HAPPY READING
NOVEL INI DIBUAT KARNA KEGABUTAN SEMATA, HARAP DIMAKLUMI ADA TYPO ATAUPUN KESALAHAN MENULIS LAINNYA
"Kadang, kita tidak bisa memahami mengapa seseorang pergi, sampai kita menyadari pelajaran yang ditinggalkannya."
*
*
*Bab 33: Nadira Menghilang
Pagi itu, Sakala bangun dengan perasaan yang aneh. Matahari bersinar cerah di luar jendela, tetapi hati Sakala terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres. Dia tidak bisa menjelaskan apa yang mengganggu pikirannya, tetapi firasat itu tidak bisa diabaikan.
Setelah bersiap-siap untuk sekolah, Sakala mencoba menghubungi Nadira seperti biasa. Mereka berdua selalu bertukar pesan di pagi hari—pesan sederhana untuk menyapa dan memulai hari dengan ringan. Namun, kali ini, pesan yang dikirimnya tidak mendapat balasan.
Sakala berpikir mungkin Nadira sedang sibuk atau lupa memeriksa ponselnya. Itu bukan masalah besar. Tetapi semakin hari berlalu, semakin Sakala merasa bahwa ada yang tidak beres. Nadira tidak muncul di sekolah. Saat makan siang, biasanya Nadira akan bergabung dengannya di kantin atau di taman, tetapi hari ini dia tidak muncul sama sekali. Teman-temannya juga tidak melihatnya.
"Kamu udah coba hubungi Nadira?" tanya Bintang saat mereka duduk di kantin bersama. "Mungkin dia lagi sakit atau ada urusan keluarga?"
Sakala mengangguk, merasa khawatir. "Aku udah kirim pesan, tapi dia nggak balas. Aku juga telepon, tapi nggak diangkat."
Bintang mengangkat bahu dengan santai, meskipun ada nada khawatir di suaranya. "Mungkin dia cuma butuh waktu sendirian. Kamu tahu Nadira suka menyendiri kadang-kadang."
Sakala terdiam. Benar, Nadira memang kadang-kadang lebih suka sendiri, tetapi biasanya dia akan memberitahu Sakala jika dia butuh waktu untuk menyendiri. Kali ini, Nadira pergi tanpa jejak, dan itu membuat Sakala merasa gelisah. Ada perasaan aneh di dalam dirinya—campuran antara kekhawatiran dan kehilangan—seolah-olah sesuatu yang penting telah hilang dari hidupnya.
Setelah jam pelajaran terakhir berakhir, Sakala memutuskan untuk pergi ke rumah Nadira. Dia berharap bisa berbicara langsung dengannya, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin ada masalah yang Nadira tidak ingin ceritakan melalui pesan. Mungkin dia butuh dukungan, dan Sakala ingin memastikan dia ada untuk Nadira.
Ketika Sakala sampai di rumah Nadira, pintu depan tertutup rapat. Dia mengetuk pintu beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban. Setelah menunggu beberapa saat, seorang tetangga muncul dari rumah sebelah.
"Maaf, kamu cari siapa?" tanya tetangga itu.
"Saya cari Nadira," jawab Sakala, suaranya penuh harap. "Dia ada di rumah?"
Tetangga itu menggeleng. "Oh, Nadira dan keluarganya pergi tadi pagi. Mereka bilang ada urusan keluarga mendadak. Saya nggak tahu kapan mereka akan kembali."
Sakala merasakan jantungnya tenggelam. Nadira pergi? Tanpa memberitahu apa pun padanya? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa Nadira tidak memberinya kabar sama sekali?
Setelah mengucapkan terima kasih kepada tetangga itu, Sakala berjalan pulang dengan perasaan kosong. Di kepalanya, berbagai pertanyaan berputar tanpa henti. Mengapa Nadira pergi begitu saja? Apakah ada sesuatu yang terjadi dalam keluarganya? Ataukah Nadira sengaja menjauh darinya? Pikiran-pikiran itu membuat Sakala semakin bingung dan gelisah.
***
Malam itu, di kamar yang sunyi, Sakala duduk di tepi tempat tidurnya dengan ponsel di tangan. Dia menatap layar ponselnya, berharap akan ada pesan dari Nadira yang bisa menjelaskan semuanya. Namun, tidak ada satu pun pesan masuk. Sejak pagi, tidak ada kabar dari Nadira, dan semakin lama, kekhawatirannya semakin menjadi-jadi.
Dia mencoba menelepon Nadira lagi, tetapi panggilan itu tidak dijawab. Setelah beberapa kali percobaan, ponsel Nadira malah tidak aktif. Rasa cemas mulai merayapi hati Sakala. Nadira tidak pernah meninggalkannya seperti ini sebelumnya. Apa yang sebenarnya terjadi?
Di dalam benaknya, Sakala mulai memikirkan berbagai kemungkinan. Apakah Nadira pergi karena sesuatu yang dia lakukan? Apakah ada sesuatu yang tidak dia sadari dalam hubungan mereka? Sakala tidak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, dan itu membuatnya semakin tertekan.
Malam semakin larut, tetapi Sakala tetap tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari penjelasan. Dia merasa seperti ada sesuatu yang penting terlepas dari genggamannya, dan dia tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya kembali.
***
Hari-hari berlalu, dan masih tidak ada kabar dari Nadira. Sakala semakin terjebak dalam rasa bingung dan kehilangan. Dia tidak tahu harus berbuat apa, dan setiap hari tanpa Nadira membuatnya merasa semakin kosong. Dia mencoba untuk fokus pada sekolah dan kegiatan sehari-hari, tetapi bayangan Nadira terus menghantui pikirannya.
Sakala mulai menyadari betapa pentingnya kehadiran Nadira dalam hidupnya. Selama ini, Nadira adalah sumber ketenangan dan dukungan baginya. Dia adalah seseorang yang selalu ada di sampingnya, bahkan ketika dia sendiri tidak yakin dengan perasaannya. Dan sekarang, ketika Nadira menghilang tanpa jejak, Sakala merasa seperti kehilangan sebagian dari dirinya.
Setiap kali dia berjalan melalui taman belakang sekolah, tempat di mana dia dan Nadira sering berbicara, dia merasakan rasa sakit yang menusuk di dalam hatinya. Tempat itu, yang dulu penuh dengan kedamaian, kini hanya mengingatkannya pada kehilangan.
Bintang, yang menyadari perubahan suasana hati Sakala, mencoba untuk menghiburnya. "Lo harus sabar, bro. Mungkin Nadira butuh waktu. Dia pasti akan kembali."
Tetapi Sakala tidak yakin. Semakin lama Nadira pergi, semakin besar rasa takutnya bahwa mungkin Nadira tidak akan kembali. Mungkin ada sesuatu yang tidak bisa diperbaiki di antara mereka, sesuatu yang Nadira rasakan tetapi tidak bisa diungkapkan.
***
Minggu berikutnya, Sakala menerima pesan dari nomor yang tidak dikenalnya. Pesan itu singkat, tetapi cukup untuk membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
"Sakala, aku butuh waktu. Maaf aku pergi tanpa memberitahu. Ada hal-hal yang harus aku selesaikan sendiri. Aku harap kamu mengerti. – Nadira"
Sakala menatap layar ponselnya, membaca pesan itu berulang kali. Dia merasa lega karena akhirnya mendapat kabar dari Nadira, tetapi pesan itu juga membuatnya merasa sedih. Nadira pergi karena ada sesuatu yang dia tidak bisa ungkapkan—sesuatu yang harus dia hadapi sendiri. Tapi apa?
Sakala ingin merespons, ingin menanyakan lebih lanjut tentang apa yang terjadi, tetapi dia tahu bahwa Nadira membutuhkan ruang. Dia harus menghormati keputusan Nadira, meskipun itu sulit.
Malam itu, Sakala duduk di kamarnya, merenungkan segalanya. Kehilangan Nadira membuatnya sadar betapa dalam perasaannya terhadap gadis itu. Selama ini, Nadira adalah sumber kedamaian dalam hidupnya, dan tanpa kehadirannya, hidup Sakala terasa hampa.
Namun, Sakala juga tahu bahwa cinta sejati adalah tentang memberikan kebebasan—tentang menerima bahwa terkadang, seseorang harus pergi untuk menemukan diri mereka sendiri. Meskipun itu berarti Sakala harus menunggu dalam ketidakpastian.
Dengan berat hati, Sakala mengetik balasan sederhana.
"Aku mengerti. Aku akan selalu ada di sini jika kamu butuh aku."
Dan dengan pesan itu, Sakala mencoba untuk melepaskan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi dia tahu bahwa dia harus membiarkan Nadira menjalani perjalanannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Hujan dan Matahari
ParanormalSakala Khafi Mahesa menjalani kehidupan sempurna di SMA elit, tetapi di balik pesonanya, ia menyimpan kebingungan tentang cinta sejati. Terjebak antara Aurora yang penuh gairah dan Nadira yang menenangkan, Sakala mendapati dirinya di persimpangan ja...