Pertemuan Tiga Orang

11 5 0
                                    

HAPPY READING

NOVEL INI DIBUAT KARNA KEGABUTAN SEMATA, HARAP DIMAKLUMI ADA TYPO ATAUPUN KESALAHAN MENULIS LAINNYA

"Ketika cinta berada di persimpangan, kejujuran menjadi jalan yang tak terelakkan, meski terkadang menyakitkan."

*
*
*

Bab 19: Pertemuan Tiga Orang

Pagi itu, langit di SMA Araya tampak cerah, tetapi suasana hati Sakala justru penuh dengan beban berat. Percakapan dengan ibunya tentang keluarganya yang mungkin akan berpisah terus membayangi pikirannya. Meski hari-hari berjalan seperti biasa, dunia di sekitarnya terasa semakin jauh dari normal. Keluarga, cinta, masa depan—semuanya terasa kabur dan tak terjangkau.

Hari itu, ada acara besar di sekolah. Sebuah festival kecil yang diadakan untuk merayakan ulang tahun sekolah, di mana seluruh siswa diundang untuk bersenang-senang dan menikmati hari yang lebih santai dari biasanya. Tapi bagi Sakala, suasana festival tidak membawa ketenangan yang dia cari. Bahkan, ada sesuatu yang lebih mendesak di benaknya—hubungan antara dirinya, Aurora, dan Nadira.

Sakala tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa pertemuan di antara mereka bertiga tidak lagi bisa dihindari. Selama ini, dia mencoba menjaga jarak di antara mereka, tetapi kini perasaan itu tak lagi bisa dia bendung. Ada keputusan yang harus dibuat, meski dia belum sepenuhnya yakin apa yang akan dia pilih.

Saat dia berjalan di sekitar halaman sekolah, di tengah tawa dan sorakan siswa-siswa lain, Sakala melihat Aurora berdiri di dekat salah satu stand makanan. Dia tampak tersenyum pada teman-temannya, tetapi tatapan matanya tertuju ke arah Sakala. Begitu mata mereka bertemu, Aurora berjalan mendekat, meninggalkan teman-temannya.

"Hai, Sakala," sapa Aurora dengan senyum yang terasa berbeda dari biasanya. Ada kehangatan, tetapi juga ada jarak yang sulit diabaikan.

Sakala balas tersenyum, meskipun hatinya berdebar lebih cepat. "Hai, Aurora. Apa kabar?"

Aurora mengangguk pelan. "Baik, tapi... kita perlu bicara. Ini nggak bisa terus-terusan seperti ini."

Sakala menelan ludah, merasa ini adalah percakapan yang sudah lama dia hindari, tetapi kini tak bisa lagi ditunda. "Ya, aku tahu."

Sebelum percakapan mereka berlanjut, sebuah suara lain memecah keheningan. "Sakala, aku sedang mencarimu."

Sakala menoleh, dan di sana berdiri Nadira, dengan senyum tipis di wajahnya. Nadira tampak tenang, seperti biasa, tetapi ada ketegangan di balik matanya. Seolah-olah dia tahu bahwa ada sesuatu yang akan segera terjadi. Melihat Aurora dan Nadira berada di tempat yang sama, Sakala merasakan dadanya semakin berat. Kedua gadis itu, yang memiliki tempat penting di hatinya, kini berdiri di hadapannya, dan dia tahu bahwa momen ini adalah titik di mana segalanya akan berubah.

Aurora menatap Nadira dengan ekspresi yang sulit ditebak, tetapi dia tidak menghindari tatapan itu. Sebaliknya, Nadira tetap tenang, meskipun Sakala bisa merasakan bahwa di dalam hati, Nadira pasti merasakan hal yang sama seperti dia—kebingungan, cemas, dan tak terhindarkan.

"Kalian berdua," Aurora akhirnya berkata, suaranya terdengar tenang tetapi tegas, "aku tahu ada sesuatu yang terjadi di antara kalian. Aku nggak bodoh, Sakala. Aku tahu kamu semakin dekat dengan Nadira, dan aku rasa kita perlu bicara jujur sekarang."

Sakala menatap Aurora, merasa terjebak di antara dua dunia. Nadira, di sampingnya, tetap diam, tetapi Sakala bisa merasakan ketenangan palsu yang dia pertahankan. Situasi ini adalah sesuatu yang dia tahu pasti akan datang, tetapi ketika momen itu tiba, semuanya terasa lebih sulit daripada yang dia bayangkan.

Di Antara Hujan dan Matahari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang