Aldrian kembali menghabiskan hari-harinya dengan tenggelam dalam perasaan campur aduk yang semakin membingungkannya. Ia merasa ada benang merah, tapi teka-teki itu masih jauh dari terpecahkan.
Pada suatu pagi, setelah berhari-hari mencoba memecahkan kembali misteri ini, Aldrian duduk di meja ruang tamu dengan diari Kana di tangannya. Ia menatap buku tua itu dengan penuh perhatian—Ia teringat mimpinya tadi malam.
Di hadapannya, Kana berdiri di dekat jendela, memegang sebuah buku yang tampak familiar. Di bawah sinar bulan yang menerobos masuk melalui tirai, wajah Kana terlihat damai dan teduh. Tatapan lembutnya mengarah pada buku di tangannya, seolah sedang merenungi sesuatu yang penting.
Aldrian melangkah mendekat, senyum hangat muncul di wajahnya. Pertemuan dengan Kana selalu dipenuhi dengan rasa rindu dan kehangatan yang tidak pernah bisa ia pahami. Namun kali ini, ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat Aldrian penasaran.
"Kana," panggil Aldrian dengan lembut, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan malam.
Kana mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Hai!"
Aldrian berhenti tepat di hadapan Kana, pandangannya langsung tertuju pada buku kecil yang berada di tangan gadis itu. "Apa yang sedang kau baca?" tanyanya.
Kana menatap buku itu sejenak sebelum mengangkatnya sedikit, memperlihatkan sampulnya kepada Aldrian. "Ini? Aku baru saja menemukannya di antara barang-barang di rumah. Aku pikir mungkin aku bisa menjadikannya diari."
Aldrian merasakan ada sesuatu yang aneh dan sekaligus akrab dengan buku itu. Ia menatapnya lebih dekat, menyadari setiap detailnya. Walaupun bukan buku tua—sampulnya, tepi halamannya. Itu adalah buku yang sama persis dengan yang ia temukan di dunia nyata.
"Apa kau pernah menulis di dalamnya sebelumnya?" Aldrian bertanya, suaranya mulai terdengar serius.
Kana menggeleng pelan, senyum manisnya tak berubah. "Belum. Aku baru saja menemukannya malam ini, dan baru berpikir untuk mulai menulis. Kenapa?"
Aldrian menelan ludah, merasakan detak jantungnya mulai berpacu. Rasanya sulit untuk mengabaikan kenyataan bahwa diari yang ada di tangan Kana, yang seolah baru ditemukannya, sama dengan buku yang ia temukan di rumahnya. Di kehidupan nyatanyanya, diari itu sudah penuh dengan tulisan tangan Kana.
"Aku..." Aldrian ragu sejenak, tapi akhirnya berkata, "Itu buku diari yang pernah ku ceritakan sebelumnya."
Kana menatap Aldrian dengan penuh kebingungan, alisnya mengernyit. "Apa maksudmu?"
Aldrian mengambil napas dalam-dalam. "Itu buku yang ku ceritakan padamu, Kana. Mungkin kau baru menemukannya. Tapi di dunia nyata, aku sudah menemukannya terlebih dahulu di dinding kamarku... sudah ada tulisanmu."
Kana tertawa kecil, menganggapnya sebagai candaan. "Kau pasti bercanda. Aku bahkan belum menulis apa-apa di dalamnya. Dan, bagaimana mungkin ini diari yang sama?"
Namun, Aldrian tidak tersenyum. Tatapannya tetap serius, penuh tekad. "Aku tidak bercanda, Kana. Diari itu, entah bagaimana, benar-benar diari yang aku temukan di dunia nyata. Tapi, tulisanmu sudah ada di sana. Ini lebih dari sekadar kebetulan. Mungkin ini... cara kita terhubung."
Kana terdiam, menyadari bahwa Aldrian benar-benar serius. Ia memandang buku di tangannya, kali ini dengan penuh kehati-hatian. "Kau pikir... ini semacam jembatan? Cara kita saling berkomunikasi?"
Aldrian mengangguk. "Aku tidak tahu pasti bagaimana semua ini bekerja. Tapi semakin aku memikirkannya, semakin aku yakin ada sesuatu yang menghubungkan kita—melintasi dimensi, waktu, entah apa pun itu. Dan buku ini mungkin kuncinya."
Mereka berdua terdiam, membiarkan angin malam menyelimuti mereka dalam keheningan. Kana menggenggam buku diari itu lebih erat, seolah takut kehilangannya. Mata mereka bertemu, dan meski kata-kata belum terucap, mereka berdua tahu bahwa mereka berada di ambang menemukan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.
"Kana," Aldrian berkata dengan lembut, "mungkin kita bisa mencari tahu lebih banyak melalui buku itu. Kau bisa mulai menulis di sini, dan aku akan terus memeriksa diari di duniaku. Siapa tahu, mungkin kita bisa menemukan cara untuk... benar-benar terhubung."
Kana menatap Aldrian dengan harapan yang tumbuh di matanya. "Kau benar. Mungkin ini adalah kesempatan kita untuk menemukan jawabannya."
Malam itu, di dunia mimpi yang tampak begitu nyata, Aldrian dan Kana sepakat untuk memulai sebuah perjalanan baru, dengan diari itu sebagai kunci yang mungkin membuka jalan mereka untuk bersama, tidak hanya di mimpi, tapi mungkin juga di dunia nyata.
Kembali ke saat ini. Aldrian sebelumnya berpikir bahwa Kana mungkin berasal dari masa lalu, bahwa diari ini mungkin milik seorang gadis yang dulu tinggal di rumah ini bertahun-tahun yang lalu. Namun, setelah ia melakukan beberapa penelusuran—menggali sejarah rumahnya, mencari jejak pemilik sebelumnya—ia tidak menemukan satu pun nama yang sesuai dengan Kana. Seakan-akan Kana tidak pernah benar-benar ada di masa lalu rumah ini.
Ini membawa Aldrian pada sebuah teori baru yang jauh lebih aneh, namun terasa lebih masuk akal. Mungkin Kana bukan dari masa lalu… mungkin dia berasal dari dimensi lain. Pikiran ini begitu asing dan tak terduga, namun semakin Aldrian memikirkannya, semakin masuk akal semua petunjuk yang ia temukan.
"Dimensi lain..." Aldrian mengulang kata-kata itu dengan pelan, mencoba mencernanya.
Ia memikirkan kembali mimpinya—rumah yang selalu tampak sempurna, sementara rumah di dunia nyata sudah tua dan rapuh. Mungkin rumah itu adalah versi dari rumah ini di dimensi lain, dan mungkin Kana tinggal di sana.
Mimpi dan diari… mungkin keduanya adalah cara bagi mereka untuk berkomunikasi.
Aldrian merasakan sensasi aneh di perutnya—seperti angin sepoi-sepoi yang membawa aroma misteri. Jika teorinya benar, maka ada cara untuk menemukan jawaban lebih lanjut. Ia mulai bertanya-tanya, apakah mungkin ia bisa melintasi dimensi itu sepenuhnya, bukan hanya dalam mimpi, tetapi dalam wujud nyata? Apakah ada cara untuk menjembatani kedua dunia ini?
Buku yang Kana pegang adalah buku yang sama dengan yang ada di tangannya sekarang. Kana belum menulis di buku ini di dalam mimpinya, namun buku itu sudah ada di sini, di dunia nyata Aldrian? Mungkinkah waktu di antara dimensi berjalan berbeda, membuat diari ini menjadi satu-satunya penghubung yang melintasi batas-batas realita?
Aldrian tahu dia semakin mendekati kebenaran. Dengan napas dalam, Aldrian menatap diari itu sekali lagi. Di sini, di tangannya, adalah petunjuk terakhir yang ia miliki. Ia merasa harus mempelajari setiap detail dengan cermat. Mungkin ada sesuatu di dalam buku ini yang ia lewatkan—sesuatu yang akan membawanya lebih dekat kepada Kana, lebih dekat kepada kebenaran.
Pikirannya berputar tanpa henti, tapi satu hal kini menjadi jelas: rumah ini, mimpinya, diari itu, dan Kana—semuanya terhubung melalui dimensi yang berbeda. Dan Aldrian tidak akan berhenti sampai ia menemukan cara untuk menjembatani dua dunia itu.
Aldrian memejamkan mata, mengambil napas dalam-dalam, dan berbisik pelan, "Aku akan menemukannya… bagaimanapun caranya."
•
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
The Diary's Whisper [✓]
RomanceKisah seorang pria muda yang pindah ke rumah tua dan menemukan diari misterius. Terpikat oleh kisah di dalamnya, ia mulai mengalami kejadian aneh dan mendalam, yang mengaburkan batas antara realitas dan ilusi. #nwmprospecmedia2024