Dinding tembok nan-kokoh yang di bangun oleh salah satu rumah sakit terbaik di kota Seoul, Korea selatan itu seolah baru saja menjadi saksi bisu adegan panas yang tengah kedua pasangan wanita itu lakukan.
Siapa lagi jika buka Kim Jennie dan Lalisa Manoban, dua wanita yang sedang saling jatuh cinta itu membuat keduanya seolah tidak peduli dengan keberadaan mereka sekarang.
Berkat rayuan Jennie sebelumnya di video call, membuat Lalisa memutuskan untuk pergi kerumah sakit menemui Jennie, meski dia harus menyamar agar bisa melewati para wartawan, sesulit apapun, dia tetap berusaha, dia merasa bahwa Jennie benar-benar membuat pikirannya tidak terkendali, dan hanya Jennie yang bisa melakukannya.
Gerakan serta gesekan yang erotis membuat erangan dan desahan mereka saling bersahutan, bulir bulir keringatpun sudah membasahi tubuh mereka yang sudah saling bertelanjang, tepat di bawah kedua kaki Jennie, Lalisa menoleh lagi ke atas, melirik Jennie untuk memastikan. "Tunjukan gerakan terbaikmu, Lalisa. Tidak perlu banyak berpikir." Kata Jennie dengan napas yang terengah-engah serta wajah yang sensual terlihat sangat menggoda, satu tangannya mencengkram rambut panjang Lalisa, berharap bahwa Lalisa akan melanjutkan permainan panasnya.
Lalisa menyungging. "Okay, let me show you, pretty girl." Dia mencodongkan wajahnya, hidungnya sudah menyentuh bagian inti Jennie, suara Lalisa mengerang puas ketika dia baru saja menghirup wanginya milik Jennie yang sudah sangat basah itu. "Merah merekah, basah. Terlihat bahwa milikmu pasti belum pernah tersentuh, dan itu sangat lezat." Kata Lalisa sebelum akhirnya Jennie menarik kepala Lalisa ke arah miliknya.
"Ya, tidak akan ada yang bisa menyentuhku disana, selain dirimu, Lalisa."
"Aaahhh~" desah yang sangat panjang kala lidah Lalisa mulai menjulur mengenai bagian klitorisnya, kedua mata Jennie memutar ke atas dan setengah terpejam, dia meremas rambut belakang Lalisa mulai keras, Lalisa semakin menekan lidahnya ke klitoris Jennie, menggeseknya naik turun, dan menghisapnya menggunakan sedikit gigitan kecil dua gigi atas dan dua gigi bawahnya.
Jennie semakin bergerak liar membuat ranjang rumah sakit terguncang akibat gerakannya. "Yeaah.. Lalisa... terus, disitu.. sayang, benar, kau melakukannya dengan sangat benar, sayang... aaahhh~" Jennie terus mendesah, tangannya menarik kepala Lalisa untuk terus menekan ke arah miliknya, sambil tubuhnya terus bergerak naik turun untuk menggesek bagian intim miliknya di wajah Lalisa.
Lalisa terus mengobrak-abrik bagian intim milik Jennie menggunakan lidahnya, lidahnya terus bergerak naik turun dan memutar menekan klitoris Jennie, menghisapnya secara kuat, tubuh Jennie menegang, otot kedua pahanya tiba-tiba mengencang menjepit kepala Lalisa, cengkraman di rambut Lalisa semakin kuat, Lalisa tahu, apa yang akan terjadi dengan Jennie, maka dia semakin kuat memainkan lidahnya. "F....uck, kau.. kau baru saja menyentuh bagian titik kenikmatanku, Lalisa.... aku... aku, aku akan keluar!" Bersamaan dengan ucapan itu, cairan hangat baru saja keluar dari milik Jennie yang langsung Lalisa telan tanpa sisa, dia bahkan menjilatinya, dia benar-benar melahapnya seperti dia sedang menikmati makanan yang sangat lezat.
Lalisa mengecup milik Jennie berkali-kali, kecupannya pindah ke paha Jennie, ciumannya terus naik yang sekarang berada di perut, leher, dan sekarang, ia tiba di wajah Jennie, keduanya saling menatap, bibir Lalisa terlihat sangat mengkilap akibat cairan Jennie yang baru saja mengenai bagian bibirnya. "Kau tahu, permainan kita, belum selesai, 'kan?"
"Yang tadi, baru awalan, dan kuharap, kau bisa mengontrol dirimu agar tidak terlalu mendesah keras, Jennie. Kita masih berada di rumah sakit." Lalisa berbicara dengan napas yang masih terengah.
Payudara Jennie naik turun dengan cepat, itu pertanda bahwa napasnya juga masih terengah-engah. "Lanjutkan, Lalisa. Jangan berhenti, dan jangan pernah berani untuk melarangku mendesah, karena aku akan terus mendesah dan memanggil namamu lebih keras lagi, aku tidak peduli pada apapun, aku tidak takut pada apapun, asalkan selalu bersamamu." Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya, Jennie langsung menyambar mulut Lalisa dan Lalisa melahap bibir Jennie dengan rakus.