Kim Rae Won, atau pria yang biasa di kenal sebagai Tuan Kim yang berusia lima puluh dua tahun, ia sangat di kenal di kalangan para pengusaha karena ia memiliki perusahaan yang bergerak di bidang Entertaiment yang sudah berdiri sejak tahun 1996.
Sikapnya yang tegas, namun sangat dermawan menjadikan ia selalu menjadi sorotan para pebisnis untuk berlomba-lomba menawarkan kerja sama dengan perusahaan miliknya salah satunya perusahaan LLOUD yang di dirikan oleh Lalisa Manoban.
Sudah banyak penyanyi group hingga soloist terkenal yang berasal dari perusahaannya.
Di mata banyak orang, ia benar-benar pria sempurna, namun, siapa sangka, jika di mata keluarga, dia bukanlah sosok kepala rumah tangga sekaligus ayah yang sempurna.
Istrinya sudah meninggal setelah melahirkan putri ketiganya.
Iya, dari hasil pernikahannya bersama sang istri, ia di karuniai tiga orang putri,
Kim Jisoo,
Kim Jennie,
Kim Ahyeon.
Itulah nama ketiga putrinya, tetapi sayangnya, rasa kasih sayang serta perhatiannya, pria itu lebih condong ke putri pertama dan putri bungsunya, bahkan, ia hanya memperkenalkan putri pertama dan putri bungsunya itu ke media. sedangkan putri keduanya, selalu ia sembunyikan, karena pria itu berpikir bahwa penampilan putri keduanya tidak mencerminkan putri dari seorang pengusaha tersukses di dunia.
Jadi, tidak banyak orang tahu bahwa ia memiliki Kim Jennie sebagai putri keduanya, di tambah, saat Jisoo memberitahu padanya bahwa Jennie menyukai seseorang secara berlebihan, dan ayahnya sangat marah, pria itu langsung mengirim Jennie jauh dari Seoul.
Ia sangat tidak ingin media tahu, bahwa dia memiliki seorang putri yang tidak waras.
"Ahyeon-iee, appa tidak pernah memaksamu untuk bercerita, jika memang kau sudah siap menceritakan semuanya...,"
"Semuanya benar, appa. Kecelakaan itu bukan ketidak sengajaan melainkan sengaja, saat kejadian itu, setelah truck itu berhasil menabrakku, samar-samar, aku mendengar suara seorang pria menghubungi seseorang, ia melaporkan keadaanku, appa." Ahyeon yang baru saja sadarkan diri dari masa kritis nya dua hari yang lalu kini mulai menceritakan.
Kedua mata ayahnya membulat, rahangnya mengatup, kedua tangannya bahkan bergetar. "Apa yang kau dengar?" Tanya ayahnya.
Ahyeon berpikir sejenak. "Aku benar-benar lupa, appa. Aku hanya mengingat pria itu berkata 'sepertinya dia sudah mati, Noona.' Setelah itu, aku tidak tahu lagi, karena aku sudah tidak sadarkan diri."
Ayahnya berdiri mengerang, dia menoleh ke arah bodyguard nya. "Untuk sementara waktu, jangan biarkan polisi tahu yang sebenarnya, sekarang, aku menugaskanmu untuk mencaritahu yang sebenarnya, karena aku ingin menghukum orang itu dengan tanganku sendiri, berani-beraninya dia menyakiti putri kesayanganku!" Tegasnya kepada bodyguard nya itu.
Pria bertubuh besar itu lantas mengangguk patuh dan membungkuk sopan meninggalkan ruangan VVIP itu untuk menjalankan tugas yang di berikan oleh bos besarnya itu.
Tuan Kim mendengus, lalu ia merasakan tangan Ahyeon menyentuhnya dengan lembut, pria itu langsung duduk dan tersenyum. "Kenapa, sayang?" Gumamnya dengan suara lembut.
"Lalisa eonnie.... apa, appa sudah menyuruhnya kesini?"
Pria itu mengangguk. "Sudah, tenang saja, mungkin dia akan segera datang."
Di sisi lain........
Irene mondar-mandir di kamarnya sambil terus menghubungi nomor ponsel Lalisa, namun, lagi-lagi dia di arahkan ke kotak suara, yang berarti.. nomor Lalisa masih tidak aktif. "Sumpah, Bear. Jika seperti ini terus, apa tidak lebih baik kita menyusul Lalisa ke Paris?" Kata Irene kepada Seulgi.