok."

      "Yakin?"

      "Eum....Ernez, hehe...."

       Ya, ia harus berusaha senatural mungkin supaya mereka tidak curiga jika dirinya menaruh rasa curiga pada mereka. Sekaligus ingin memancing reaksi mereka bagaiamana. Apakah akan ada respon aneh yang membuat rasa curiganya semakin besar atau tidak. Maka dari itu, ia melakukannya secara diam-diam. Semoga saja kelima sahabatnya yang pernah ia percayai tidak berkhianat di belakangnya.

      "Yang mentang-mentang udah pacaran mah, gitu. Iya gak?"

      "Kayaknya emang gue udah terlanjur cinta sama dia. Iya, gue ngaku, kalau gue kemakan omongan sendiri karena udah ngeremehin kalau gue suka Ernez." beberapa dari sahabatnya tertawa. Lebih tepatnya, tertawa yang terkesan dipaksakan.

      Tunggu. Kenapa reaksi Stella, seperti itu? Tapi...tidak apa-apa. Justru itu adalah salah satu cara untuk memancing siapa yang benar-benar tidak tulus saat mendengarkan sesuatu yang membahagiakan atau tidak. Dan Stella adalah salah satu orang yang sepertinya harus dicurigai.

      "Oh iya, tadi Ernez bilang, katanya nanti malem dia mau ngajakin gue nge-date. Gue bingung mau gaya gimana, ya?"

      "Ya kan, style lo bagus-bagus, apa lagi baju lo juga kayaknya kalau lo pakai juga kelihatan cantik—"

      "Ah, gue permisi sebentar, ya? Mau ke toilet." disaat Cantika memuji kecantikannya, tiba-tiba ucapannya dipotong oleh Stella yang tiba-tiba meminta izin. Padahal itu adalah sesuatu hal yang seru untuk didengarkan. Namun sepertinya, tidak berlaku bagi Stella.

      "Yaaah! Lagi seru kali bahas ginian!" protes Hikari tak terima.

      "Gapapa, lanjut aja. Gue buru-buru." Stella berlari kecil keluar dari kelas. Diam-diam, Daisy memperhatikan pergerakan Stella seraya membenarkan ucapan Ernez beberapa waktu lalu jika Stella menyukai pacarnya.

      Bener yang kamu bilang Nez. Kayaknya Stella suka sama kamu. Tapi...kenapa kamu gak nerima dia dan milih aku? Apa alasannya?

...

      Beberapa jam berlalu, Daisy yang baru saja keluar dari ruang guru untuk menumpuk tugas. Entah ia tidak melihat atau bagaimana, ia menubruk seseorang.

      Bruk!

      "Sorry, gak sengaja." sesal Daisy pada orang yang ia tubruk tanpa sengaja.

      "Oh, gapapa, santai aja." Daisy mengangguk kecil sebagai jawaban. Sebelum pergi, ia berpamitan dahulu padanya.

      "Yaudah, kalau gitu, gue duluan ya?"

Hell World: Mafia The Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang