Chapter Four

1K 162 31
                                    

'Play music - Lalisa, Rockstar.'

Sambil di temani lagu berjudul Rockstar yang di nyanyikan oleh dirinya sendiri, Lalisa yang sedang menyetir mobil terus bersenandung. "Katakan jika kau lelah, kita bisa bertukar tempat." Ucap Jennie yang sedang menikmati pemandangan jalan menuju desa peternakannya itu.

Sudah hampir lima jam mobil mereka melaju, dan perjalanan akan memakan waktu kurang lebih dua belas jam, Lalisa tersenyum. "Tenang saja, kita bisa berhenti sejenak jika aku lelah." Jawabnya dan Jennie menganggukan kepalanya.

"By the way, i like your rapper, and you really look great." Ucap Jennie mendengar lagu Lalisa.

Lalisa terkekeh, wajahnya memerah begitu saja, ia mengulum bibirnya sendiri. "Thanks, Jennie." Balasnya.

"Tidak salah kau memiliki karir yang bagus, kau memang pantas mendapatkan semuanya." Tak berhenti sampai disitu, Jennie memberi pujian Lalisa lagi.

Lalisa berdeham, bibirnya tak berhenti melengkung ke atas. "Ah, cukup, kau membuatku malu." Sahut Lalisa yang akhirnya memindahkan musiknya. "Lebih baik kita dengarkan musik lain, karena aku terlihat seperti seseorang yang terlalu percaya diri karena memutar musikku sendiri." Kekehnya dan Jennie hanya tertawa.

Beberapa menit berlalu, mobil yang sedang melaju tiba-tiba saja berhenti, bahkan mesinnya juga mati. "Oh, kenapa ini?" Kata Lalisa sambil memutar kuncinya kembali lalu mencoba menyalakan mesinnya lagi, namun, mobil tidak kunjung menyala.

"Let me try, Lalisa." Kata Jennie lalu, keduanya bertukar tempat duduk, Jennie mencoba menyalakan mesinnya, namun, hasilnya sama, mobil itu tidak menyala.

Lalisa menghembuskan napasnya kasar, kedua rahangnya mengenceng begitu saja. "Sial, sial, sial! Seharusnya aku menukar mobil ini dari kemarin!" Ucapnya sebal.

"Tenang, lebih baik, kamu mengeceknya dahulu." Ucap Jennie lembut.

Lalisa menggaruk pelipisnya sendiri. "Baik, tunggu sebentar." Katanya dan dia keluar dari mobil, dia mencoba membuka kap mobil lalu memperhatikannya satu persatu mesin yang berada di dalamnya. "Sejujurnya aku tidak mengerti, haish." Gumamnya sendiri.

"Sudah, Lalisa? Apa yang bermasalahnya?" Tanya Jennie yang kepalanya mencodong keluar.

Lalisa memiringkan tubuhnya untuk melihat ke arah Jennie. "Coba nyalakan lagi." Katanya, lalu Jennie mencobanya lagi, tetapi, mesin masih belum menyala, bagaimana bisa menyala sementara Lalisa belum membenarkan apapun.

"Belum bisa." Jawab Jennie.

Lalisa mendengus. "Tunggu sebentar, aku akan menghubungi seseorang." Katanya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya, kedua rahang Lalisa semakin mengencang, karena ternyata ponselnya tidak memiliki sinyal. "Sinyal ponselku hilang, bagaimana dengan sinyalmu, Jennie?"

Jennie mengambil tas miliknya yang berada di kursi sebelahnya, setelah itu ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya. "Same, Lalisa." Jawabnya.

Lalisa seketika memijat pelipisnya, dan Jennie menyusulnya keluar. "Tidak perlu di pikirkan, kita masih bisa menghubungi nomor darurat tanpa memerlukan sinyal."

Lalisa akhirnya menarik napasnya. "Aku lupa akan hal itu, kalau begitu, aku akan menghubunginya."

"Biar aku saja, kau terlihat cukup lelah." Ucap Jennie lalu dia segera menghubungi nomor darurat untuk meminta pertolongan.

Beautiful In Red (Jenlisa GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang