"Jisoo-yaa?" Suara Lalisa membuat Jisoo yang baru saja memasuki unit Jennie menengok ke arahnya.
Jisoo menutup pintunya kembali. "Kau belum tidur? Dimana Jennie?" Tanya Jisoo yang membuat Lalisa mendengus dan memainkan lidahnya di dalam mulutnya.
"Dia berada di kamarnya, kenapa kau mengingkari janjimu untuk makan malam bersamanya?" Ucap Lalisa kesal.
Jisoo berjalan ke arah Lalisa yang berada di ruang tamu, ia meletakan tas dior nya di atas meja. "Aku ada sedikit urusan."
"Urusan, apa? Kau baru saja membuatnya sedih, Jisoo-yaa. Kau bahkan tidak dapat mengantar atau menjemputnya, sekarang, kau juga tidak dapat makan malam bersamanya." Ucap Lalisa.
Jisoo menyeringit. "Kenapa kau harus semarah ini? Aku mengingkari janjiku dengan Jennie, bukan denganmu."
Lalisa berdeham, dia segera mengalihkan pandangannya. "Sudahlah, lebih baik kau masuk saja ke kamar kekasihmu, segera minta maaf karena kau telah menyakitinya." Kata Lalisa sambil beranjak berdiri dari sofa.
"Kau tertarik dengan kekasihku?" Tanyanya to the point, Lalisa segera menoleh dengan cepat ke arah Jisoo, satu alisnya terangkat.
"Ige mwoya, Jisoo-yaa?" Tanyanya dengan suara yang pelan.
Jisoo berdiri dari sofa dan menatap Lalisa yang berada di hadapannya. "Aku mengizinkanmu untuk menginap di unit kekasihku bukan berarti aku membiarkanmu tertarik dengannya, apa kau mengerti?" Ucap Jisoo tegas dengan kedua tangan yang melipat di atas perutnya.
Lalisa terkekeh. "Apa kau benar-benar mencintai kekasihmu? Kau bahkan tidak tinggal bersamanya, dan koreksi jika aku salah, kau bahkan tidak pernah memunculkan kekasihmu ke hadapan media, apakah kau benar-benar mencintainya? Sekarang, sikapmu seolah kau sangat mencintainya karena melihatku terlalu peduli pada kekasihmu." Ucapnya dengan kedua mata yang menatap tajam ke arah Jisoo.
Jisoo tertawa sarkas lalu menyisir rambutnya sendiri ke belakang. "Kau tidak mengerti apapun, jadi lebih baik, tutup mulutmu sebelum aku benar-benar akan memberimu pelajaran."
Lalisa melirik leher Jisoo sekilas, kedua matanya menyipit melihat ada tanda merah di sana. "Oh, kupikir, tadi pagi saat kau datang kemari mengantarkan belanjaan, tanda di lehermu itu belum ada, sekarang aku tahu, mengapa kau mengingkari janjimu, Kim Jisoo." Lalisa menekan kalimatnya, tatapannya seolah ia baru saja memberi peringatan kepada Jisoo.
Jisoo menutup cepat lehernya dengan rambut panjangnya, dia berdeham. "Ini Jennie yang membuatnya, saat waktu siang break tadi, aku sempat datang ke tempat kerjanya."
Lalisa terdiam, dia menganggukan kepalanya. "Ah, benarkah?"
"Ya, itu benar, Lalisa." Bukan Jisoo yang menjawab melainkan Jennie, ia baru saja keluar dari kamarnya.
Lalisa memaksakan senyumnya mendengar jawaban Jennie. "Oh, syukurlah." Balasnya. "Kalau begitu, lanjutkan perbincangan kalian, aku akan pergi tidur, selamat malam, Jennie, Jisoo.."
Dia menatap Jisoo sebelum tubuhnya melewatinya. "Aku minta maaf untuk ucapanku sebelumnya." Sambungnya kepada Jisoo, Lalisapun memasuki kamarnya.
"Ayo, kita bicara di dalam." Kata Jisoo menarik tangan Jennie ke dalam kamar Jennie.
•••••
Lalisa POV
Aku benci situasi ini, sebelum bertemu Jennie, pikiranku hanya di penuhi dengan uang.
Aku bahkan selalu bertanya pada diriku tentang apa yang harusku lakukan untuk memperbanyak uangku?
Bagaimana caranya agar uangku selalu bertambah?