Chapter 8.

62 8 3
                                    

Hermione merengut sembari mengatupkan rahangnya. Ia berharap dirinya sendiri mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu! Kenapa ia mengkhawatirkan Malfoy? Sangat mustahil Hermione menyukainya! Matanya sedikit melebar ketika memikirkan hal itu, seolah-olah Hermione sedang mempertimbangkannya kembali. Gadis itu menggelengkan kepalanya dan menyilangkan tangan di depan dada. Ia yakin Malfoy memandangnya seolah dia adalah orang gila. Hermione akhirnya membuka mulut untuk berbicara. "Kau menanyakan dua pertanyaan padaku dan itu melanggar aturan, jadi aku akan melewatkan pertanyaanmu dan menanyakan pertanyaanku." Ia segera berkata dan menghela nafas. "Apa warna kesukaanmu?"

Draco berkedip beberapa kali dan mengernyitkan alisnya, berusaha keras untuk mencatat semuanya. "Serius?" Lelaki itu akhirnya bertanya setelah beberapa saat, matanya yang abu-abu dan tajam menatap ke dalam bola mata karamel milik Hermione yang lembut.

Hermione hanya mengangkat bahunya lalu mengangkat kedua alisnya. "Kita tidak harus memainkan permainan itu."

"Hitam." Draco segera menjawab. "Warna kesukaanku adalah hitam." Jawab Draco lagi dengan frustasi.

"Bagus." Hermione berkata dengan senyum palsu dan segera mengerutkan kening. "Kurasa ini giliranmu --- dan jangan lupa! Kau hanya bisa menanyakan satu pertanyaan dalam satu waktu. Aku sudah menanyakan satu pertanyaan."

Draco membuat wajah kesal dan memutar bola matanya. "Apa warna kesukaanmu?"

"Ungu."

"Oh, kukira warna merah. Kau sangat membanggakan asramamu." Draco bergumam pelan.

"Apa kau ingin aku melontarkan komentar sinis padamu juga? Aku akan melakukannya." Hermione menyilangkan lengannya, menempatkan keduanya di atas paha.

Draco mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah. "Tidak, itu tidak perlu dan ngomong-ngomong, itu dihitung menjadi dua pertanyaan."

"Bagus." Hermione berkata dan melihat sekeliling ruangan, mencoba memikirkan pertanyaan sederhana. Matanya yang tajam akhirnya tertuju pada vas bunga. Ia memandang Draco dan sedikit tersenyum. "Apa bunga kesukaanmu?"

"Itu tiga." Draco mengerang sembari bersandar di tempat tidur. "Apa kau tahu cara memainkan permainan ini?"

"Yah, kita hanya bermain, 'mari saling mengenal dengan lebih baik'. Dan aku mengajukan pertanyaan yang ingin kuketahui tentangmu. Oh, itu dihitung menjadi dua pertanyaan untukmu." Hermione tersenyum miring. "Kenapa? Apa kau ingin aku menanyakan pertanyaan yang lebih pribadi?"

Draco mengepalkan tangannya dan menggelengkan kepala. "Tidak, baiklah. Ayo lanjut bermain." Ia berkata lalu menghela nafasnya. "Dan ngomong-ngomong, kau sudah mengajukan lima pertanyaan."

"Oke. Tapi sebelum kita melanjutkannya, aku punya pertanyaan lain."

"Apa itu?"

"Kapan permainannya berakhir?"

"Uh... mari kita saling menanyakan dua puluh pertanyaan masing-masing. Kau sudah menanyakan enam."

"Kita pada dasarnya memang memainkan dua puluh pertanyaan." Hermione berkata tanpa basa-basi. "Dan kau sudah menanyakan tiga."

"Eh, baiklah." Kata Draco menghela nafasnya. "Aku tidak suka bunga."

"Kau tidak mungkin benar-benar tidak menyukai bunga satupun."

"Oh, kau benar! Aku lupa kalau kita tidak diperbolehkan untuk membenci bunga. Maafkan aku, sepertinya hal itu luput dari pikiranku." Draco mengejek Hermione dengan wajah kesal.

"Kau tidak perlu bersikap kasar tentang hal itu." Hermione berkata dengan tatapan tajam dan mengerang. "Kalau begitu, tanyakan saja pertanyaanmu berikutnya!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Hoax : Terjemahan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang