Di sebuah ruang persidang, terdapat seorang remaja tampak duduk dengan dua pendamping di kanan-kirinya. Mereka adalah ibunya dan satu lagi seorang pria dewasa sebagai pengacara korban. Bahkan, terdapat beberapa wartawan, hakim dan beberapa pihak kepolisian.
Tak lama, masuklah tiga terdakwa yang diyakini sebagai pelaku kejahatan, yaitu ketiga siswa berusia tujuh belasan atau seumuran dengan si korban, tampak mengenakan pakaian tahanan dan diborgol di kedua tangannya yang sebentar lagi akan diadili.
Mereka mendudukkan diri di kursi yang telah disediakan, yaitu di tengah-tengah atau lebih tepatnya di hadapan hakim. Namun anehnya, tak ada rasa bersalah yang terlihat dari wajah ketiganya, seolah-olah mereka tidak takut akan hukuman.
"Sidang akan segera dilaksanankan. Mohon untuk semua pihak yang hadir, diharapkan untuk tidak membuat keributan agar suasana lebih konduktif." amanat ketua hakim.
"Silakan untuk orang tua korban, bisa menerangkan apa saja yang dilakukan oleh pelaku pada korban." lanjutnya untuk mempersilakan. Ibu dari korban bernama Rizal berdiri untuk mengungkapkan argumennya.
"Saya dapat laporan mengenai perundungan yang dilakukan oleh mereka terhadap putra saya. Selain itu, saya pernah mendengar, jika mereka juga mengonsumsi obat-obat terlarang atau mungkin itu adalah salah satu narkoba." mendengar penjelasan wanita itu, pidana berambut blonde berdecih.
"Cih, drama."
"Kalau boleh tahu, apa bentuk perundungannya?"
"Cacian, makian dan kekerasan."
"Bagaimana terdakwa? Apakah benar bahwa kalian melakukan hal demikian? Jika memang benar, jawab saja dengan jujur."
"Tidak. Kami tidak pernah melakukan hal keji itu terlebih kami juga masih dibawah umur. Jika masih bersikeras menuduh kami sebagai pelaku kejahatan, apakah Anda tidak merasa demikian, Nyonya? Terlebih Anda adalah guru pertama untuk putra Anda sendiri. Sebelum Anda menunjukkan bukti-buktinya dan memfitnah kami lebih jauh lagi, biarkan kami menunjukkan bukti-bukti kejahatan Anda lebih dulu."
"Bukti? Bukti apa? Kejahatan kalian bilang? Silakan saja jika kalian punya!"
"Baiklah. Sebentar lagi pengacara kami akan akan segera datang."
Setelah mengatakan kalimat itu, tak lama datanglah seorang pria berpakaian formal hitam memasuki ruangan, kemudian mendekati salah seorang hakim untuk meminta persetujuan memberikan bukti. Mendapat izin, pengacara dari pelaku itu pun memutarkan sebuah perekam suara yang diputar dari flasdisk.
"Ini adalah bukti kejahatan Anda, putra Anda dan orang suruhan Anda."
"Aku sangat membenci anak bernama Jeff itu yang begitu menyebalkan. Rasanya ingin kumusnahkan saja dia! Ah, aku ingat. Kau pernah bilang, putramu mengonsumsi obat terlarang dan seringkali menyakiti dirinya sendiri, bukan?"
" Apa yang ingin Anda lakukan, Tuan?"
"Tidak ada, hanya ingin mengajak kau kerja sama. Bisa aku minta tolong padamu?"
"Kerjasama?"
"Aku ingin, kau melaporkan Jeff dan teman-temannya dengan alasan merundung anakmu dan mengonsumsi obat terlarang. Dengan begitu, aku bisa menyingkirkan anak itu segera."
"Baik Tuan. Apakah ada imbalannya?"
"Ini. Sisanya aku berikan setelah semuanya beres."
Seketika, raut wajah wanita itu berubah panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hell World: Mafia The Love Story
Mystery / Thrillera project by @DECELIS-WORK & @launasalsabila46 Mengisahkan tentang sekelompok orang-orang elit yang sekolah swasta di Jakarta bernama Utopia Senior High School. Mengangkat drama Korea Hierarcy dan Piramide game dengan alur yang dikemas berbeda...