7

70 19 0
                                    

Malam mulai merayap lagi di rumah kecil Aldrian. Setelah hari yang penuh dengan renungan, tubuhnya sekali lagi terlelap dalam tidur yang nyenyak. Suasana kamar yang tenang dan lampu redup membawanya kembali ke dunia alternatif yang penuh warna dan kehangatan.

Kamar tidurnya yang sederhana kembali berubah menjadi tempat yang nyaman dan familiar saat ia memasuki bunga tidurnya. Kali ini, suasana di sekelilingnya tampak lebih cerah dan hangat. Rumah itu kembali terasa hidup dengan warna-warna yang lebih terang, dan taman yang mempesona tampak lebih menakjubkan daripada sebelumnya.

Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda dan aneh di ruang tamu. Ruangannya tampak berantakan dengan buku-buku yang berserakan di seluruh lantai.

Aldrian baru saja memasuki ruang tamu ketika dia melihat Kana berada di tengah-tengah kekacauan ini. Dia duduk di atas tumpukan buku, tampak frustrasi sambil berusaha menata ulang buku-buku yang berserakan. Kana terlihat lucu dengan gaun biru laut yang sedikit berantakan, rambutnya yang tidak rapi, dan kacamata bulat yang tampaknya terlalu besar di wajahnya.

"hmm, mungkin buku-buku ini bisa menari jika aku memintanya," Kana bergumam pada dirinya sendiri sambil mencoba merapikan tumpukan buku yang jatuh dari rak.

Aldrian tersenyum geli melihat Kana, merasa seperti menyaksikan adegan di film komedi. "sepertinya kamu mengalami sedikit kekacauan lagi di sini," katanya sambil tertawa ringan.

Kana menoleh dan melihat Aldrian, wajahnya memerah karena malu. "oh, Aldrian! kamu di sini lagi. aku… aku sedang berusaha merapikan ini semua, tapi sepertinya buku-buku ini lebih suka berantakan daripada berbaris rapi," ujarnya dengan nada cemas, namun senyum lebar yang tak bisa dia sembunyikan tetap ada di wajahnya.

"aku tidak tahu buku-buku ini bisa memberontak," Aldrian bercanda sambil mendekat. "kau butuh bantuan, atau kamu ingin aku membiarkan mereka melakukan keinginannya?"

Kana tertawa kecil, menggelengkan kepala sambil tetap duduk di tumpukan buku. "mungkin bantuanmu akan lebih baik daripada membiarkan buku-buku ini menguasai rumah."

Dengan senyum lebar, Aldrian membantu Kana merapikan buku-buku yang berserakan di lantai. Mereka bekerja sama dengan canggung namun ceria, sesekali saling berhadapan dan tersenyum ketika salah satu dari mereka hampir terjatuh atau tersandung.

"kamu tampaknya sangat terampil dalam membuat kekacauan, Kana," Aldrian berkata sambil meletakkan buku di rak yang sesuai. "tampaknya kamu juga sedang mengalami krisis buku." Aldrian tidak bisa menahan tawanya.

Wajah Kana cemberut mendengar perkataan Aldrian. "hei! berhenti menggodaku," katanya, dengan nada sedikit kesal namun tidak bisa menahan senyum.

"baiklah-baiklah, maafkan aku." Aldrian mengacak-acak rambut Kana dengan senyum lebar di wajahnya. Kana mencoba menghindari tatapan Aldrian dengan berpura-pura sangat sibuk memeriksa buku-bukunya, tapi akhirnya dia tidak bisa menahan tawa kecil yang terlepas dari bibirnya.

"aku cuma berharap aku tidak mengacaukan lebih banyak barang lagi," ucap Kana sambil tertawa ringan, "kamu tahu, aku sepertinya selalu saja terjebak dalam situasi konyol seperti ini."

"padahal aku ingat sebelumnya kamu bilang, biasanya kamu tidak pernah seceroboh ini," balas Aldrian dengan nada mengejek.

Kana tertawa. "baiklah, aku mengakuinya, aku memang cenderung membuat kekacauan."

"aku rasa kita semua punya sisi kacau yang keluar ketika kita berada di tempat yang nyaman," jawab Aldrian sambil membantu Kana menata buku-buku.

Mereka berdua berdiri dalam keheningan sejenak, mencoba untuk merasakan suasana yang lebih santai. Aldrian akhirnya memecahkan kebisuan dengan bertanya, "kamu ingat apa yang kita bicarakan malam lalu? tentang mimpi ini?"

Kana mengangguk. "apa kamu menemukan sesuatu?"

"kau ingat nggak aku bertanya padamu apa kau Kana dari diari itu?" Aldrian lalu kembali melanjutkan, "sebetulnya, aku menemukan diari di rumah ini yang aku tinggali di dunia nyata, dan diari yang aku temukan itu mencantumkan namamu. aku belum benar-benar mengerti bagaimana diari itu bisa ada dirumah ini, atau bagaimana itu bisa berhubungan dengan mimpi kita. denganmu."

Kana mengerutkan kening. "diari? Aku tidak tahu tentang diari. aku tidak pernah menulis diari."

Aldrian merasa bingung. "tapi aku yakin diari itu jelas-jelas tentangmu. jadi bagaimana mungkin kamu tidak tahu?"

Kana terlihat tertekan. "aku juga mencoba mencari tahu tentang mimpi ini di dunia nyata, tetapi tidak pernah menemukan apa pun. mungkin mimpi ini hanya mempengaruhi realitasmu, tapi aku belum bisa menemukan penjelasannya."

Aldrian mengangguk, berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan Kana. "hmm... ini aneh."

"aku pun tak tahu pasti apa yang terjadi," jawab Kana dengan ragu. "tapi selama kita bisa berbicara dan mengenal satu sama lain, mungkin kita bisa menemukan jawabannya."

"ya, aku berharap begitu juga," kata Aldrian dengan penuh harapan. "tapi sementara itu, bagaimana kalau kita menghabiskan waktu dengan cara yang menyenangkan? aku ingin tahu lebih banyak tentangmu."

Kana tersenyum. "tentu saja. jadi, apa yang ingin kamu ketahui tentangku?"

Aldrian berpikir sejenak. "hmm, ceritakan padaku tentang hal-hal yang kamu suka. apa hobimu?"

Kana tertawa kecil. "baiklah, mari kita mulai dengan hobi-hobi kecilku. aku suka membaca buku, terutama yang bergenre romance. Aku juga suka berkebun, dan... yah, aku juga kadang-kadang membuat kekacauan seperti yang kamu lihat."

Aldrian tertawa. "itu hebat! aku juga suka membaca. tapi berkebun? itu luar biasa. mungkin kamu bisa mengajarkanku cara merawat taman."

"senang sekali mendengarnya!" kata Kana dengan antusias. "mungkin kita bisa membuat taman ini semakin cantik bersama."

"ya, aku pikir itu ide yang bagus," jawab Aldrian. "jadi, mari kita mulai dengan merapikan buku-buku ini dan kemudian kita bisa merencanakan taman kita."

Mereka melanjutkan pekerjaan mereka dengan lebih semangat, saling berbagi cerita dan tawa. Waktu terus berlanjut, hubungan antara Aldrian dan Kana semakin dekat, dengan setiap percakapan membawa mereka lebih dekat satu sama lain. Dalam kekacauan dan keceriaan, mereka menemukan kenyamanan dalam kehadiran masing-masing, meskipun misteri yang mengelilingi mimpi mereka masih belum terpecahkan.




••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Diary's Whisper [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang