Sebenernya, author bisa bikin cerita ini jadi e-book, buat berbayar, kayak author-author yang lain, tapi... author selalu mikirin kalian sebagai pembaca, gak semuanya pembacaku udah kerja / udah punya penghasilan sendiri.
Selain itu, aku juga pengen bikin pembaca ku nyaman sama karyaku, nikmatin karyaku tanpa ngeluarin uang sedikitpun.
Nah, untuk dari itu, aku cuman mau kalian balas tulisan ku pake vote & komen kalian, untuk ngasih apresiasi ku sebagai penulis.
Apa sesusah itu? Tolong sekali lagi pengertiannya ya.
Biar sama-sama enak, kan?
Oke, selamat membaca.
•••••
"Ahh, yaaah, terus, honey..." Lalisa yang berada di bawah kungkungan Jennie terus mendesah hebat kala merasakan lidah Jennie yang terus menurun dan kini berada di perutnya, lidah itu berputar-putar di sekitar titik pusarnya.
Jennie menyunggingkan sudut bibirnya, dia terus mengecup tubuh Lalisa, sambil kedua tangannya menarik turun celana milik Lalisa, ia hanya menggunakan celana dalam sport berwarna hitam, Jennie berbinar-binar menatap bagian intim milik Lalisa yang masih tertutup celana dalam, hingga akhirnya perlahan Jennie menarik turun celana dalam Lalisa.
Lalisa menggigit bibir bawahnya, wajahnya memerah, dan Jennie masih menatapnya lekat, bahkan ia tak berkedip sedikitpun, hingga akhirnya, Jennie menjulurkan lidahnya dan mengenai area intim milik Lalisa. "Aaahh, Jen. Please~" Lalisa mengerang hebat.
Jennie memainkan lidahnya mengenai klitoris milik Lalisa yang membuat Lalisa memekik lalu melengkungkan tubuhnya ke atas. "Aahh~"
Jennie semakin bersemangat, ia mengggit klitoris milik Lalisa lalu menghisapnya, tubuh Lalisa semakin bergerak ke kanan dan ke kiri, dia meremas rambut Jennie lalu menekan kepala Jennie ke bagian intim miliknya. "Sshh, aahh~ terus, Jennie-ahhh~" desah Lalisa yang semakin tak karuan.
Jennie menaik turunkan lidahnya, lidahnya semakin bergerak cepat naik dan turun menggesek klitoris miliknya. "Sial! Kau membuatku semakin terbakar mendengar desahanmu, karena setelah sekian lama kamu hanya terdiam ketika aku sedang menidurimu." Racaunya tanpa tersadar.
Lalisa yang sedang memejamkan kedua matanya lantas membuka matanya. "J-jennie, w-wait..." Lalisa menahan kepala Jennie. "What did you just say, huh?" Lalisa menyeringit, di benaknya terlihat sekali bahwa ia sangat penasaran apa yang Jennie katakan barusan.
Jennie menggigit lidahnya sendiri. "U-uh? Memang, apa yang baru saja kukatakan, honey?"
Lalisa berdecak kasar, dia menjatuhkan tubuh Jennie kebawah dan sekarang, Lalisa yang berada di atas, kedua tangan Jennie ia genggam dengan erat di atas kepalanya. "Stop calling me honey, oke? Sekarang, katakan padaku, apa maksud ucapanmu itu?"
"Meniduriku, serius? Kau benar-benar melakukannya saat aku tertidur, huh?" Sambungnya dengan rahang yang mengatup, Jennie berusaha bergerak, kedua payudara yang sudah tidak tertutup bra itu ikut terguncang.
"Lalisa, kamu pasti salah mendengar, lepaskan aku, hm?" Gumamnya, ia mencoba memberi tatapan sendunya ke arah Lalisa.
Lalisa menggelengkan kepalanya, dia semakin mencengkram kedua tangan Jennie. "Tidak, aku tidak salah mendengar, Jennie."