HAPPY READING
NOVEL INI DIBUAT KARNA KEGABUTAN SEMATA, HARAP DIMAKLUMI ADA TYPO ATAUPUN KESALAHAN MENULIS LAINNYA
"Ketika hati terbelah antara dua arah, kebingungan bisa terasa lebih nyata daripada kepastian."
*
*
*Bab 9: Konflik Internal Sakala
Pagi itu, angin sepoi-sepoi menerpa wajah Sakala saat dia berjalan menuju sekolah. Sekilas, suasana di sekitar tampak seperti hari-hari biasa di SMA Araya, dengan siswa-siswa lain yang tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Namun, di dalam hati Sakala, ada badai yang terus berkecamuk. Perasaan bingung dan tidak pasti yang dialaminya mulai menggerogoti setiap pemikirannya. Kebersamaannya dengan Aurora kemarin di perpustakaan membuatnya semakin menyadari bahwa dia harus segera mengambil keputusan. Dia tidak bisa terus membiarkan perasaan ini menggantung di antara dirinya, Aurora, dan Nadira.
Saat memasuki kelas, Sakala merasa tatapan beberapa teman sekelasnya mengikuti langkahnya. Sejak pertama kali datang ke sekolah ini, status sosial dan kepribadiannya yang misterius membuat Sakala menjadi perhatian banyak orang. Tetapi sekarang, dia merasa ada lebih dari sekadar rasa ingin tahu di mata mereka. Mungkin, mereka juga mulai merasakan perubahan dalam hubungan antara dirinya, Aurora, dan Nadira. Atau mungkin itu hanya perasaannya saja.
Di tengah-tengah pelajaran, Sakala merasa pikirannya semakin sulit untuk fokus. Bayangan percakapannya dengan Aurora terus muncul, bersamaan dengan kenangan tentang waktu-waktu yang ia habiskan dengan Nadira di perpustakaan. Keduanya begitu berbeda, namun masing-masing menawarkan sesuatu yang penting bagi Sakala. Aurora dengan gairahnya, yang membuatnya merasa hidup. Nadira dengan ketenangannya, yang memberinya rasa damai.
Tetapi apakah cinta sejati harus penuh dengan gairah seperti yang dirasakan bersama Aurora? Ataukah cinta itu adalah ketenangan yang dia temukan saat bersama Nadira? Pertanyaan ini terus menghantui Sakala, dan jawabannya semakin terasa sulit untuk ditemukan.
Saat bel istirahat berbunyi, Bintang, sahabatnya, segera menghampirinya. Bintang adalah satu-satunya orang yang tampaknya bisa membaca suasana hati Sakala tanpa perlu banyak bicara.
"Lo kelihatan kacau banget, Sak," ujar Bintang sambil menepuk pundaknya. "Ada apa, bro? Kayaknya lo mikirin sesuatu yang berat."
Sakala mendesah panjang, berusaha menyembunyikan kebingungannya. "Iya, mungkin gue lagi terlalu banyak mikir."
Bintang tertawa kecil. "Terlalu banyak mikir tentang apa? Tentang Aurora, atau... Nadira?" tanyanya, langsung menohok ke inti masalah.
Sakala menoleh, sedikit terkejut dengan ketepatan tebakan Bintang. Tapi dia tidak menjawab, hanya menunduk sambil menatap lantai kelas yang kosong.
"Jadi, gue bener, kan?" lanjut Bintang sambil terkekeh. "Lo nggak bisa terus kayak gini, Sak. Lo harus memilih."
"Memilih?" Sakala mengangkat kepalanya, suaranya terdengar sedikit putus asa. "Gue bahkan nggak tahu apa yang gue rasain sebenarnya. Gue suka sama Aurora, tapi di saat yang sama, ada sesuatu tentang Nadira yang bikin gue... tenang."
Bintang mengangguk pelan, ekspresinya berubah menjadi lebih serius. "Gue ngerti, Sak. Tapi lo tahu sendiri, lo nggak bisa terus berada di dua tempat sekaligus. Kalo lo terus kayak gini, lo bisa kehilangan dua-duanya."
Kata-kata Bintang menggoreskan kenyataan pahit di benak Sakala. Dia tahu temannya itu benar. Terus-menerus bimbang di antara Aurora dan Nadira hanya akan memperburuk keadaan. Tapi bagaimana mungkin dia bisa membuat pilihan, ketika kedua gadis itu menawarkan hal-hal yang begitu berbeda namun sama-sama penting dalam hidupnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Hujan dan Matahari
ParanormalSakala Khafi Mahesa menjalani kehidupan sempurna di SMA elit, tetapi di balik pesonanya, ia menyimpan kebingungan tentang cinta sejati. Terjebak antara Aurora yang penuh gairah dan Nadira yang menenangkan, Sakala mendapati dirinya di persimpangan ja...