35.Keegoisan

3.3K 361 16
                                    

🚫vote










.
.
.

Dor!!

Deg

"ABANG!!!" Teriak Astra kecil setelah beberapa saat terdiam melihat tubuh sang Abang langsung ambruk dengan darah yang terus keluar dari dada sebelah kirinya. Astra langsung berlari mendekat ke arah tubuh yang sudah kehilangan kesadarannya itu

"Abang bangun hiks.. hiks hiks....ABANGGG!!" Astra menangis histeris mengguncang tubuh yang sudah terbujur kaku itu.

"Sudah puas bermainnya son?"

Tangis Astra langsung teredam mendengar suara bariton dan langkah kaki yang mendekatinya.

"Lihat ini" ucap Aron ya pemilik suara itu adalah opanya Aron, mengangkat kaki kecil sebuah hewan berbulu berwarna putih. Astra langsung menoleh dan membulatkan matanya melihat hewan kesayangan nya yang selama ini menemaninya bermain terbujur kaku di tangan sang opa.

Deg

Pluk!

Aron langsung melemparnya di depan  tubuh Astra kecil yang masih terduduk di depan tubuh sahabatnya.
"Opa menemukan nya sudah mati di kandangnya...lagian juga bukankah kau sudah mempunyai teman baru, jadi...mungkin dia bunuh diri karena tuannya sudah tidak mau bermain dengannya" ucap Aron dengan senyum miringnya.

"Rabit....." Lirih Astra gemetar membawa tubuh Rabit hamster/hewan kesayangannya yang di berikan neneknya saat Astra ulangtahun dua tahun silam.

Sudah lebih dari dua tahun hamster yang di beri nama Rabit itu menemani Astra bermain, Astra bukan hanya menganggap Rabit sebagai hewan peliharaan saja tapi juga teman/sahabat di kala ia kesepian, Astra kecil sering bercerita banyak hal pada hewan kecil  berbulu itu tentang kehidupan nya yang monoton, tentang bagaimana ia ingin memiliki temen, sahabat dan juga seorang kakak pada hewan berbulu itu,yang Astra sudah anggap sahabatnya karena saat seneng maupun duka Rabit selalu ada untuknya.

Namun sekarang lihatlah Rabit nya sudah pergi begitupun Abang nya yang sudah pergi meninggalkan nya dan penyebab semuanya adalah opanya.

Astra bangun dari duduknya lari menerjang tubuh sang opa memukul perut sang opa karena kesal, sedangkan Aron hanya diam sambil menatap Astra datar pukulan cucunya tidak menyakitkan sama sekali malah itu seperti glitikan biasa.

Bug

Bug

"Hiks jahat opa j-jahat hiks opa jahattt!!" Astra menangis tersedu sedu.

Puk

Pundak Aron di tepuk oleh seseorang
"Sepertinya kau sudah keterlaluan kali ini Aron" ucap Orlando yang sedari tadi diam melihat apa yang di lakukan sahabat karibnya yang sekaligus sudah menyandang sebagai besannya itu.

Orlando mengangkat tubuh mungil berusia tujuh tahun itu. Memeluk dan mengecup puncuk sang cucu sayang menimang Astra dengan kata penenang nya namun itu semua tak membuahkan hasil karena tangis Astra semakin menjadi dan malah berpindah memukul dada bidang Orlando karena kesal.

Orlando hanya diam membiarkan sang cucu meluapkan emosinya sambil terus mengpukpuk punggung gemetar itu. Setelah beberapa saat Astra menyerah ia bersandar pada dada bidang sang kakek menangis lirih di dekapan hangat kakeknya itu.

Orlando berjalan ke arah satria dan Rabit kecil yang berada di sebelah jasad bocah 10 tahun itu. Memandang sendu tubuh yang sudah tak memiliki rona itu hanya menampakan warna pucat pasi dan bibir yang sudah nampak membiru.

Baby Mahesa (Terbit)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang